BAB
I
I.
Latar belakang masalah
- Pernahkah anda merasakan keberadaan Allah dalam hidupmu sehari-hari?
- Kalau sudah pernah dalam bentuk apa saja anda mengalami keberadaan
Allah?
- Hampir semua orang yang
mengakui bahwa Tuhan atau Allah itu ada, mempercayai keberadaanNya adalah
gaib. Gaib artinya tidak dapat dilihat dan diraba; tidak dapat dicium dan
dikecap dan tidak dapat didengar suaranya seperti bunyi ; tetapi
keberadaanNya dan kuasaNya dapat di alami oleh orang-orang yang percaya
kepadaNya.
- Sebutan agama-agama dan bangsa-bangsa kepada Tuhan bermacam-macam,
Misalnya; agama Hindu menyebut Brahman, Sang Hyang Widhi atau Dewa; agama
Budha menyebut Sang Adi Budha,agama Islam menyebut Allah, agama Jahudi
menyebut Elohim, Jahwe, Adonai. Bangsa Junani menyebut Theos atau Kurios.
Bangsa Romawi menyebut, Deo, atau Deus, Bangsa Inggris menyebut God atau
Lord. Tetapi apapun sebutanya ; Tuhan atau Allah itu dipercayai
kebenarannya adalah gaib. Pandangan tentang keberadaan dan Fungsi Tuhan
atau Allah para agama-agama terdapat perbedaan dan persamaan.
- Disadari bahwa karena keberadaan Allah yang gaib itu dapat membuat
orang tidak mau repot-repot; mereka menganggap bahwa segala sesuatu yang
tidak dapat diamati dengan indra atau akal budi, adalah sesuatu yang tidak
ada; maka orang menjadi jatuh kepada Atheisme; baik atheisme teoritis
maupun atheisme praktis, mereka menganggap bahwa keberadaan Tuhan atau
Allah itu tidak ada.
- Kemudian karena adanya perbedaan dan persamaan konsep tenteng Tuhan
atau Allah pada agama-agama maka
orangpun bisa jatuh pada kepercayaan politheisme dan sinkretisme.
- Disatu pihak mahasiswa diperhadapkan pada bahaya Atheisme dengan
konsep-konsep Materialisme dan Rationalisme. Dan dipihak lain mahasiswa
juga diperhadapkan pada godaan-godaan politheisme dan synkretisme dengan
pengaruh-pengaruh agama lain, kebudayaan Rasionalisme maupun dengan
Modernisme kehidupan.
- Dengan pembahasan topik ini mahasiswa dapat meninjau ulang sikap
kepercayaan dan pemahaman-pemahamannya tentang Tuhan Yang Maha Esa
- Apakah Mahasiswa konsisten dengan iman Kristiani yang benar; tentunya
berdasarkan kebenaran yang terdapat pada kitab suci, Alkitab.
II.
Kajian Materi
A.
BENTUK-BENTUK
PENYEMBAHAN KEPADA YANG GAIB
Dalam konteks ilmu
agama-agama, ada empat bentuk penyembahan kepada yang gaib.
- Bentuk
Theisme: yaitu penyembahan kepada Tuhan
atau gaib sebagai suatu keberadaan yang berpribadi, dan yang menyatakan
diriNya dengan Wahyu kepada orang-orang tertentu. Bentuk Theisme ini terdapat pada agama Yahudi, Kristen,
Islam dan Hindu Weda. Keberadaan Tuhan (yang gaib) itu dipercayai :
berfirman, mencipta, memelihara, membimbing, mengajar, menghukum,
menyelamatkan dan memberkati umatNya.
- Bentuk Monisme: yaitu bentuk penyembahan kepada ilahi (yang gaib),
sebagai keberadaan yang tidak berpribadi: Esensi yang gaib itu terdapat
pada alam secara totalitas. Esensi yang gaib dipercayai identik pada alam.
Bentuk monisme ini terdapat pada Hindu Upanisad, ajaran Tao, kebatinan dan
mistik. Kepercayaan ini juga disebut pantheisme
atau panentheisme. Pada bentuk monisme ini tidak pernah kita dengar
bahwa yang gaib itu : berfirman, membimbing atau menyelamatkan, dan
lain-lain. Tetapi pemeluk monisme ini percaya bahwa yang gaib itu berkuasa
dan berpengaruh kepada manusia.
- Bentuk Non Theisme: yaitu bentuk penyembahan kepada yang gaib sebagai
kekosongan. Bagi non Theisme sebenarnya tidak ada Tuhan atau ilahi yang
berpribadi. Tidak ada ilahi yang melekat pada alam. Yang mereka sembah
adalah kekosongan. Apa yang dapat dilihat dan diraba hanyalah sesuatu yang
semu atau maya. Yang kekal dan mutlak adalah kekosongan. Bentuk
penyembahan Non Theisme adalah agama Budha.
- Bentuk Demonisme: adalah suatu bentuk penyembahan kepada kuasa gaib
yang jahat. Kuasa-kuasa gaib yang jahat itu berada di balik alam ini, yang
dipimpin oleh setan. Kuasa-kuasa gaib ini disembah untuk dapat digunakan
oleh manusia. Bentuk penyembahan ini terdapat pada praktek-praktek klenik,
santet dan okultisme.
B. KEBERADAAN TUHAN ATAU ALLAH MENURUT
AGAMA-AGAMA NON KRISTEN.
1. Agama
Primitif (agama suku)
Menurut kepercayaan suku-suku primitif, Tuhan atau ilah
itu digambarkan dalam konsep Pantheisme dan Panentheisme.
Pantheisme artinya: paham
atau kepercayaan yang menganggap bahwa ”semua yang ada adalah ilahi. Sedangkan Panentheisme artinya bahwa : semua ada
dalam ilahi. Pantheisme dan Panentheisme dapat diberikan istilah Totalisme,
yaitu paham yang menekankan keutuhan, atrinya bahwa semua yang ada, adalah
dalam satu sistem keutuhan.
Menurut suku-suku primitif dipercayai bahwa keberadaan
yang ilahi itu ada dimana-mana. Alam semesta ini penuh dengan daya-daya gaib.
Daya-daya gaib itu disamakan dengan ilah-ilah yang melekat pada alam itulah
yang disembah sebagai berhala.
Suku-suku primitif mempercayai bahwa keberadaan ilah-ilah
itu melekat pada pohon, pada sungai, pada lembah, pada kuburan atau pada
tempat-tempat lain. Keberadaan ilah-ilah itu harus dihormati, jika tidak
dihormati maka ilah-ilah itu akan mengganggu kehidupan manusia, itu makanya
suku-suku primitif sering mengadakan acara-acara penyembahan dan pemberian
sajian pada tempat-tempat yang dianggap ada penghuninya.
Sesungguhnya agama
primitif tidak menyembah Tuhan Yang Maha Esa, melainkan mempercayai dan
menyembah banyak ilah (Politheisme). Atau dengan kata lain, suku-suku primitif
mempercayai keberadaan Tuhan adalah melekat pada alam.
2.
Keberadaan Tuhan atau Allah menurut Agama Hindu
Sudah kita singgung
di depan bahwa agama Hindu Weda termasuk pada bentuk Penyembahan Theisme.
Pribadi yang mutlak itu wujudnya tunggal maha sempurna, memiliki sifat-sifat
sempurna, tidak dapat diraba, tidak dapat dilihat, atau didengar. Tetapi
keberadaan Brahman itu meresap pada seluruh alam ; dan seluruh alam semesta
adalah pancaran dari zat Brahman. Termasuk zat inti manusia yang disebut Atman adalah berasal dari Brahman
Kalau boleh dibandingkan keberadaan seluruh makhluk hidup
dengan Brahman, adalah seperti hubungan setetes air dengan samudra raya.
Setetes air zat intinya sama dengan zat inti samudra raya : yaitu sama-sama
rumus molekulnya H2O. Demikian jugalah keberadaan makhluk-makhluk
hidup dalam alam semesta ini adalah sama zat intinya dengan zat inti Brahman, yaitu Atman-atman.
Atman-atman inilah yang menjelma dalam bentuk
makhluk-makhluk hidup. Penjelmaan atman ini terjadi secara berulang-ulang dan
itulah yang disebut Reinkarnasi. Apabila karma sesuatu mahluk hidup, seperti
manusia, buruk, maka penjelmaan atmanya akan menjadi siluman, tetapi jika
karmanya baik maka penjelmaannya akan lebih baik dan dapat menjadi dewa atau
dewi. Dan jika sudah menjadi dewa atau dewi, maka itulah yang disebut Brahman
atau keadaan Moksa = sempurna.
Agama Hindu mempercayai ada suatu keberadaan yang mutlak
yaitu Brahman, atau Sang Hyang Widhi. Tetapi mereka juga mempercayai dan
menyembah dewa-dewi sebagai ilah-ilah. Berarti agama Hindu sebenarnya bukan
monotheisme, melainkan adalah Politheisme. Ada persamaan kepercayaan Hindu
dengan agama suku-suku primitif tentang keberadaan ilah-ilah, dewa-dewi, yang
melekat atau meresap pada alam.
3. Keberadaan Tuhan atau Allah
Menurut Agama Budha.
Kepercayaan agama Budha banyak persamaannya dengan agama
Hindu, misalnya : reinkarnasi ( penjelmaan berulang-ulang ).tentang keberadaan
yang sempurna di agama Hindu disebut dewa-dewi sedangkan di agama Budha disebut
bodhisatwa-bodhisatwa.
Bagi agama Budha ada sifat-sifat ke-tuhanan, yaitu :
- sifat cinta kasih (Metha) yaitu sifat yang bersih dari
pikiran membenci.
- Sifat belas kasihan (Karuna) yaitu sifat suka menolong
tanpa mengharapkan balasan. (bandingkan : kasih agape)
- Sifat merasa bahagia – gembira (Mudita) yaitu sifat
bebas dari iri hati melihat orang berbahagia.
- Sifat tenang, teguh, keadaan batin yang seimbang (Upekkha)
yaitu sifat pendirian yang tidak tergoyahkan
Sifat- sifat ke-Tuhanan inilah yang dimiliki setiap umat
Budha. Inti ajaran Budha ialah: untuk memperoleh kesempurnaan. Setiap umat
Budha harus berusaha menghilangkan keakuan
(egoisme).
Menurut ajaran Budha : kesempurnaan, kebenaran, kekuatan
dan kebahagiaan dapat dirasakan, apabila manusia itu sampai pada tingkat
kekosongan (sunyata). Menghilangkan keakuan, egosme berarti berusaha mencapai
keadaan kosong. Jika seseorang telah berhasil mengosongkan dirinya, itu sama
artinya dia telah mengalami kesempurnaan.
Menurut agama Budha : keberadaan Tuhan Yang Maha Esa itu
yang disebut Sang Hyang Adi Budha, adalah kekosongan itulah maka dapat
dikatakan bahwa agama Budha adalah non theisme karena mereka tidak percaya
Tuhan yang mutlak, atau yang berpribadi, melainkan keadaan yang kosong (
Nirwana )
4. Keberadaan Tuhan atau Allah menurut Agama Islam
Ada tiga agama
monotheisme di dunia yaitu: agama Jahudi, agama Kristen dan agama Islam. Ketiga
agama ini sama-sama mempercayai dan menyembah hanya satu Tuhan atau Allah.
Agama Islam sering menyebut dirinya sebagai agama Tauhid, artinya Agama yang mempercayai
keberadaan Allah yang Esa.
Dalam pengakuan
iman agama Islam disebut ”Aku mengaku bahwa tiada Tuhan selain Allah (Asyyhadu
anna la illaha illa’ Ilah)
Kalimat pengakuan
ini mengandung arti bahwa satu-satunya yang layak dipuja dan disembah ialah Allah,
Allah itu keberadaannya Esa, Tunggal. Allah tidak melahirkan dan tidak
dilahirkan dan tidak ada yang menyamaiNya. Bagi Islam menyebut Allah itu
beranak dan diperanakkan adalah suatu dosa besar. Ayat-ayat Al-Quran yang
menyatakan keesaan Tuhan Allah, antara lain:
·
Al-Ikhlas 1-4 : ”Katakanlah : ”Dialah Allah, Yang
Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadaNya segala sesuatu. Dia
tidak beranak, dan tidak diperanakkan dan tidak ada seorang pun yang setara
dengan Dia.”
·
Al-Bagarah 16 :”Dan
Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa ; tiada Tuhan melainkan Dia yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang".
·
Al A’raaf 59 : ”Sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu
selainya”.
Bagi Islam kepercayaan kepada Allah yang Maha Esa, adalah
salah satu inti utama dalam ajaran Islam. Setiap orang yang masuk Islam,
diharuskan mengucapkan dua kalimat Pengakuan Iman, yakni : ”Saya mengaku tidak ada Tuhan kecuali Allah dan saya mengaku bahwa
Muhammad adalah Rasul Allah”.
Kalau kita mau jujur, bahwa sesungguhnya konsep agama
Islam tentang keberadaan Tuhan atau Allah adalah hampir sama. Misalnya, tentang
sifat-sifat Allah: Maha Esa, Maha Besar, Maha Kuasa, Maha Tahu, Maha Pengasih,
Maha Penyayang, dan lain-lain.
Tetapi khusus mengenai ajaran Tri Tunggal dalam iman Kristen
sangat ditolak oleh ajaran agama Islam. Agama Islam tidak dapat menerima
keberadaan Allah yang Tritunggal. Keberadaan Allah yang Maha Besar dan Maha
Kudus mewajibkan setiap muslim tunduk, dan sujud di hadapanNya.
Mungkin kita sering melihat
saudara kita yang beragama Islam, bila sholat, mereka selalu sujud menundukkan
kepala sampai mencium tanah, itu berarti bahwa keberadaan manusia yang hina
tidak pantas berhadapan muka dengan Allah yang Maha Besar dan Maha Kudus. Sikap
sholat yang sujud menunduk adalah simbol kerendahan hati di hadapan Allah.
C. PANDANGAN
ATHEISME TENTANG KETIDAKBENARAN TUHAN
ATAU ALLAH
1. Pengertian
Atheisme
Atheisme adalah suatu aliran berpikir/sikap yang berusaha
menyangkal atau meniadakan keberadaan Allah. Ada dua wujud Atheisme, yaitu
Atheisme Teoritis dan Atheisme Praktis. Atheisme Teoritis ialah aliran berpikir
yang mengutamakan argumentasi-argumentasi teoritis- rasional, untuk menolak dan
meniadakan keberadaan Allah. Sedangkan Atheisme Praktis ialah sikap hidup
sehari-hari yang tidak nmempercayai dan tidak meyakini adanya kuasa dan
keberadaan Allah.
Di negara Indonesia Atheisme teoritis memang tidak di
benarkan lagi mewujudkan diri, karena bertentangan dengan UUD 1945 pasal 29 ayat 1 : ”Negara berdasarkan atas keTuhanan”.
Lembaga swadaya masyarakat, partai-partai dan organisasi-organisasi
kemasyarakatan tidak boleh mengajarkan atau mengembangkan teori-teori yang menyangkal keberadaan Tuhan. Selain UUD
1945 sebagai Hukum Dasar tertulis di negara ini, Pancasila, khususnya sila
pertama : keTuhanan Yang Maha Esa juga tidak memungkinkan atheisme teoritis
berkembang di negara ini.
Namun demikian tidak berarti bahwa penganut atheisme
praktis tidak ada di Indonesia? Sikap-sikap yang mengandalkan kecerdasan
berfikir, kekuatan materi, dan kekuasaan politik adalah merupakan wujud dan
atheisme praktis. Materialisme, Hedonisme adalah bagian dari gejala-gejala
atheisme praktis.
2. Pandangan Teoritis Atheisme
Tentang Keberadaan Tuhan atau Allah
- Friedrich Nietzche :
Menyatakan bahwa ”Allah yang dipercayai oleh agama-agama itu sudah mati”.
Manusialah yang berkuasa. Alasannya : Bahwa kenyataan yang terjadi
manusialah yang mengatur kehidupan ini, manusialah yang mengendalikan
dunia ini.
- Ludwig Feuerbarh : Mengajarkan
bahwa ”Allah atau ilah-ilah yang dipercayai oleh orang-orang beragama,
hanyalah berupa keinginan hati manusia yang dipantulkan pada layar alam
semesta”. Inilah yang disebut ”Teori Proyeksi”. Feuerbach menegaskan :
sebenarnya Allah itu tidak ada; kalaupun Allah itu ada, itu hanyalah
ciptaan keinginan hati manusia itu sendiri. Manusia itulah yang
menciptakan Allah
- Sigmund Freud: Teori Proyeksi
dari Feuerbach mempengaruhi
Freud S. Freud sebagai seorang ahli ilmu jiwa analisis, mengatakan
bahwa kepercayaan itu mempunyai dasar dalam keinginan-keinginan kejiwaan,
berupa ilusi tanpa dasar dalam realitas. Freud menggambarkan : kepercayaan
terhadap Tuhan adalah gejala-gejala kejiwaan saja. Manusia butuh seorang
Bapa; yang dapat memelihara, menghibur, dan, melindungi dirinya. Maka
ciri-ciri kebapaan itu diproyeksikan pada lingkungan langit diatas. Maka
profil seperti itulah yang dikenakan kepada Tuhan, atau Allah. Jadi
menurut Freud : Tuhan atau Allah itu tidak ada, Allah itu hanyalah ilusi
manusia
- Karl Marx : Menurut Marx,
kepercayaan kepada Tuhan atau Allah , hanyalah sebagai kompensasi atau
kekecewaan, yang dialami manusia dalam alam dan masyarakat.
Penderitaan-penderitaan sosial, ekonomis dan phisik yang dialami kaum
buruh dalam masyarakat kapitalis dikompensasikan dengan mengimpikan suatu
hidup setelah hidup ini, yakni hidup bahagia dan adil.
Bagi Marx, ”Tuhan Yang Maha Kuasa”
itu adalah refleksi yang fantastik dari kedudukan tak berkuasa rakyat terhadap alam dan
keadaan sosial ekonomi, yang diciptakan manusia itu sendiri. Agama yang
mengajarkan Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Kuasa hanyalah candu pembius masyarakat, agar lupa
tentang kenyataan-kenyataan hidup yang susah dan menyakitkan. Dengan kata
lain : Keberadaan Tuhan atau Allah menurut Marx hanyalah semacam bius,
candu. Sesungguhnya Tuhan atau
Allah itu tidak ada.
Membaca seluruh teori-teori
argumentasi pada atheis diatas, kita dapat memahami bahwa landasan berfikir
mereka adalah Materialistis, Positivisme dan Rotionalis. Mereka membuat
kemampuan berfikir itu menjadi jaminan kebenaran. Mereka tidak dapat melihat
keberadaan Allah melampaui kemampuan berfikirnya.
Para Atheis melihat
kebenaran hanya pada hal-hal yang
material, hal-hal yang positif, yang dapat diamati dengan logika dan ratio,
padahal keberadaan Allah adalah tidak terbatas, sedangkan kemampuan berfikir
manusia adalah terbatas.
D. KEBERADAAN
DAN FUNGSI TUHAN YANG MAHA ESA MENURUT IMAN KRISTEN
1.
Keberadaan Tuhan Allah
Iman
Kristen adalah termasuk dalam bentuk penyembahan theisme, yang mempercayai dan
menyembah Tuhan Allah sebagai pribadi. Pribadi Tuhan Allah menyatakan diri
dalam kehidupan manusia. Pribadi Tuhan Allah yang dimaksud dengan bukan dalam
bentuk zat (thing) atau material.
Dalam
kitab Yohanes 4 : 24 ditegaskan bahwa: ”Allah itu Roh, dan barang siapa
menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran.” berarti : pribadi
Tuhan Allah yang disembah menurut iman Kristen adalah pribadi Roh.
Bagaimana kita berhubungan dengan Roh itu ?
Jika
kita berhubungan dengan Allah Roh, maka kita harus menggunakan lapisan diri
kita-yang paling dalam yaitu hati atau roh kita. Menurut teori kepribadian,
keberadaan manusia terdiri dari empat lapisan, yaitu:
-
Lapisan jasmani : berhubungan dengan material
-
Lapisan perasaan berhubungan
dengan sikap, emosi, semangat
- Lapisan pikiran
berhubungan dengan konsep teori
- Lapisan hati-roh
bahagian diri kita yang kita pakai didalam berhubungan dengan hal-hal
gaib, roh.
Hati atau roh kitalah yang kita
gunakan dalam berhubungan dengan Allah Roh. Jika seseorang belum menggunakan
hati atau rohnya untuk berhubungan dengan Allah, maka dia tidak akan bertemu.
Menurut Alkitab dapat kita baca bahwa orang-orang
percaya dapat berhubungan dengan pribadi Allah Roh itu, hannyalah dengan
pernyataan Allah sendiri. Allah yang lebih dahulu menyatakan diri dan
memperkenalkan diriNya kepada manusia.
Misalnya :
-
Allah
Menyatakan diri Kepada Adam. (Kej. 1 : 29)
-
Allah
menyatakan diri kepada Abraham (Kej. 12:1)
-
Allah
menyatakan diri pada Musa (Kel. 3 : 6)
Dari beberapa contoh diatas,
dijelaskan bahwa Allah Roh itu dapat dialami oleh manusia hanya melalui
pernyataan Allah sendiri. Keberadaan Allah Roh itu adalah bebas, artinya:
Hakekat dan keberadaanNya tidak dapat dibatasi oleh pikiran dan kemauan
manusia. Hal ini sudah dinyatakan kepada
Musa, dalam Kelurahan 3: 14 ”Firman Allah kepada Musa; Aku adalah Aku, lagi FirmanNya : Beginilah kau katakan kepada
Israel, Akulah Aku, telah mengutus aku kepadamu”
2.
Fungsi Tuhan Allah
Kita sudah membahas di depan,
Atheisme berpendapat bahwa tidak ada Allah. Tidak ada fungsi Allah dalam
kehidupan. Manusialah pusat segala kegiatan, Allah sudah mati, Allah itu hanya
ciptaan manusia.
Tetapi iman Kristen berkata :
Tuhan Allah adalah Pencipta
segala-galanya. Tuhan Allah adalah pemelihara
kehidupan. Tuhan Allah adalah Pelindung
Kehidupan Tuhan Allah adalah Penghukum
Kehidupan. Tuhan Allah adalah Pembebas
Kehidupan.
Pemazmur Salomo dengan indah
menggambarkan fungsi Allah dalam kehidupan sebagai berikut : ”Jikalau bukan Tuhan
yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang membangunnya. Jikalau bukan Tuhan
yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah orang dengan
jerih payahnya, sebab Ia memberikan kepada yang dicintai pada waktu tidur.” (Mazmur 127 : 1-5).
Dari keseluruhan refreksi
pemazmur ini dapat diambil kesimpulan
bahwa Allah berfungsi sebagai pemberi jaminan kehidupan dan kebahagiaan bagi
setiap orang yang percaya kepadaNya. Manusia memang harus berusaha dalam kehidupan
tetapi kuasa dan anugerah Allah yang memberi kebahaggiaan sejati.
3.
Mengenal Allah di dalam Yesus Kristus
Memahami keberadaan dan fungsi
Allah menurut iman Kristen harus mengacu pada sumber ajaran Kristiani yaitu
Kitab Perjanjian Lama dan Kitab
Perjanjian Baru. Apabila kita membaca Kitab Perjanjian Lama maka kita
mengetahui keberadaan Allah itu adalah Allah yang jauh (Deus Transendensius).
Tetapi dalam Kitab Perjanjian
Baru, Allah jauh itu sudah menjadi Allah yang dekat, Allah yang berada di
tengah-tengah kita (Deus Immanensius) ”Allah beserta kita.(Matius 1 : 2. Esensi
keberadaan Allah adalah Firman yang sudah ada pada mulanya. KeberadaanNya
kemudian menjadi manusia, dan telah berada di tengah-tengah manusia. Allah
telah berfungsi dan berelasi dengan kehidupan manusia yaitu dengan perwujudan
kemuliaan, kasih karunia dan kebenaran. (Yohanes 1:1-2,14).
Yesus Kristuslah wujud Allah
yang telah menjadi manusia. Keberadaan Allah yang tidak terbatas dapat dilihat
dan dimengerti hanya di dalam Yesus Kristus. Yesus sendiri sudah mengatakan
bahwa Dialah yang menyatakan nama Allah kepada semua orang. (Yohanes 17 : 6).
Malahan kepada murid-muridnya,
Yesus menegaskan bahwa Dialah jalan dan kebenaran dan hidup; tidak ada
seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Dia (Yesus). Siapa yang
telah mengenal Yesus maka dia telah mengenal Allah Bapa.” (Yohanes 14 : 6-7).
Yesus berkata;” Barangsiapa yang telah melihat aku, ia telah melihat Bapa. Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku. (Yohanes 14 :
9-10).
III. Pokok-Pokok Pikiran Kristiani tentang Materi
Kajian
1.
Menurut
iman Kristen keberadaan Tuhan itu adalah Roh. Dan barang siapa yang
menyembahNya, haruslah menyembahNya dalam roh dan kebenaran.
2.
Keberadaan
dan fungsi Tuhan Allah menurut iman Kristen hanya dapat dikenal di dalam profil
Yesus Kristus seperti disaksikan
Alkitab.
3.
Iman
Kristen menolak pandangan Atheisme yang menyangkal kebenaran Allah karena
Atheisme membuat kemampuan, berfikir sebagai jaminan kebenaran, pada hal
kemampuan berfikir manusia terbatas.
4.
Iman
Kristen juga menolak kepercayaan politheisme dan synkritisme, karena keduanya
bertentangan dengan hukum Tuhan yang pertama.
VI.
Latihan
1. Tuliskan pengalamanmu secara pribadi tentang keberadaan
Tuhan, dalam hidup sehari-hari.
2. Tuliskan tiga bentuk politheisme yang sering terjadi
dalam masyarakat. Jelaskan apa alasanmu menganggap itu politheisme.
3. Tuliskan satu contoh perilaku orang yang menganut
atheisme praktis
4. Cari beberapa ( ayat) Alkitab yang membuktikan bahwa hanya di dalam Yesus
Kristus kita mengenal Allah.
BAB
II
M
A N U S I A
I. Latar Belakang Masalah
1.
Konsep
kita tentang manusia akan mempengaruhi sikap, perilaku dan tindakan-tindakan
kita dalam kehidupan sehari-hari. Mengapa sering terjadi perbedaan-perbedan
sikap, perilaku dalam kehidupan sehari-hari, itu selalu ada hubungannya dengan
pemahaman tentang siapa dan bagaimana dia. Pemahaman tentang hakekat manusia
menjadi landasan sikap hidup seseorang dalam berperilaku dan bertindak. Misalnya
: seorang penganut paham materialisme yang berpikir bahwa manusia itu adalah
berasal dari materi dan hidup karena materi maka dia akan selalu bersikap
mengutamakan materi, kemudian perilaku dan tindakan-tindakannya cenderung
materialistis.
2.
Mahasiswa
yang diperhadapkan dengan berbagai konsep sekuler tentang siapa dan
bagaimanakah manusia itu, perlu meninjau kembali permahamannya tentang siapakah
dirinya; dan bagaimanakah dia seharusnya menurut iman Kristen.
3.
Pembahasan
topik manusia ini sangat penting dan urgen dalam kehidupan modern sehingga,
mahasiswa dapat memperbaharui komitmennya untuk hidup lebih kristiani lagi.
II.
KAJIAN MATERI
A. Hakekat Manusia
Membicarakan
hakekat manusia sama dengan mempertanyakan apa, siapa dan bagaimana manusia
itu. Hal manusia menjadi salah satu pokok penting dalam memahami arti
kehidupannya itu, disamping tentang
Allah dan tentang dunia.
Terjadinya
perbedaan sikap dan perbuatan dalam kehidupan, berdasar pada perbedaan
pemahaman tentang manusia juga. Sebelum kita membahas hakekat manusia menurut
Iman Kristen, terlebih dahulu pandangan-pandangan non Kristen dibicarakan. Pandangan-pangdangan
ini menjadi bandingan bagi kita untuk memahami iman Kristen lebih dalam.
1. Manusia menurut filsafat sekuler
Beberapa aliran filsafat sekuler yang diketengahkan ialah
: Materialisme, Atheisme, dan Komunisme.
a) Menurut Matelialisme : manusia pada hakekatnya adalah
materi ; inti ajaran materialisme ialah;
bahwa segala sesuatu berasal dari materi, oleh materi dan untuk materi.
Manusia itu tidak lebih dari apa yang dimakannya. Kuburan adalah akhir
kehidupan manusia. Nilai manusia diukur
dengan nilai materinya. Sadar atau tidak sadar sesungguhnya pandangan ini
justru merendahkan hakekat manusia itu sendiri
b) Aliran Atheisme sebaliknya mengangkat hakekat manusia
sama dengan ilah.
Ludwig
Feurbach (1804-1972) mengatakan : “Manusia adalah awal, pertengahan dan akhir
dari pada religi”. Setiap bagian ajaran agama adalah usaha untuk mengobjekkan
sesuatu keinginan manusia, termasuk Allah;
bagi Atheisme Allah itu sesungguhnya keinginan manusia itu sendiri.
Inilah yang disebut “Theori Proyeksi”.
Menurut teori ini, Allah dan ilah-ilah dianggap sebagai
keinginan-keinginan hati manusia yang diproyeksikan pada layar alam sementara.
Verkuyl memberii komentar tentang teori ini:
Sebenarnya teori ini mencoba menurunkan Allah dari
TahtaNya, lalu mendewakan manusia dan mengangkat manusia ke atas “tahta”
sebagai gantiNya.
Menuut Feurbach “Allah” identik dengan manusia dan
kemudian ia membuat manusia itu menjadi suatu “Allah”
c) Ajaran Komunisme, menitikberatkan hakekat manusia pada
kepentingan sosial ekonomi. Hakekat hidup manusia ialah kerja. Dan seluruh
kerja manusia diarahkan pada produksi yang bersifat ekonomi. Segala sesuatu
yang tidak bernilai ekonomi tidak layak hidup.
2. Manusia menurut agama-agama Non Kristen
a) Agama Primitif (Agama Suku)
Menurut agama primitif
secara umum, bahwa manusia dan dunia dipandang dalam suatu kesatuan yang utuh
(totalisme). Manusia dan sukunya dianggap sebagai dunia kecil (mikro kosmos)
sedangkan alam semesta dianggap sebagai dunia besar (makro kosmos). Manusia primitif
melihat dunia bukan sebagai objek, melainkan memandang dirinya sebagai salah
satu subjek dari banyak subjek yang membentuk dunia ini, artinya manusia itu
dipandang sebagai bagian dari dunia.
Menurut konsep totalisme
primitive, hubungan manusia sebagai mikro kosmos bukan seperti hubungan subjek
dengan objek, melainkan sebagai hubungan sesama subjek. Yang perlu dipelihara
dalam hubungan sesama subjek itu ialah agar terpelihara ketertiban dan
keseimbangan kosmos. Jika terjadi suatu bencana, bahaya, hama atau
peristiwa-peristiwa yang tidak diingini, maka hal itu adalah disebabkan karena
adanya gangguan terhadap tata tertib kosmos.
Manusia menurut agama
primitive, bertanggung jawab kepada alam, dengan cara ikut memelihara
ketertiban dan keharmonisan dalam alam. Di pihak lain juga, orang primitif
memandang dunia ini penuh dengan daya-daya gaib (Dinamisme); adanya roh-roh
yang mendiami tempat-tempat tertentu, (Animisme)
Manusia dapat memperoleh dan
berhubungan dengan daya-daya gaib dab roh-roh itu, kemudian dapat juga
mempergunakan daya-daya gaib itu untuk kepentingannya.
Disatu pihak manusia
primitif takut terhadap daya-daya gaib dan roh-roh itu, tetapi di pihak lain
mereka berusaha menguasai dan mempergunakannya.
Catatan
: Manusia primitif tidak bertanggung jawab kepada Allah melainkan kepada alam
semesta.
b)
Agama Hindu
Menurut ajaran agama Hindu,
manusia itu sendiri dari tiga unsur yakni: Atman. Jiwa dan Angga. Jika manusia
itu diperumpamakan seperti sebuah mobil, maka Atman adalah penggeraknya, Jiwa
adalah pengendalinya dan Angga adalah kerangkanya. Jiwa dan Angga itu sifatnya
fana, hancur pada saat manusia itu mati . tetapi Atman adalah bagian inti dari
manusia, dan sifatnya kekal.
Atman adalah berasal dari
Brahman. Brahman ialah yang mutlak dan yang sempurna. Jika manusia mati maka
atmannya pun menjelma pada bentuk-bentuk yang lain, sesuai dengan karmanya.
Atman itulah yang lahir
berulang-ulang (re-inkarnasi). Apabila atman itu telah bersatu dengan Brahman
maka itulah yang disebut suasana Moksa, saat itulah lenyap segala perbedaan.
Manusia itu memperoleh kesempurnaan. Moksa adalah tujuan hidup.
Status/ keberadaan manusia
(atman, jiwa, angga) ditentukan oleh karma seseorang itu. Apabila karmanya baik maka
status keberadaannya semakin tinggi dan terhormat, tetapi apabila karmanya
jelek, maka status keberadaannya semakin rendah.
Karma artinya
perbuatan-perbuatan yang dilakukan sesuai dengan darma. Darma artinya :
ajaran-ajaran agama dan hukum-hukum yang terdapat pada kitab suci.
Catatan
: Agama Hindu tidak mengenal Allah sebagai pencipta, tidak mengenal perbatasan
antara Allah dan ciptaan.
c)
Agama Budha
Menurut agama Budha, manusia
adalah suatu : “Nama-Rupa”, artinya ia terdiri dari “nama” (roh) dan “rupa”
(tubuh). Di dalam kehidupannya psychophysis “Nama-Rupa” ini bekerja dengan
mempergunakan perasaan, pengertian, kesadaran, assosiasi dan lain-lain (Skanda).
Tetapi “Nama-Rupa” yang disebut
manusia itu tidak mempunyai kepribadian. Ia adalah a-natta (tanpa jiwa). Manusia itu bukanlah
suatu “kenyataan” yang tetap.
Segala perkataan dan perbuatan
manusia akan binasa. Manusia itu dapat mengerti bahwa seluruh kehidupan ini
adalah sia-sia dan tidak mempunyai kehidupan sebagai pribadi, hanya dengan cara
: memahami dan menuruti Dharma. Jika manusia itu menuruti Dharma, maka dia akan
terlepas dari persangkaan tentang kehidupan sebagai pribadi. Dharma artinya
norma, hukum keadilan, tata tertib semester alam.
Hidup manusia itu menjadi
binasa adalah karena nafsu. Selama nafsu (tanha) masih dimiliki manusia itu
maka dia tidak akan sampai kepada kebebasan, kesempurnaan. Menurut ajaran agama
Budha, agar manusia sampai kepada kesempurnaan (nirwana), maka dia harus menghilangkan
hawa nafsu dan egoisme.
d)
Agama Islam
Terjadinya manusia menurut
ajaran agama Islam dapat diuraikan sebagai berikut: manusia pertama (Adam)
diciptakan langsung dari tanah. Keturunan
manusia pertama diciptakan melalui proses dari saripati air yang hina. Sehingga
memperoleh bentuk yang sempurna .
Sura 32 ayat 7-9 : “yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan
sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian dia
menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani). Kemudian dia
menyempurnakan dan meniupkan kedalam tubuhnya roh ciptaannya dan dia menjadikan
bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hari ; tetapi kamu sedikit bersyukur.
Jelas sekali bahwa ajaran Islam
menegaskan tentang konsep penciptaan ; Hakekat manusia adalah berasal dari
ciptaan Allah. Hidup menurut Islam bukan hanya kehidupan duniawi, tetapi
berkelanjutan sampai kehidupan akhirat (ukhrawi).
Hidup di dunia adalah sebagai masa bakti.
Manusia disebut “abdi” artinya hamba. Di tangan Allah, manusia bagaikan suatu alat yang dipergunakan Allah. Sikap
muslim yang tunduk sujud pada saat sholat,
adalah menggambarkan posisi manusia sebagai
hamba yang tidak layak berhadapan dengan Allah yang Mahabesar.
Disatu pihak posisi manusia
adalah sebagai hamba yang rendah dihadapan Allah, tetapi dipihak lain amal dan
perbuatan manusia (perbuatan baik) akan diperhitungkan sebagai pahala. Apa yang
dipetik di akhirat adalah hasil tanaman di dunia, amal baik akan berbalas baik,
amal, buruk akan berbalas buruk. Menurut Islam ada lima tahap yang dialami oleh
manusia dari awal kejadiannya sampai dengan tempat akhirnya, yakni:
Pertama Alam roh :
ialah suatu alam yang tidak diberitahukan
letaknya dan susunannya oleh Allah. Seperti dikatakan dalam Quran : “Dan mereka
bertanya kepadamu tentang roh, katakanlah roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan
tidaklah kamu diberi pengetahuan, melainkan sedikit”. (Al-Ismo) (S.17:85).
Kedua Alam Arhaam : ialah alam kandungan dalam rahim ibu. ”Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendakinya
(Ali Imran ayat 6).
Ketiga Alam Dunia : yaitu alam yang dialami manusia setelah dia dilahirkan oleh
ibunya.
Keempat Alam Barzah : yaitu alam diseberang kuburan, setelah manusia
meninggalkan alam fana. Alam ini merupakan awal dari alam akhirat. Alam barzah
disebut juga dengan alam-kubur, ini gaib seperti alam roh.
Kelima Alam Akhirat :
yang disebut juga alam baka. Artinya alam terakhir yang abadi, tiada
berkesudahan. Apa yang diperoleh di akhirat adalah balasan dari apa yang
dilakukan manusia di dunia; Amal baik berbalas baik, amal buruk berbalas buruk.
Satu lagi pandangan Islam yang
penting tentang manusia ialah: Bahwa manusia yang baru lahir adalah suci,
bersih dari dosa, tidak mengetahui apa-apa. Surat Al-Nahl ayat 78 mengatakan : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dengan tidak mengetahui sesuatu apapun, kemudian Dia jadikan buatmu,
pendengaran dan penglihatan dari hati yang bersyukur kepadaNya”
Dalam suatu hadist Nabi
Muhammad menjelaskan bahwa pengaruh orangtualah yang utama meletakkan dasar
kepribadian anak itu.
Catatan:
Dalam agama Islam, usaha manusia melalui amal yang baik dapat memperoleh
keselamatan. Konsep dosa warisan tidak diterima oleh Islam. Manusia berdosa
ialah karena manusia itu sendiri melanggar hukum Allah, Apabila manusia tidak
melanggar hukum Allah, maka manusia tidak berdosa, itu maka seorang anak baru
lahir dianggap bersih dari dosa, karena seorang bayi belum tahu apa-apa.
3. Hakekat Manusia
menurut Iman Kristen
a)
Dari manakah sumber kehidupan manusia?
Ahli ilmu Alamiah Dasar berkata
bahwa : “Sumber kehidupan ialah berasal
dari kehidupan sebelumnya”.
Kemudian kalau ditanya lagi :
“Dari manakah sumber kehidupan yang pertama”? Ahli evolusi biologis menjawab, “Dari
binatang satu sel”. Dan apabila ditanya lagi : “dari mana asal binatang satu
sel”? maka mereka akan menjawab, hal itu terjadi secara kebetulan.
Baik Ilmu alamiah dasar, maupun
teori evolusi bialogis tidak dapat menjawab pertanyaan : Dari manakah sumber
kehidupan : mereka hanya dapat menguraikan dan menjelaskan tentang proses
terjadinya kehidupan. Termasuk mengenai asal kehidupan manusia.
Verkuyl mencatat pandangan
evolusi biologis tentang manusia. Teori Evolusi-Biologis menganggap “manusia
sebagai binatang menyusui yang cerdas, yang pertumbuhannya berlangsung menurut
proses evolusi dari tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi”.
Berarti asal kehidupan manusia
itu adalah lanjutan pertumbuhan dari makhluk yang lebih rendah sebelumnya, yang
berkembang secara evolusi-biologisnya, maka sampailah pada tingkat status
manusia yang bijaksana (homo sapiens) atau manusia sekarang (homo recons).
Menurut Iman Kristen,
berdasarkan Alkitab secara tegas dikatakan bahwa asal kehidupan adalah dari
Allah. Allah yang menciptakan langit dan bumi dan segala isinya (kejadian 1 :
1+26-27; Kejadian 2 : 7; Johanes 1 : 3-4).
b)
Manusia adalah ciptaan Allah
Dalam kitab Kejadian 1 dan 2 ;
secara jelas ditegaskan bahwa manusia itu bukan berasal dari makhluk hidup yang
lebih rendah justru menurut ayat 26-27, dikatakan : “Allah menciptakan manusia
itu menurut gambar dan rupa Allah, pada mulanya Allah menciptakan langit dan
bumi dan segala isinya. Segala sesuatu yang diciptakan adalah sangat baik
adanya. Manusia sebagai gambar dan rupa Allah diberikan kebebasan untuk
memilih, namun sejalan dengan itu Allah juga memberikan tanggung jawab kepada
manusia, untuk menanti aturan yang ditetapkan.
Lalu Tuhan Allah memberi perintah
kepada manusia : “Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan
bebas tetapi pohon pengetahuan tentang baik dan jahat itu, jangan kau makan
buahnya, sebab pada hari engkau memakan buahnya pasti engkau mati” (Kejadian 2:16-17).
Di satu pihak, manusia sebagai
ciptaan Allah mempunyai posisi yang mulia ; karena dia diciptakan pada akhir penciptaan
dengan fungsi tertentu : oleh karena itu manusia disebut Mahkota ciptaan. Allah
memberi wewenang kepadanya untuk menguasai, mengusahai dan memelihara ciptaan
lainnya (Kejadian 1: 26 ; 2 : 15).
Tetapi di pihak lain, sebagai
ciptaan Allah, manusia itu adalah rendah dihadapan Allah. Ciptaan tidak mungkin
bermegah dihadapan penciptaannya. Makanya
sikap manusia sebagai ciptaan dihadapan Allah ialah : Bersyukur, bertanggung
jawab dan rendah hati.
B.
MANUSIA DAN TANGGUNG JAWABNYA
Sesuai dengan status hakiki
manusia sebagai ciptaan Allah, dan gambar Allah, maka ada beberapa tanggung
jawabnya :
1. Manusia mengabdi kepada Allah
Setelah segala sesuatu diciptakan,
maka Allah memberikan tugas kepada manusia yaitu : agar manusia bertambah
banyak, memenuhi bumi dan menaklukkannya (Kejadian 1 : 28). Kemudian Allah
menempatkannya di Taman Eden sebagai pengusaha taman itu dan pemelihara ciptaan
lainnya (Kejadian 2 : 15).
Manusia memperoleh tugas dari
Allah, berarti manusia harus mengabdi ; statusnya adalah abdi Allah. Dunia ini menjadi tempat manusia
mengabdi terhadap apa yang ditugaskan Allah. Pelaksanaan tugas ini adalah
sebagaian dari tanggung jawab manusia terhadap Allah.
2. Manusia menguasai dan mengusahai ciptaan lainnya
Pada pembahasan sebelumnya
telah disinggung tentang tugas manusia yang menguasai, mengusahai dan
memelihara ciptaan lainnya. Tetapi perlu dijelaskan lagi bahwa jikapun manusia
memperoleh wewenang untuk menguasai dan mengusahai ciptaan lainnya, itu tidak
berarti manusia diperbolehkan bertindak sewenang-wenang terdapat ciptaan
lainnya. Manusia tidak menjadi imperial terhadap ciptaan lain.
Manusia menguasai dan mengusahai
adalah dalam rangka memelihara dan mengembangkan ciptaan Allah. Seluruh
kegiatan dan tindakan penguasaan dan pengusahaan ciptaan lain adalah merupakan
pelaksanaan amanat Tuhan Allah. Manusia harus selalu mempertanggung jawabkan
perbuatannya terhadap ciptaan lain kepada Allah.
3. Manusia Kristen menjadi garam dan terang didunia
Orang Kristen mendapat dua
macam mandat dari Allah, yaitu mandat budaya dan mandat rohani. Mandat budaya
diterima semua manusia secara umum termasuk orang Kristen, tetapi mandat rohani
hanya ditunjukkan kepada orang-orang Kristen.
Mandat budaya diterima manusia
pada saat penciptaan, yaitu untuk menguasai, mengusahai dan memelihara ciptaan
lain. Sedangkan mandat rohani diterima
oleh murid-murid Yesus setelah dipanggil dan diutus pergi ke seluruh dunia.
Mandat rohani meliputi tanggung
jawab agar menjadi garam dan terang dunia. Yesus berkata kepada murid-murid
atau orang Kristen : “Kamu adalah garam dan terang dunia” (Mat.5:13-16).
Kemudian sesudah Yesus bangkit
dari mati dan sebelum naik ke surga, Dia memberi perintah Agung kepada
murid-murid : “Pergilah, jadikan semua bangsa muridKu, babtiskanlah mereka
dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan ajarkan mereka melakukan segala
sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu, dan ketahuilah, aku menyertai kamu
senantiasa sampai akhir zaman”.
Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah
Injil kepada segala makhluk (Matius 28:19-20, Markus 16:15). Dalam konteks
budaya, orang Kristen mendapat tanggung jawab yang sama dengan manusia lain.
Tetapi dalam konteks kerajaan Allah, orang Kristen memperoleh tanggung jawab
menjadi garam dan terang dunia.
Sebagai garam dan terang dunia
orang Kristen berperan memberikan kualitas dan baik ditengah-tengah dunia. Dan
juga berkewajiban menunjukan sesuatu yang lebih baik kepada dunia, sehingga
dunia dapat melihat perbuatan-perbuatan yang baik dan memuliakan Allah di sorga.
Sebagai garam dan terang, orang Kristen tidak akan menjadi perusak dan penindas
kehidupan dunia.
4. Orang Kristen turut menyelamatkan Dunia
Jika seorang Kristen menyadari
dirinya sebagai ciptaan Allah dan juga sebagai makhluk dunia yang membutuhkan
ciptaan lainnya, maka tidak boleh tidak akan senantiasa memberikan perhatiannya
pada masalah dunia.
Masalah-masalah dunia yang
sering mengganggu kepentingan dan kebutuhan manusia antara lain : polusi,
erosi, hama, wabah penyakit, perang, diskriminasi, kemiskinan dan lain-lain.
Terjadinya masalah-masalah ini tidak lepas dari pada tanggung jawab manusia,
khususnya orang Kristen.
Manusia sering menjadi penyebab
dari kesukaran-kesukarannya sendiri. Demi mempertahankan dan meningkatkan mutu
kehidupannya, manusia terutama orang Kristen, terpanggil dan bertanggung jawab
menyelamatkan dunia sekitarnya. Arti penyelamatan yang dimaksud ialah suatu
perbaikan, penyembuhan, pembebasan dan pemeliharaan dunia sekitar yang
dibutuhkan.
Tindakan penyelamatan ini di
satu pihak merupakan pemenuhan kebutuhan manusia sendiri, tetapi dipihak lain
adalah merupakan pertanggungjawaban manusia, orang Kristen terhadap mandat yang
sudah diperoleh dari Allah. Oleh karena itu orang Kristen harus menyadari bahwa
sebagai ciptaan Allah dan sebagai mandataris Allah mereka mempunyai tanggung
jawab kepada Allah ; Dan tanggung jawab itu diwujudkan sekaligus dinyatakan
dalam kehidupan sehari-hari.
C.
MANUSIA DAN CIPTAAN LAIN
1. Hubungan manusia dengan ciptaan lainnya
Di satu pihak manusia mempunyai
kedudukan istimewa diantara ciptaan lainnya. Manusia disebut gambar dan rupa
Allah. Manusia diberi wewenang dan tanggung jawab untukk menguasai, mengusahai
dan memelihara ciptaan lainnya, manusia disebut mahkota ciptaan. Tetapi di
pihak lain manusia juga terikat dengan ciptaan lainnya. Dalam riwayat
penciptaan Allah lebih dahulu menciptakan ciptaan lainnya, baru pada hari
terakhir Allah menciptakan manusia.
Mengapa manusia diciptakan setelah
ciptaan lainnya? Hal ini dapat dipahami dari rencana Allah yang bertanggung
jawab ; Allah lebih dahulu menyediakan apa yang dibutuhkan manusia, baru
manusia diciptakan.
Allah telah merencanakan bahwa
manusia dapat hidup jika didukung oleh ciptaan lainnya. Memang hidup itu
datangnya dari Allah, tetapi hidup itu berlanjut dengan dukungan
ciptaan-ciptaan Allah lainnya. Segera setelah manusia pertama diciptakan, Allah
berfirman kepadanya : “Lihatlah aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan
yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji
itulah akan menjadi makananmu (Kejadian 1 : 29)”.
Juga dalam sejarah manusia,
dalam hubungan dengan Allah. Manusia sering menggunakan binatang dan tumbuhan (ciptaan
lain) untuk memuja Allah. Hak itu sudah di mulai pada masa Kain dan Habel mempersembahkan
hasil tumbuh-tumbuhanya dan dari hasil ternak-ternaknya( Kejadian 4:3-4)
Yesus sendiri mengakui bahwa
“roti” adalah salah satu sumber kehidupan: ada tertulis,”manusia hidup bukan
dari roti saja” (Matius 4:4 dikutip dari ulangan 8:3). Dalam doa Bapa Kami,
yang di ajarkan Yesus di katakan : “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami
secukupnya (Matius,6,11) Istilah makanan secukupnya disebut”Artos” (Bahasa Yunani)
artinya “roti”
Kalau disimak lebih mendalam
bahwa roti itu adalah hasil olahan dan ciptaan lainya. Bahan bakunya adalah
terbuat dari tumbuh-tumbuhan dan binatang. Dengan demikian jelaslah bahwa
manusia itu tidak dapat di lepaskan dari hubunganya yang prinsipil dengan
ciptaan lainya.
2. Manusia bebas dan terikat dengan ciptaan lainnya
Dalam satu uraian tentang hubungan manusia dengan dunia
ciptaan lainnya :R. Oranye pernah menuliskan sebagai berikut : “Nisbah antara
manusia dan dunia dapat di lihat dari segi .yaitu: kebebasan dan keperluan,”
Manusia dengan sikap bebasnya terhadap ciptaan lain dengan pikiran dan
tindakanya. Tetapi di pihak lain manusia terikat kepada cipataan lain.
Orang Kristen telah
memperoleh keselamatan dan kuasa dari Allah . maka di satu pihak dia bersikap
bebas terhadap dunia dan ciptaan lain, tetapi di pihak lain orang Kristen merasa
terikat dengan ciptaan lain, karena ciptaan lain merupakan keperluan dan
kebutuhan hidup dalam dunia(L. Oranye : menyebut dengan istilah keperluan , tetapi
adalah lebih tepat di katakan dengan istilah kebutuhan).
L. Oranye
mengatakan lagi bahwa : “manusia tak pernah dapat dilepaskan dari dunia,” Yesus
sendiri berkata tentang murid-muridnya,”Aku tidak meminta supaya Engkau
mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya engkau melindunginya “(mereka) dari
yang jahat”. (Johannes 17:15).
3. Manusia bertanggung jawab
melestarikan lingkungan hidup
Istilah keutuhan ciptaan diartikan kelestarian hidup :
ciptaan yang utuh maksudnya adalah sama dengan lingkungan hidup yang lestari
Arti lestari lebih menekankan kesinambungan ciptaan dan lingkungan hidup :
melestarikan lingkungan hidup berarti menjaga dan memelihara kesinambungan
ciptaan agar tidak menggangu lingkungan hidup manusia itu sendiri.
a) Pengertian Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup yang dimaksud ialah
meliputi alam sekitar ciptaan lain dan manusia lain, dan secara khusus lapisan
kuasa (pemerintah yang berkuasa serta budaya). Dengan kata lain, bahwa segala
sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dimana manusia itu harus
berhubungan dengan itulah yang disebut lingkungan hidup.
Lingkungan hidup yang fisik dan
non fisik, kehidupan manusia tidak hanya berhubungan dengan hal-hal fisik saja,
atau materi, tetapi dengan kekuasaan, dengan budaya dan perilaku juga manusia
harus berhubungan.
Lingkungan alam sekitar :
yang dimaksud meliputi unsur-unsur hidup, yakni: air, udara, tanah, api (panas).
Unsur-unsur inilah yang paling mendukung kehidupan manusia. Manusia tidak bisa
lepas dari unsur-unsur ini dalam kehidupan sehari-hari.
Jika terjadi masalah pada air,
udara, tanah dan api maka sekaligus menjadi masalah bagi kehidupan manusia. Manusia
bernafas dari udara, sebagian besar zat tubuh manusia didukung oleh air, dan
selain manusia hidup diatas tanah sumber makanan yang dibutuhkan setiap hari
adalah tumbuh dari tanah. Manusia juga hidup dengan suhu panas yang dibutuhkan.
Lingkungan ciptaan lain :
yang dimaksudkan ciptaan lain ialah binatang dan tumbuh-tumbuhan. Ciptaan lain
ini pun tidak mungkin lepas dari kehidupan sehari-hari manusia. (Hal ini sudah
diuraikan pada nomor sebelumnya). Manusia terikat dan butuh dengan binatang dan
tumbuh-tumbuhan.
Lingkungan manusia lain (sesama) : manusia lain bukan saja orang –orang seiman, tetapi juga orang-orang
yang tidak seiman , bukan hannya orang-orang dewasa, melainkan orang-orang yang
masih kanak-kanak pun adalah manusia (sesama).
Semua lapisan dalam masyarakat adalah
sesama. Manusia adalah makluk sosial, maka secara sosiologis manusia harus berhadapan
dan berhubungan dengan lapisan –lapisan tersebut.
Bagaimanapun, kehidupan manusia
akan banyak di pengaruhi oleh lapisan sosial yang bermacam-macam itu. Dan
sejalan dengan itu manusia berhadapan dengan kebudayaan serta perilaku sesama
manusia yang lain.
Lingkungan kuasa, bagaimanapun
manusia dalm kehidupan sehari-hari selalu berhadapan dengan struktur, apakah
itu struktur dalam keluarga: Ayah, Ibu, Kakak, Abang, Kakek dan lain sebagainya.
Struktur dalam masyarakat misalnya : Kepala Desa, Lurah, Penegak Hukum, Tokoh
Masyarakat, Tokoh agama, dan struktur dalam lapisan kerja ; misalnya : Direktur,
Kepala Kantor, Bos, Pimpinan Proyek dan sebagainya.
Semua struktur dalam kehidupan
manusia tidak terlepas dari kuasa. Kuasa itu berguna dalam mengatur kehidupan
bersama manusia. Pemerintah dan lapisan kuasa merupakan bagian kebutuhan dan
kewajiban manusia dalam kehidupan sehari-hari.
b) Sikap Kristen Terhadap
Kelestarian Hidup
Ada dua sikap Kristen terhadap kelestarian lingkungan
hidup, yaitu:
- Kelestarian lingkungan hidup adalah kebutuhan manusia, dan
melestarikan lingkungan hidup adalah kewajiban manusia.
- Kelestarian lingkungan hidup adalah kebutuhan manusia, memberi arti
bahwa manusia adalah bahagian dari lingkungan hidup itu. Menurut pemahaman
Kristen bahwa manusia ini pada azasinya selalu membutuhkan keharmonisan
dengan lingkungannya. Taman Eden sebagai profil lingkungan hidup yang
harmonis, seimbang, selaras, dan serasi, memberi gambaran tentang
lingkungan hidup yang dibutuhkan manusia.
Allah sendiri yang menciptakan
lingkungan hidup yang harmonis itu bagi manusia. “Maka Allah melihat segala
yang dijadikanNya itu sungguh amat baik” (Kejadian 1 : 31)”. Melestarikan
lingkungan hidup sebagai kewajiban didasarkan pada Firman Allah kepada manusia,
yaitu: agar manusia, ,menguasai dan memelihara taman Eden (Kejadian 2 : 15).
Manusia yang bertanggung jawab kepada Allah ialah manusia yang patuh dan taat
kepada FirmanNya.
c) Tindakan-tindakan Yang Dapat Dilakukan Dalam Rangka Melestarikan Lingkungan
Hidup
Tindakan-tindakan Kristen yang
dapat dilakukan dalam rangka melestarikan lingkungan hidup, erat hubungannya
dengan Tritugas panggilan Kristen, yaitu : melayani, bersaksi dan bersekutu.
Melayani Lingkungan Hidup ialah menyediakan diri untuk menyediakan diri untuk
membantu, menolong, mempertahankan dan meningkatkan kelestarian lingkungan
hidup. Dalam Markus 10:45 ditegaskan bahwa Yesus datang ke dunia bukan untuk
dilayani melainkan untuk melayani.
Maka orang Kristen juga
terpanggil untuk melayani dunia lingkungannya. Orang Kristen terpanggil memberi
perhatian terhadap masalah kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup.
Misalnya : adalah sangat indah bila
orang Kristen turut secara spontan dan langsung dalam program-program
penghijauan, perbaikan air minum di desa-desa, turut ambil bagian dalam gotong
royong, jika terjadi bencana alam banjir, dan lain-lain. Tindakan dan aktifitas
orang Kristen yang demikian menjadi pertanda bahwa orang Kristen turut melayani
kepentingan lingkungan hidup.
Bersaksi dalam lingkungan hidup
dalam arti yang meluas meliputi tindakan menyuarakan, membela dan
mempertahankan sesuatu di tengah-tengah masyarakat dengan tujuan menjadi
kesinambungan sesuatu dalam lingkungan hidup.
Orang Kristen terpanggil untuk
menyuarakan, membela dan mempertahankan segala sesuatu yang bermakna kelanjutan
dan kelestarian lingkungan hidup.Yesus berkata pada pesan AgungNya : Dan
ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu, dan
ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
zaman,”(Matius28:20).
Dengan demikian orang Kristen
berkedudukan aktif dalam masalah-masalah lingkungan hidup. Sikap orang Kristen yang
tidak mau tahu dan no comment terhadap masalah lingkungan hidup adalah
cenderung pada sikap yang egoistis dan masa bodoh. Dengan tindakan nyata orang Kristen
terpanggil menjadi motivator kelestarian lingkungan hidup.
Misalnya dengan buah-buah pikiran
terhadap pemerintah tentang kelestarian lingkungan hidup, dan juga turut
menyampaikan serta menterjemahkan program-program kelestarian lingkungan hidup
di tengah-tengah masyarakat. Orang Kristen harus bersaksi bahwa melestarikan
lingkungan hidup adalah sebagian dari mematuhi perintah Allah.
Bersekutu dalam lingkungan Hidup
Sudah merupakan kodratnya bahwa
manusia adalah makluk sosisl dan makluk lingkungan, berarti manusia di dalam
hidupnya selalu membutuhkan yang lain itu bukan hanya sesama manusia, tetapi
juga ciptaan lain, Ingat, Allah menciptakan makluk lain bersama manusia.
Orang Kristen pun, sebagai
manusia pada hakekatnya selalu membutuhkan kehidupan bersama dengan
lingkunganya. Bersekutu dalam lingkungan
hidup berarti mampu dan bersedia hidup bersama dengan lingkunganya. Dengan kata
lain, tidak hidup secara menyendiri atau bersikap apriori terhadap lingkunganya.
Dengan sikap ini orang Kristen menunjukkan kesadaran bahwa orang Kristen
menpunyai hubungan dan kepentingan yang hakiki dengan lingkungan.
Yesus menegaskan bahwa muridnya
tidak dipisahkan dari dunia (Yoh. 17: 15-17). Murid-murid menjadi garam dan
terang dunia (Matius 5: 13-16). Tentu sebagai garam dan terang tidak mungkin
terpisah dari dunia yang digarami dan diterangi. Orang Kirsten sebagai garam
dan terang dalam lingkungan haruslah bersekutu dengan kehidupa bersama dunia.
Bersekutu dalam lingkungan
berarti memlihara hubungan yang serasi, selaras dan seimbang dengan
lingkungannya, karena itu merupakan tanggung jawab dan kebutuhan orang Kristen
juga. Dari kerangka Tri Tugas panggilan orang Kristen dalam lingkungan dapat
dipahami dan disadari bahwa orang Kristen adalah bagian yang integral dalam
lingkungan hidupnya.
Panggilan tidak sekedar tugas,
melainkan juga sebagai keharusan untuk dapat memperoleh kehidupan yang wajar ;
baik dengan unsur alam sekitar, dengan ciptaan lain, atau dengan sesama manusia
lain termasuk dengan unsur kekuasaan dan kebudayaan yang ada. Kemampuan dan
kesediaan untuk melayani, bersaksi dan bersekutu dengan lingkungan hendaknya
dipelihara dan ditingkatkan untuk mewujudkan kehidupan yang normal dan bahagia.
4. Peka dan Tanggap terhadap tanda-tanda zaman
Satu lagi tanggung jawab yang
dapat diperlihatkan orang Kristen terhadap lingkungan dan keutuhan ciptaan
ialah peka dan tanggap terhadap segala tanda-tanda zaman. “Waspadailah supaya
jangan ada orang yang menyesatkan kamu”. Kata Yesus (Matius 24:4).
Yesus memberitahukan
tanda-tanda zaman antara lain : kekacauan, perang, kelaparan, gempa bumi,
penipuan, penyiksaan, pembunuhan, pemalsuan, kedurhakaan, dan kasih menjadi
dingin (Matius 24 : 1-14).
Kejadian-kejadian diatas sudah
berlangsung pada masa dulu dan juga pada kini. Hal itu mengingatkan orang-orang
percaya akan penderitaan dan cobaan
kehidupan. Tanda-tanda diatas mengajak orang-orang percaya untuk peka dan tanggap.
Bagaimanapun kejadian-kejadian
seperti itu menyangkut kehidupan lingkungan dan keutuhan ciptaan. Sebagai orang
Kristen adalah wajar bertanya, mengapa terjadi kekacauan, perang, kelaparan,
gempa, pembunuhan, kepalsuan dan lain-lain? Siapa yang bertanggung jawab? Dan
bagaimana menghadapinya?
Tanpa mengabaikan aspek theologis,
adalah wajar bertanya secara logika. Apa hubungan sebab akibat terjadinya
hal-hal tersebut diatas? Bukankah terjadinya tanda-tanda seperti itu disebabkan
faktor manusia? Bukankah manusia yang menciptakan perang? Bukankah manusia yang
mencemarkan udara, air, tanah, dan api serta kebudayaan lainnya? Bukankah
manusia yang menggundulkan hutan secara semberono dan serakah, maka terjadi
banjir, erosi, kelaparan, gempa bumi, dan lain-lain, sehingga mengganggu
kepentingan manusia?
Kepekaan dan ketanggapan orang Kristen
terhadap tanda-tanda zaman, membuat sikap mawas diri, self koreksi. Dan dengan
demikian tergeraklah hati untuk turut bertanggung jawab serta ikut mencegah dan
menanggulangi terjadinya kejadian tersebut diatas.
Dr. TB. Simatupang dalam suatu
ceramahnya tentang : “Tugas kenabian gereja dalam pembangunan”, menyebutkan
bahwa “orang Kristen / gereja mempunyai sikap kreatif, kritis,, realis dan
positif terhadap pembangunan. Kreatif berarti orang Kristen ikut serta dengan
pembangunan lingkungannya di segala bidang. Orang Kristen harus menyadari
dirinya turut menentukan laju dan arah pembangunan lingkungannya.
Sedangkan kritis, berarti orang
Kristen harus berani memberikan sumbangan pikiran untuk memperbaiki kesalahan
dan membela serta mempertahankan kebenaran, kemudian ikut mencari jalan keluar,
bagaimana memecahkan permasalahan yang timbul. Sikap seperti diatas membawa
orang Kristen kepada peranan yang aktif dan positif sesuai dengan tugasnya
sebagai garam dan terang dunia (Matius 3 : 13-16).
5. Orang Kristen dengan masalah pencemaran dan bencana alam
Pada bagian terdahulu telah
dicoba memahami dan menyadari tanggung jawab orang Kristen terhadap masalah
lingkungan hidup secara umum tetapi pada bagian ini perlu dibahas secara khusus
bagaimana sikap dan tanggung jawab orang Kristen menghadapi masalah pencemaran
dan bencana alam.
Pencemaran dan bencana alam
sering menggangu dan menghancurkan kehidupan manusia. Pencemaran yang dimaksud
meliputi udara, air, tanah, dan api. Pencemaran sering merupakan akibat dari
tindakan dari perilaku manusia yang tak bertanggung jawab. Demikian juga
bencana alam, seperti banjir, erosi, hama dan wabah penyakit orang sering diakibatkan oleh manusia yang
kurang pengetahuan, dan perbuatan manusia yang serakah dan sembrono.
M.T. Zen, seorang sarjana
geologi dan geofisika (1981) menegaskan bahwa ada beberapa tindakan manusia
yang mengakibatkan malapetaka terhadap kehidupan manusia masa berikutnya yaitu:
“Kalau diteruskan lagi penyebaran lebih banyak pestisida, material radiaktif,
palastik, air selokan dan kotoran industry keperaian, juga ke udara dan ke
tanah-tanah lapang”.
M.T. Zen melihat
tindakan-tindakan ini akan mengakibatkan pencemaran pada unsur udara, air dan
tanah tempat manusia hidup. Akibat pencemaran ialah peracunan dan pembinasaan
terhadap makhluk tertentu. Dan ini akan menggangu keseimbangan ekologi dan
ekosistem.
Dari data yang diajukan oleh
M.T. Zen (1981) bahwa dewasa ini digunakan setengah juta bahan buatan manusia
yang tidak dapat diramalkan sifat-sifat sebagian bahan tersebut. Dan akibat
yang ditimbulkan oleh pencemaran dari bahan-bahan tersebut dapat mengancam dan
menghancurkan tidak kurang dari 280 jenis binatang menyusui, 350 jenis burung,
dan 20.000 jenis tumbuhan.
Di satu pihak manusia
membutuhkan peningkatan produktivitas dengan cara-cara bibit unggul, pemakaian
pupuk dan penyemprotan hama dan wabah penyakit dengan pestisida, serta
pencetakan lahan-lahan pertanian : tetapi di pihak lain, dengan
tindakan-tindakan itu manusia telah merangsang timbulnya masalah baru, yaitu
hama yang lebih ganas, penyakit yang sulit disembuhkan, terjadinya banjir,
erosi, dan bencana lainnya. Sehingga makin lama dirasakan prestasi pertumbuhan
produktivitas bukan meningkat melainkan menurun, dan kesejahteraan hidup makin
terancam.
Dari kenyataan diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak sama
artinya dengan peningkatan kesejahteraan umat manusia. Hal ini terjadi adalah
akibat tidak adanya keseimbangan antara makhluk hidup.
Faktor utama yang mendapat
perhatian ialah : Orang Kristen terpanggil untuk mencari pemecahan, bagaimana
mencegah sikap serakah, egoistis dan emosional pada manusia. Orang Kristen
sendiri bertanggung jawab menghindarkan perbuatan-perbuatan yang menjurus pada
pengrusakan keseimbangan-keseimbangan lingkungan dan keutuhan ciptaan.
Orang Kristen yang menyadari
dirinya bukan hanya penakluk dan penguasa lingkungan tetapi juga adalah
pengusaha dan pemelihara lingkungan hidup (Kejadian 2 : 15 - 16). Orang Kristen
adalah abdi-abdi Allah untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan hidup
dan keutuhan ciptaan Allah.
III. Pokok Pikiran Kristiani
Tentang Materi Kajian
1. Asal
kehidupan manusia adalah dari Allah
2. Pada
saat diciptakan Allah, manusia itu sangat baik adanya, tetapi setelah berdosa,
manusia menjadi mahluk binasa, mahluk yang rusak.
3. Sejak semula manusia menerima hak dan
tanggung jawab dari Allah penciptanya
a. Hak
menikmati ciptaan lainnya dan tanggung jawab untuk menguasai, mengusahai, dan
memelihara ciptaan lainnya.
b. Hak
untuk memperoleh kasih karunia Allah dan tanggung jawab untuk mengabdi serta
memuliakan Allah dalam hidup sehari-hari.
VI. Latihan
1.
Buatlah
perbandingan pandangan agama non Kristen dengan iman Kristen tentang hakekat
manusia.
2.
Daftarkan
5 poin tanggung jawab manusia menurut Iman Kristen
3.
Buatlah
satu cerita contoh tentang perilaku seorang mahasiswa Kristen yang bertanggung
jawab dalam kehidupan sehari-hari.
BAB
III
MORALITAS
I. Latar
Belakang Masalah
Berbicara tentang moralitas
berarti berdiskusi tentang bagaimana menjadi baik dan bagaimana berbuat baik. (How
to be good how to do good).
Hal baik berkaitan dengan moral dan kaidah atau kitab suci yang dipakai.
Menilai sesuatu itu baik jika sesuai dengan norma. Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat ada norma dan kaidah yang diakui secara umum.
Jika seseorang ingin menjadi baik dan
ingin berbuat baik dalam masyarakat , maka dia terlebih dahulu
mengetahui norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat itu.
Orang
Kristen yang hidup dalam masyarakat, tentu berhadapan dengan norma-norma dan
kaidah-kaidah itu ; orang Kristen kadang-kadang bertanya dalam dirinya,
bagaimana harus berbuat? Bagaimana
harus berperilaku? Orang Kristen dalam
masyarakat heterogen berhadapan dengan norma-norma adat, kebiasaan dan
norma-norma agama yang berbeda-beda. Tentunya orang Kristen harus dapat memahami norma-norma itu, apakah bertentangan
dengan iman Kristen atau tidak.
Untuk mencegah moralitas Kristen
yang tercemar maka pembahasan topik ini sangat berguna bagi mahasiswa sehingga
mahasiswa memiliki moralitas kristiani yang sesuai dengan iman Kristen.
Norma-norma adat dan agama lain dapat diterima sepanjang norma-norma itu sesuai
dengan iman Kristen.
II. Kajian Materi
A. PENGERTIAN
MORALITAS SECARA UMUM
Perkataan
moralitas berasal dari kata Mos atau Mores (Bahasa Latin) yang sering
diartikan:
”Kelakuan lahir seseorang” Pada hal sesungguhnya kata
moral dan etika adalah dua kata yang sama artinya. Tetapi dalam pemakaian
sehari-hari kata Etika(Ethos) diartikan lebih mendalam dari arti kata Moral.
Etika tidak hanya menyinggung perbuatan-perbuatan lahir saja, Etika juga
menyinggung soal-soal kaidah dan motif-mitif perbuatan seseorang.
Kata lain yang dekat artinya dengan kata moral dan etika
ialah kesusilaan, berasal dari bahasa Sangsekerta yang artinya norma atau
peraturan hidup yang baik. Dari ketiga istilah diatas diambil kesimpulan bahwa
moralitas yang kita bicarakan ialah tentang : bagaimana menjadi baik. Dan
bagaimana berbuat baik.(How to be good how to do good).
Secara umum moralitas itu dikaitkan dengan norma dan kebiasaan hidup yang
diakui secara umum. Adat-istiadat tradisi dan ajaran agama yang dominan dalam
masyarakat, menjadi acuan utama untuk menilai seseorang apakah bermoral atau
tidak.
Seseorang
yang tidak berperilaku sesuai adat dan kebiasaan hidup kemudian dinilai kurang
bermoral, atau tidak bermoral. Moralitas itu dinampakkan tidak hanya dalam
perkataan, tetapi juga dalam sikap, perbuatan dan tindakan, termasuk juga cara-cara berpakaian
dan berinteraksi.
B.
SUMBER
DASAR MORALITAS
Secara
umum moralitas tidak dapat dipisahkan dari faktor, adaptasi, tradisi, filsafat,
dan ajaran agama yang dianut. Faktor-faktor ini membentuk seseorang menampakkan
moralitasnya dalam masyarakat.
Dalam
beberapa faktor itu, tentu ada faktor yang lebih dominan, maka moralitas
seseorang banyak dipengaruhi oleh faktor apa yang dominan pada dirinya. Misalnya : seseorang yang sangat ketat pada adatnya maka
moralitasnya dominan dipengaruhi adatnya. Seseorang yang begitu ketat mengamalkan ajaran agamanya,
maka moralitasnya dipengaruhi oleh ajaran agamanya itu. Atau seseorang yang
begitu menganut suatu falsafah hidup tertentu maka moralitasnya akan
dipengaruhi falsafah hidup tertentu maka moralitasnya akan dipengaruhi falsafah
hidup tersebut.
Adat
Sebagai Sumber Moralitas
Adat Batak misalnya mengajarkan : Prinsip Dalihan Na Tolu yaitu:
- Manat Mardongan tubu : artinya tidak gegabah terhadap teman satu marga
(saudara)
- Elek marboru : artinya sikap membujuk terhadap
keluarga anak perempuan, atau keluarga
saudara perempuan.
- Somba marhula-hula : artinya hormat terdapat pihak keluarga istri, atau
keluarga menantu perempuan
Prinsip Dalihan Na Tolu ini merupakan ajaran adat Batak
yang sangat berpengaruh pada moralitas orang Batak dalam bermasyarakat ,
khususnya pada seseorang orang Batak.
Orang Batak jika bergaul dalam masyarakat, ketemu dengan
”dongan tubu” selalu bersikap ”manat”, tidak gegabah, mereka saling menghargai
dan jika bertemu dengan ”boru” mereka bersikap ”elek” membujuk, dan jika
bertemu dengan ”hula-hula”, mereka bersikap lebih hormat ; itulah prinsip-prinsip
bergaul dan berinteraksi pada masyarakat adat Batak.
Apabila ada orang Batak yang tidak mengamalkan prinsip
berinteraksi seperti itu, maka mereka akan dinilai kurang, bermoral. Adat Batak
adalah salah satu sumber moralitas yang signifikan bagi masyarakat batak.
Ada tiga faktor identitas masyarakat suku Batak yaitu :
marga bahasa dan adat. Tetapi adat Batak adalah sumber moral yang paling utama.
Kebiasaan (tradisi / sebagai sumber moralitas)
Setiap kelompok masyarakat selalu ada kebiasaan atau
tradisi yang dipelihara. Anggota masyarakat tidak boleh terlepas dari kebiasaan
hidup atau tradisi yang berlaku pada masyarakat itu. Secara khusus kita
menyoroti kebiasaan dalam masyarakat suku Batak.
Misalnya :
- Kebiasaan Memberi sesuatu dengan tangan kanan bukan dengan
tangan kiri, apabila seseorang memberi sesuatu dengan tangan kiri, di harus
menyatakan maaf, jika tidak maka itu tidak sopan, atau kurang bermoral.
- Kebiasaan memberii tempat yang terhormat kepada pihak
keluarga hula-hula, tulang, apabila diadakan suatu pertemuan adat, ataupun
pertemuan biasa.
- Kebiasaan mengunjungi, orang
tua pada hari besar agama. Misalnya hari Natal, Tahun Baru dan lain-lain.
Demikian juga menghindari pantangan-pantangan dalam
moralitas suku Batak antara lain : Menyebut
nama orang tua, berbicara main-main dengan mertua, inang bao, anggi boru
dan lain-lain.
Dalam moralitas suku Batak dan pantangan-pantangan yang
harus dipelihara, agar tidak melanggar kesopanan dan kehormatan.
Falsafah Hidup Sebagai Sumber Moralitas
Kadang-kadang dalam masyarakat kita menjumpai ada orang
yang berperilaku berbeda dengan orang lain. Tentu kita bertanya mengapa dia
berperilaku agak berbeda dari yang lain. Tentu kita bertanyan mengapa dia
berperilaku agak berbeda dari yang lain, rupanya dia baru pulang dari luar
negeri, dia sudah lama hidup diluar negri. Dulu cara hidup nya tidak begitu, tetapi
sekarang dia sudah lain: ternyata dia menganut suatu falsafah hidup yang baru,
dia menjadi individualis, materialis, atheis atau komunis; falsafah hidup yang
baru itu mempengaruhi moralitasnya dalam kehidupanya sehari-hari.
d. Ajaran agama sebagai sumber
moralitas
Selain ajaran adat, kebiasaan hidup, dan falsafah hidup, satu
lagi faktor yang mempengaruhi moralitas adalah ajaran agama. Ajaran agama yang
dipahami dengan cara berfikir tertentu,dan sikap mental yang terbentuk sedemikian
rupa akan memunculkan moralitas umat beragama dengan cara tertentu.
Misalnya :
Orang-orang yang mengamalkan ajaran agama secara fanatis
dan ekstrim, akan memunculkan perilaku, moralitas yang fanatik ekstrim dalam
masyarakat.
Orang yang mengamalkan ajaran agama secara hakiki
moderat, akan memunculkan perilaku dan moralitas yang teguh tetapi flexible.
Tetapi ada juga orang mengamalkan ajaran agamanya secara
fragmatis atau kurang serius maka akan memunculkan perilaku dan moralitas yang
mengambang atau kurang konsisten.
C. KRISIS MORAL
Yang dimaksud dengan krisis
moral ialah suatu sikap dan perilaku yang bertentangan dengan adat, kebiasaan
umum, dan agama yang dianut, sikap dan perilaku itu dinampakkan dalam kehidupan
sehari-hari. Krisis moral itu cenderung sebagai pemberontakan pada norma-norma
kehidupan yang dianut. Krisis moral itu bisa terjadi pada orang per orang dan
bisa juga terjadi pada kelompok-kelompok orang dalam masyarakat.
Bentuk-bentuk krisis moral itu
antara lain :
1. Pola Hidup Yang Rusak
Pola hidup yang rusak seperti pergaulan bebas, free seks,
fornografi, pornoaksi, materialisme, korupsi, anarkisme dan sadisme menjadi
masalah moralitas yang serius dalam masyarakat.
Pola hidup pergaulan bebas,
free seks, pornografi, pornoaksi, sebernarnya tidak hanya terjadi pada zaman
modern ini, tetapi juga di zaman dahulu telah ditemukan dalam kehidupan
manusia.
Misalnya : - Masyarakat Sodom dan Gomora ( kej. 19 : 1-8
)
- Masyarakat Roma ( roma 1 : 24-32 )
Pola hidup materialis dan
korupsi ialah sikap hidup yang mengutamakan materi dan keinginan duniawi. Orang
menjadi materialis dan korupsi adalah berakal pada mementingkan diri sendiri,
tanpa memperhatikan orang lain. Rasul Paulus pernah mengingatkan jemaat Kristen
di Korintus agar tidak menjadi orang yang egostis.
I Korintus 8 : 15 ”Orang yang
mengumpulkan banyak tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak
kekurangan.(juga Keluaran 16 : 18). Sedangkan pola hidup anarkisme dan sadisme
adalah sikap hidup yang berakar pada kebiasaan-kebiasan kekerasan dan
kebencian.
Yesus pernah berkata : barang
siapa menggunakan pedang akan binasa oleh pedang (Matius. 26 : 25). Yesus juga
mengajarkan ”aku berkata kepadamu janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat
padamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya
pipi kirimu (Matius 5 : 39).
2. Penyalahgunaan Narkoba
Dalam dosis tertentu narkoba
iru dapat digunakan untuk tujuan-tujuan positif. Misalnya : Obat bius untuk
tindakan medis, tetapi yang menjadi masalah ialah jika narkoba di salahdunakan.
Penyalahgunaan Narkoba mengakibatkan : Ketagihan; Ketergantungan; Melumpuhkan
daya kerja; Mengalami rasa senang yang palsu; Menghayal; Fly; Halusinasi;
Gemeteran; dan Kejang jika dihentikan dan nilai-nilai moral agama tidak
diperdulikan.
Paulus memberii nasehat kepada
jemaat Kristus di Roma (12:9) ”Hendaklah kasih
itu jangan pura-pura jauhilah yang jahat, lakukanlah yang baik”.
Orang jatuh pada penyalahgunaan
Narkoba bisa karena:
- Gaya hidup ringan
- Tidak waspada
- Coba-coba
- Mungkin karena stress dan
- Ingin
melupakan masalah dan lain-lain
Yesus telah memberi peringatan
kepada murid-muridNya : Lihat aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah
serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular, dan tulus seperti
merpati, tetapi waspadalah terhadap semua orang (Matius 1 : 16-17). Ada pepatah
yang mengatakan ”mencegah lebih baik dari
pada mengobati”.
3.
Fanatisme dan Ekstrimisme
Fanatisme ialah suatu sikap
yang merasa diri yang paling benar, dan orang lain yang berbeda dari dia tidak
benar kemudian sikap fanatisme menimbulkan tindakan extrim yaitu berupa : penolakan, pelanggaran dan penghancuran kelompok
lain. Tindakan-tindakan yang dilakukan sering mengganggu kehidupan masyarakat
harmonis. Fanatisme dan ekstrimisme dapat berwujud kelompok agama, dan dapat
juga berwujud kelompok suku.
Mengapa
orang menjadai fanatisme dan ekstrimis? Salah satu penyebab utama ialah:
-
Pemahaman
ajaran agama yang terbatas dan sempit
-
Pergaulan
masyarakat yang tertutup
Yesus pernah berkata kepada
murid yang fanatik: ”Barang siapa tidak melawan kamu ia ada dipihak kamu” (Luk.
9:50) : Berbeda tidak harus berlawanan. Moralitas yang baik ialah: ”mampu menghargai perbedaan”
D. MORALITAS KRISTEN
Secara umum moralitas Kristen
didasarkan pada intisari dari seluruh hukum taurat dan kitab para nabi yaitu :
mengasihi Tuhan Allah dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (Mat. 22: 4-40).
Mengasihi Tuhan Allah dengan
segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi, merupakan moral
Kristiani yang vertikal, sedangkan mengasihi sesama seperti diri sendiri adalah
moralitas kristiani yang horizontal tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
orang Kristen. Tetapi dalam topik kajian ini moralitas horizontal mendapat
tekanan utama:
a) Tidak
ada yang berbuat baik (Roma 3 : 12)
Di satu pihak manusia itu pada
waktu diciptakan sangat baik adanya (Kejadian1: 30). Tetapi setelah manusia itu
berdosa, ternyata manusia tidak ada lagi yang baik. Rasul Paulus mengutip
mazmur 14 : 1-3 dan mengatakan : ”seperti ada tertulis, tidak ada yang benar, seorang pun tidak, tidak ada
seorang pun berakal budi, Tidak ada seorang pun yang mencari Allah, semua orang
telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik
seorang pun tidak” ( Roma 3 : 10-15 ).
Dalam kitab nabi Mikha
dikatakan sebagai berikut : ”hai manusia, telah diberitahukan kepadamu, apa
yang baik dan apakah yang dituntut Tuhan dari padamu, selain berlaku adil,
mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati dihadapan Allahmu” (Mikha 6 :
8)
Manusia dapat berbuat baik dan
menjadi baik, setelah lebih dahulu mendapat perbaikan dari Allah. Manusia
menjadi baik ketika Allah memperbaiki manusia, dan manusia itu sendiri mau
diperbaiki.
b) Orang
yang baik akan berbuat baik
Kita sering menilai seseorang
sebagai orang yang baik, setelah melihat perbuatan-perbuatannya yang
baik,tetapi sesungguhnya seseorang dikatakan baik bukan karena dia berbuat
baik, melainkan karena dia adalah orang yang baik maka dia mampu melakukan
perbuatan-perbuatan baik.
Yesus sendiri berkata sebagai
berikut : ”karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan yang tidak baik,
dan tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik ; sebab
setiap pohon dikenal karena buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik
buah ara dan duri-duri tidak memetik buah anggur.
Seperti yang dikatakan Paulus...”tetapi
buah roh ialah kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan,
kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri, jikalau kita hidup oleh
roh baiklah hidup kita juga dipimpim oleh Roh” ( galatia 5 : 22,23+25)
Moralitas Kristen tidak hanya
perbuatan-perbuatan dan perkataan-perkataan lahiriah, melaikan hati yang
mendorong perbuatan-perbuatan itu adalah
menjadi faktor utama dalam penilaian, baik atau tidak.
c) Mengikuti
Moralitas Yesus
Jika kita menelusuri sikap dan
perilaku-perilaku dan tindakan-tindakan yang dilakukan Yesus selama dia hidup
didunia, ada beberapa point yang dapat kita pedomani sebagai dasar moralitas Kristen.
Yesus dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak memerankan etika, karakter
daripada etika kepribadian, etika karakter yang dimaksud ialah sikap dan
perilaku yang mengutamakan watak yang teguh dalam jati diri yang mantap.
1. Yesus rendah
hati dan kenal diri
Sebelum Yesus muncul
ditengah-tengah masyarakat, Yohanes pembabtis sudah mengatakan bahwa :”Yesus
adalah lebih berkuasa daripadanya dan melepaskan tali kasutNya pun dia tak
layak” (Matius 3 : 11), tetapi ketika Yesus sendiri muncul dia minta supaya Yohanes
membabtisNya. Yohanes tidak mau, namun Yesus mendesak, dan berkata kepada Yohanes
:”Biarlah hal ini terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan
seluruh kehendak Allah; (Matius 3 : 15).
Yesus mau merendahkan diriNya
dihadapan Yohanes, walaupun sebenarnya dia lebih berkuasa daripada Yohanes.
Kemudian sebelum Yesus ditangkap dia mengadakan perbuatan simbolik, yaitu
membasuh kaki murid-muridnya (Yohanes 13 : 4-5)
Selain itu, waktu dia berdoa di
taman Getzemane dia minta kepada Bapa di Sorga, agar cawan (penderitaan) itu
diambil daripadaNya, namun dengan rendah hati dan kenal diri dihadapan Bapa dia
berkata : ”Bukan kehendakku, melainkan kehendakMulah yang terjadi ( Lukas 22 : 42). Karakter kerendahan hati dan
loyal pada tugas dan kenal diri, itulah contoh moral yang diwariskan oleh Yesus
kepada para muridNya.
2. Yesus
menghormati posisi orang lain
Disamping kesediaan merendahkan
diri dihadapan Yohanes dan dihadapan murid-muridNya, sikap dan perbuatan Yesus,
yang mau dibabtis oleh Yohanes. Juga adalah suatu penghormatan Yesus terhadap
posisi dan tugas orang lain. Yesus menghormati Yohanes sebagai pendahuluNya.
Dan Dia berkata kepada Pilatus:
”Kerajaanku bukan dari dunia ini, jika kerajaanku dari dunia ini, pastilah hamba-hambaKu
telah melawan, supaya aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi,......(Johannes
28 : 36)
3. Yesus berani
menyatakan kebenaran
Walaupun Yesus seorang yang
rendah hati, loyal, kenal diri dari menghormati posisi orang lain tetapi pada
waktunya ; Yesus berani menyatakan kebenaran dihadapan siapa dan kepada
siapapun.
Misalnya :
-
Yesus
berani mencela orang-orang Farisi. Dan Ahli-ahli taurat yang munafik. (lukas
11: 42-47).
-
Yesus
berani mengkritik dan menyindir. Orang-orang yang suka dihormati.
(Luka 14 : 7-11)
-
Yesus
berani memprotes orang menampar mukanya, walaupun hanya dengan kata-kata
(Yohanes 18 : 23) yang tegas
-
Yesus
berani meluruskan perkataan Pilatus tentang kuasa ; kuasa itu datangnya dari
Allah (Yohanes 19 : 10-11)
Contoh-contoh diatas memberikan
bukti bahwa Yesus bukan orang yang lemah atau orang takut kepada kuasa di
dunia, tetapi dia berani menyatakan kebenaran itu kepada siapapun, namun
caranya masih dalam etika yang dapat dipertanggungjawabkan.
Etika seperti inilah juga yang
diajarkan oleh Paulus kepada teman sekerjanya Timotius : ”Beritakanlah Firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya
nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasehatilah dengan segala kesabaran
dan pengajaran (2 Timotius 4 : 2).
d). Moralitas Kristen juga memperhatikan sopan santun
Dalam berinteraksi dengan pihak
lain, orang Kristen juga adalah perlu memperhatikan sopan santun dan
adat-istiadat yang berlaku, agar orang Kristen dapat berfungsi sebagai garam
dan terang. Rasul Paulus pernah memberikan nasihat kepada Timotius, bagaimana
caranya melayani jemaat dengan sopan santun dan adat-istiadat yang baik.
Paulus berkata : ”Janganlah
engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegurlah dia sebagai Bapa,
tegorlah orang-rang muda sebagai saudaramu”. Perempuan-perempuan tua sebagai
ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu, dengan penuh kemurnian
hormatilah janda-janda yang benar-benar janda (1 Timotius 5: 1-3).
Dari keseluruhan prinsip
moralitas Kristen hal yang terutama ialah apa yang dikatakan Rasul Paulus
kepada jemaat Korintus :”Segala sesuatu diperolehkan, benar tetapi bukan segala
sesuatu berguna ; segala sesuatu diperolehkan benar, tetapi bukan segala
sesuatu membangun. Apapun yang kamu lakukan, lakukanlah semuanya itu
untuk kemuliaan Allah” (1 Kor. 10:23+31).
Moralitas Kristen harus
berorientasi pada hal yang berguna, membangun dan memuliakan Allah.
Moralitas vertikal harus seimbang dengan moralitas horizontal. Mengasihi Tuha
Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, segenap kekuatan
dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah merupakan dua sisi
yang tidak terpisah dalam moralitas kristiani.
III. Latihan
1. Rumuskan secara singkat apa makna moralitas secara
umum [5 baris]
2. Daftarkantiga bentuk krisis moral di sekitarmu
3. Sebutkan pendapatmu ”mengapa terjadi krisis
moralitas”.
4. Carilah dalam Alkitab : tiga contoh krisis moral.
IV. Kesimpulan Materi Kajian
1.
Membicarakan
moralitas ialah : Berdiskusi tentang bagaimana baik dan bagaimana berbuat baik
2.
Moralitas Kristen harus didasarkan dan dinilai pada
iman Kristen seperti disaksikan Alkitab.
3.
Adat-Istiadat,
kebiasaan hidup, tradisi dan falsafah hidup, dapat menjadi sumber moralitas Kristen,
asal sesuai dengan iman Kristen berdasarkan Alkitab
4.
Moralitas
Kristen berorientasi pada prinsip berguna, membangun, dan memuliakan Allah,
segala sesuatu boleh, asal berguna,
membangun dan memuliakan Allah..
V. Tes Formatif
1.
Buatlah
rumusan singkat, padat dan tepat, Pebedaan pokok moralitas Kristen dan moralitas
non Kristen
2.
Buat
pendapatmu, bagaimana mencegah terjadinya krisis moral pada dirimu.
BAB
IV
M A
S Y A R A K A T
I.
Latar Belakang Masalah
-
Umat
Kristen adalah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Makanya jika
terjadi pergumulan dalam masyarakat tidak boleh tidak, umat Kristen harus
terlibat didalamnya.
-
Tetapi
kadang-kadang sebagai umat Kristen kurang menyadari posisi kehadirannya dalam
masyarakat ; di satu pihak ada umat Kristen yang bersikap ekslusif (tertutup)
dalam masyarakat dan dipihak lain ada umat Kristen bersikap terlalu melarut (menyatu)
dalam masyarakat, sehingga timbullah perilaku-perilaku umat Kristen yang fanatik
ekstrim di satu pihak. Tetapi dipihak lain timbul juga perilaku yang
kehilangan jati diri kristiani dalam pergaulan masyarakat.
-
Memang
Yesus Berkata bahwa Kristen disatu pihak bukan berasal dari dunia, tetapi umat Kristen
harus hidup didunia, harus hidup dalam masyarakat (Yohanes 17 : 14-19). Umat Kristen
harus menjadi garam dan terang dalam masyarakat (Matius 5 : 13-16).
-
Topik
kajian ini sangat penting untuk mencegah sikap egois dan apriori pada mahasiswa
prinsip kristiani dalam hidup bermasyarakat.
II.
Kajian Materi
PENGERTIAN
MASYARAKAT SECARA UMUM
Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa yang dimaksud masyarakat adalah ”kesatuan orang-orang yang
dibangun atas unsur-unsur kesamaan”. Unsur-unsur kesamaan itu sangat banyak
macamnya. Hendropuspito dalam buku ”Sosiologi Agama” (1983 ) membagi atas
lima macam unsur kesamaan yang dapat menciptakan kesatuan sosiologis
(masyarakat).
a). Kesatuan orang-orang (masyarakat) yang dibangun atas dasar kesamaan etnis,
meliputi persamaan darah, bahasa, daerah dan nasib yang sama. Masyarakat suku,
masayarakat bangsa, adalah contoh nyata dari kesatuan ini
b). Kesatuan orang-orang (masyarakat) yang dibangun atas persamaan ideologi, misalnya masyarakat liberalisme, sosialisme,
sosialisme, komunisme, marhaenisme.
c). Kesatuan orang-orang (masyarakat) yang dibangun oleh penerimaan sistem politik
yang sama. Masyarakat negara-negara kesatuan, negara-negara federasi, seperti
NKRI, negara Malaysia, Amerika Serikat dan lain-lain.
d). Kesatuan orang-orang atas dasar pragmatis yaitu atas dasar persamaan, profesi, hobby, bakat,
keilmuan, misalnya ; masyarakat (organisasi) ikatan dokter, persatuan olahraga,
pecinta alam, organisasi sarjana ilmu-ilmu tertentu.
d). Kesatuan orang-orang ( masyarakat ) yang dibangun
atas kesamaan iman, keagamaan misalnya keagamaan Kristen, masyarakat Islam,
masyarakat Hindu, dan lain-lain.
Menurut Hendropuspito diantara kesatuan sosiologis (
masyarakat ) diatas, kesatuan masyarakat karena kesamaan iman dan agamalah yang
terkuat dan tertinggi. Terciptalah masyarakat karena kesamaan iman dan agama,
ternyata lebih tangguh dari jenis masyarakat lain. Kesatuaan orang-orang karena
kesamaan iman dan agama, telah melibatkan seluruh pribadinya. Manusia selalu mencari
sesamanya yang seiman.
Manusia dapat mengungkapkan (perasaan yang terdalam dan terkuat
pada dirinya ). Dari beberapa contoh jenis masyarakat di atas hal-hal yang kita
garis bawahi adalah :
-
Unsur
pokok dalam masyarakat adalah adanya orang-orang yang bersatu, orang-orang yang
terikat satu dengan yang lain
-
Orang-orang
bersatu itu menyadari bahwa diantara mereka terdapat unsur-unsur kesamaan
-
Masyarakat
bangsa Indonesia adalah masyarakat yang paling dekat dengan kehidupan kita
Namun, disamping faktor kesamaan-kesamaan tertentu yang terdapat
dalam masyarakat, tidak dapat dipungkiri juga bahwa selalu terdapat perbedaan.
Perbedaan-perbedaan dalam masyarakat tidak serta merta menjadi pendorong untuk
saling mengisi dan saling melengkapi antar orang-orang dalam kesatuan
masyarakat itu.
Perbedaan-perbedaan dalam masyarakat yang perlu kita
hargai misalnya :
-
perbedaan
suku, bangsa, ras
-
perbedaan
agama, keyakinan, aliran
-
perbedaan
tingkat pendidikan, adat istiadat
-
perbedaan
status sosial ekonomi
-
dan
lain-lain.
Semua perbedaan-perbedaan itu
dapat menjadi pendorong bagi kita untuk berbuat apa yang terbaik bagi kehidupan
bersama.
2. Pergumulan
Masyarakat Secara Umum
Jhon scott dalam artikelnya yang berjudul : kepemimpinan
kristiani, pada buku : isu-isu global (1994) menggariskan bahwa ada beberapa
kategori bahaya yang mengancam dunia dan masyarakat masa kini :
a. kategori global, yaitu bahaya persenjataan nuklir,
pelanggaran terhadap hak-hak azasi manusia, krisis lingkungan dan energi,
kepincangan ekonomi utara-selatan
b. kategori sosial : yaitu tragedi pengangguran yang
berkepanjangan, konflik dalam hubungan indusrtial, kekerasan rasial yang tidak
terduga.
c. Kategori moral : yang meliputi kekuatan yang berusaha
merongrong stabilitas perkawinan dan kehidupan keluarga, tantangan terhadap
tata susila seksual. Pergaulan bebas, aborsi sesuka hati, narkoba, penyimpangan
dan pelecehan seksual.
d.
Kategori
spiritual : yaitu bahaya meluasnya materialisme sehingga hilangnya kepekaan
realitas yang transendent dan rohani. Kurangnya minat masyarakat pada soal-soal
iman dan agama.
Keadaan masyarakat yang sedang diancam oleh gejala
seperti diatas, tidak terlepas dari kehidupan orang Kristen.walaupun disatu pihak
dikatakan, orang Kristen itu berbeda secara azasi dari orang-orang non Kristen
dalam masyarakat tetapi dari pihak lain harus kita akui bahwa orang Kristen
adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Malahan
dapat dikatakan, orang-orang Kristen sering menjadi subjek dan objek
gejala-gejala yang terjadi dalam masyarakat.
Sebagai bagian yang integral dari masyarakat, orang Kristen
wajar turut bergumul dengan masyarakat lainnya. Menurut iman Kristen bahwa
dunia ini adalah satu kesatuan hidup yang saling berkaitan ; Firman Tuhan
berkata ; Dalam joh 3 : 16 ” karena
demikian besar kasih Allah akan dunia ini....demikianlah seluruh dunia adalah
sasaran kasih Allah”. Yesus juga telah berkata :” kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri ( Matius 22: 39). Pergumulan masyarakat dunia secara
global seperti ancaman nuklir, pelanggaran HAM dan lain-lain adalah bagian dari
pergumulan orang Kristen juga. Pergumulan masyarakat kategori konflik sosial
antar anggota dan kelomok masyarakat yang satu dengan yang lainnya,
tindakan-tindakan kekerasan juga menjadi bagian dari keprihatinan orang Kristen.
Apalagi ancaman-ancaman moral dan spiritual dalam
masyarakat menjadi topik pergumulan yang sangat dekat dengan wacana keimanan
kristiani. Orang Kristen dengan didasari oleh iman Alkitabiah tidak pantas
membelakangi dunia dan masyarakat yang sedang bergumul, dan mencoba cuci tangan
atau tidak mau tahu terhadap persoalan-persoalan yang terjadi, memang bisa saja
orang Kristen merasa tidak pernah berbuat sesuatu yang menimbulkan pergumulan
dalam masyarakat, tetapi itu bukan alasan bagi orang untuk berpaling dari
masyarakat. Orang Kristen harus ikut bergumul dalam kehidupan masyarakat, baik
dalam sektor sektoral, regional nasional, maupun global.
3. Prinsip
Hidup Bermasyarakat Kristiani
Ada beberapa prinsip hidup
bermasyarakat Kristiani yang dapat dikemukakan, sebagai landasan sikap
bertindak umat Kristen dalam masyarakat ; baik dalam konteks hidup
bermasyarakat secara lokal. Prinsip-prinsip hidup itu adalah sebagai berikut:
a. Manusia Tidak Baik Hidup Sendiri
Menurut iman Kristen,
berdasarkan Alkitab bahwa pada dasarnya manusia itu diciptakan Allah adalah
sebagai makhluk bermasyarakat, makhluk yang harus berhubungan dengan ciptaan
lainnya. Sesuai dengan rancangan Allah pada mulanya, manusia itu diciptakan
harus berteman. Tuhan Allah berfirman ; Tidak baik kalau manusia itu seorang
diri saja ”Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan
dia”.(Kejadian 2 : 18)
Maksud pernyataan ini tidak
hanya dikaitkan dengan konsep hidup manusia yang berkeluarga, yaitu : Hubungan
suami-istri, tetapi juga memberi makna manusia itu harus hidup bermasyarakat,
manusia hidup membutuhkan satu dengan yang lain. Manusia tergantung kepada
manusia lain.
Menurut Alkitab, manusia menerima
tugas dari Allah untuk menguasai, menguasahai dan memelihara Taman Eden
(Kejadian 2 : 15). Tugas ini tidak mungkin dilaksanakan dengan baik, jika
manusia seorang diri. Allah menyadari bahwa manusia membutuhkan teman, maka
diciptakan perempuan itu. Konsep hubungan suami-istri, kemudian berkembang
menjadi konsep keluarga beranak cucu. Allah berfirman kepada manusia : ”Beranak cuculah dan bertambah banyak ;
penuhilah bumi” (Kejadian 1 : 28) dari semula Allah sudah memprogramkan
kehidupan manusia yang bermasyarakat yaitu kehidupan kebersamaan (Living
together).
Hidup bersama dengan orang lain
diarahkan pada pelaksanaan tugas yang diberikan Allah kepada manusia. Allah
yang membentuk lembaga suami-istri. Allah yang memberkati terciptanya keluarga
sebagai masyarakat inti, dan Allah juga yang telah memanggil dan memilih
umatNya, supaya menampakkan kerajaan Allah dalam dunia ini.
b. Mengasihi Sesama Seperti Diri Sendiri
Menurut Alkitab
manusia memiliki dua arah hubungan yaitu : Hubungan dengan Allah secara
vertikal dan hubungan dengan secara manusia dan alam secara horizontal. Allah
sendiri telah berkata kepada umarNya : “Kasihilah
Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan segenap kekuatanmu”
(Ulangan 6 : 5) dan kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri (Imamat 19
:18). Dan Yesus sendiri menegaskan bahwa pada kedua hukum inilah tergantung
seluruh hukum taurat dari kitab para nabi (Matius 22 : 40).
Mengasihi sesama seperti diri sendiri adalah prinsip
hidup bermasyarakat yang paling hakiki dalam iman Kristen. Mengasihi sesama
seperti diri sendiri bermakna : “Menghargai
hidup manusia lain seperti menghargai hidup diri sendiri”. Jika
masing-masing manusia secara pribadi mampu menghargai orang lain, maka
kehidupan bersama yang harmonis, seimbang, selaras, dan serasi akan terwujud.
Menurut iman Kristen, setiap manusia memiliki Hak azasi
dan kewajiban azasi yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, maka sejalan
dengan itu setiap manusia harus menerapkan hak dan kewajiban secara seimbang. Dietriech Bonhoffer pernah mengatakan “hak atau kebebasan tanpa kewajiban adalah
kekacauan, tetapi kewajiban tanpa kebebasan adalah penindasan” ; artinya
jika masing-masing manusia mengutamakan haknya, tetapi melaksanakan
kewajibannya, maka kehidupan masyarakat akan kacau, dan sebaliknya, jika dalam
kehidupan masyarakat dituntut kewajiban, tetapi tidak ada hak dan kebebasan,
maka kehidupan seperti inilah yang disebut ; penjajahan atau penindasan.
Yesus pernah berkata “Apa
yang engkau kehendaki diperbuat orang lain kepadamu, perbuatlah demikian juga
kepada mereka, itulah isi seluruh hukum taurat dan kitab para nabi”. (Matius
7 12). Mengasihi sesama seperti diri sendiri tidak hanya menyangkut sesama
teman, tetapi juga sesama manusia yang memusihi dan menganiaya kita. Yesus
berkata : “Kasihilah musuhmu, dan
berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5 : 44).
Dalam konteks bermasyarakat, orang Kristen berkewajiban
mengahargai hidup manusia lain, termasuk orang-orang yang menjadi sendiri,
bukan berarti menyetujui perbuatan-perbuatan dan perilaku yang tidak benar,
tetapi maksudnya menjauhkan diri sikap dan tindakan-tindakan yang merusak
kehidupan orang lain. Mengasihi sesama seperti diri sendiri meliputi : sikap
membela kebenaran, menghormati hak-hak azasi manusia lain, menegor apa yang
salah dan menolak tindakan dan perbuatan-perbuatan kekerasan.
c. Jadilah Garam Dan Terang Dalam Masyarakat
Orang Kristen yang merupakan bagian integral dalam
kehidupan masyarakat mendapat fungsi yang sangat khas. Fungsi itu ialah menjadi
”Garam dan Terang”. Yesus berkata : ”Kamu adalah garam dan terang dunia”.(Matius
5 :1-16).
Menjadi garam berarti : ”Orang Kristen berguna untuk menjadi kebutuhan pokok dalam
masyarakat: Orang Kristen menjadi disukai oleh masyarakat” (Kisah 2 : 4)
menjadi garam juga berarti orang Kristen berguna untuk memberi nilai tambah
meningkatkan kualitas kehidupan dalam kehidupan masyarakat.
Sebagai garam orang Kristen harus melarutkan diri dalam
kehidupan masyarakat. Orang Kristen harus bergaul dalam masyarakat. Konsekwensi
melarutkan dalam masyarakat seperti garam, bisa saja kehilangan existensi
diri, tetapi tidak dengan esensi diri. Esensi diri kristiani inilah yang
berfungsi memberi nilai tambah dalam kehidupan masyarakat.
Menjadi terang, berarti orang Kristen harus mampu menciptakan
suasana kehidupan yang jelas dan terbuka. Seperti terang dalam kehidupan sehari-hari berguna untuk membuat suasana
sekitar terang benderang, sehingga orang yang berbeda pada sekitar terang yang
bersinar akan dapat melihat kehidupan secara jelas dan nyata. Dalam suasana
terang, orang dapat membedakan hal-hal yang seharusnya berbeda ; orang dapat
membedakan, mana yang baik dan mana yang buruk. Orang Kristen menjadi motivator
sikap hidup terbuka jelas, dan jujur. Orang Kristen berfungsi sebagai terang
dalam masyarakat itu sendiri. Mendorong masyarakat dapat melihat apa yang baik
dan apa yang tidak baik, dan apa yang seolah-olah baik.
d. Orang Kristen Harus Cerdik, Tulus dan Waspada Dalam Masyarakat
Prinsip hidup cerdik tulus dan waspada dikaitkan dengan
kehidupan masyarakat yang berpotensi berbahaya. Orang Kristen ada kalanya
berhadapan dengan kehidupan masyarakat yang berbahaya. Yesus pernah berkata
kepada murid-muridnya ”Lihat aku mengutus kamu” Seperti domba ketengah serigala
: sebab itu, hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati,
tetapi waspadalah terhadap sesama orang, karena ada yang akan menyerahkan
(Matius 10 : 16-17).
Disatu sisi orang yang Kristen menajdi kesukaan banyak
orang dalam masyarakat, tetapi disisi lain, orang Kristen dapat saja dibenci
oleh orang-orang tertentu dalam masyarakat. Orang Kristen tidak boleh terlena
ddengan sikap hidup yang merasa aman dan disukai banyak orang, masyarakat bisa saja berubah menjadi sarang serigala.
Oleh karena itu orang Kristen harus cerdik, artinya orang
Kristen harus memakai otak dan berpikir rasional. Dan kalau perlu boleh bergaya
Lihay dalam hidup bermasyarakat.
Namun demikian pada saat orang Kristen bergaya hidup lihay seperti ular (bukan
licik), orang Kristen sekaligus harus menjadi orang tulus seperti merpati.
Bagaimana gaya hidup lihay dapat dipadukan dengan gaya
hidup tulus. Gaya hidup lihay tapi tulus, adalah gaya hidup yang cerdas. Orang Kristen
tidak harus mengatakan apa saja yang diketahui dalam masyarakat (itu adalah sikap
lihay), tetapi orang Kristen juga harus mengetahui (mengerti) apa saja yang
dikatakan dalam masyarakat (sikap hidup tulus, jujur). Selajutnya prinsip waspadalah dalam masyarakat,
menggambarkan sikap hidup yang hati-hati,tidak terlalu mudah percaya pada
gekala-gejala dalam masyarakat.
Dunia ini pennuh dengan serigala dan sikap kepura-puraan,
oleh karena itu, kecerdasan, ketulusan dan kewaspadaan hidup dalam masyarakat
menjadi modal dasar kita untuk dapat mengasihi sesama kita seperti diri
sendiri.
4. Partisipasi Umat Kristen dalam Pergumulan Masyarakat
(Tangguh jawab Kristiani).
Sesuai dengan prinsip hidup
bermasyarakat Kristen yaitu:
-
Orang
Kristen adalah integral dari masyarakat sekitarnya
-
Orang
Kristen menghargai dan mengasihi sesama seperti diri sendiri.
-
Orang
Kristen terpanggil menjadi garam dan terang masyarakat sekitar.
-
Orang
Kristen harus bersikap cerdik, tulus dan waspada terhadap masyarakat sekitarnya
Maka orang Kristen wajar ikut berpartisipasi dalam
pergumulan masyarakat : Pergumulan masyarakat yang dimaksud meliputi bahaya
yang mengancam, baik secara global, regional maupun lokal. Jenis-jenis
pergumulan masyarakat seperti, pergumulan sosial, moral dan spiritual juga
bagian dari pergumulan orang Kristen sama seperti yang dihadapi masyarakat umum.
Konflik sosial, dekadensi moral dan spiritual adalah fokus pergumulan yang
sangat relevan untuk diberikan oleh orang Kristen.
Ada dua sikap yang
dipilih umat Kristen terhadap pergumulan masyarakat:
-
Pertama,
ialah umat Kristen melarikan diri atau menghindari dari pergumulan masyarakat
-
Kedua,
umat Kristen concern, iku serta dalam setiap pergumulan masyarakat.
Didala melaksanakan partisipasinya di tengah-tengah pergumulan
masyarakat menurut John Scott harus disadari, bahwa:
a.
Orang
Kristen adalah berbeda secara azasi dari masyarakat non Kristen.
b.
Orang
Kristen harus masuk (bergaul) dalam masyarakat non Kristen.
c.
Orang
Kristen harus dapat berpengaruh dalam masyarakat.
- Orang Kristen mampu mempertahankan jati dirinya dalam masyarakat.
Orang Kristen
adalah berbeda secara asasi dari masyarakat non Kristen, bukan maksudnya
membuat posisi orang Kristen menjadi
eksklusive dari masyarakat lain. Berbeda secara asasi artinya bahwa orang Kristen
sudah menerima pembaharuan dari Kristus (Yohanes 17 : 16). Orang Kristen harus
masuk (bergaul) dalam masyarakat non Kristen, artinya orang Kristen tidak boleh
menghindarkan diri dari masyarakat. Orang Kristen harus mampu hidup
berdampingan dengan masyarakat. Orang Kristen
harus dapat berpengaruh dalam
masyarakat itu bukan berarti, orang Kristen bersikap aroan, atau memaksakan
kehendak dalam masyarakat. Tetapi maksudnya orang Kristen dapat memberi nilai
tambah pada masyarakat sekitarnya, dapat memberi sesuatu yang berguna untuk
membangun dan memperbaiki kehidupan masyarakat. Orang Kristen juga didalam
melaksanakan partisipasinya ditengah-tengah masyarakat, jangan kehilangan identitas dan jati dirinya sehingga
betulah dia menjadi garam dan terang masyarakat sekitarnya.
5. Bentuk-Bentuk partisipasi umat Kristen dalam masyarakat
Menurut Alkitab banyak bentuk partisipasi orang percaya
didalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Beberapa dari bentuk partisipasi
itu dapat diketengahkan sebagai berikut.
a. Mendoakan Bangsa, Masyarakat dan Pemerintah
Paulus dalam suratnya yang pertama kepada Timotius
berkata : Pertama-tama aku menasihatkan :
naikkanlah permohonan doa dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja,
dan untuk semua pembesar agar kita dapat hidup tenang dan tentram dalam segala
kesalehan dan kehormatan. Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, juru
selamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh
pengetahuan akan kebenaran” (1 Timotius 2:1-4).
Mendoakan orang lain adalah salah satu bentuk mengasihi
dan memperdulikan orang lain, dengan mendoakan secara tulus dan ikhlas menjadi
pertanda, kita berpartisipasi dalam pergumulan bangsa, dan masyarakat seiman
dan seagama sendiri, melainkan semua orang, termasuk raja-raja dan
pembesa-pembesar (pemerintah).
Untuk apa kita mendoakan pemerintah, bangsa, masyarakat
sekitar kita? Paulus menggaris bawahi, supaya semua orang diselamatkan dan
memperoleh: pengetahuan dan kebenaran. Jika semua orang termasuk unsur-unsur
pemerintahan sudah mengetahui kebenaran ; maka peluang untuk menikmati
kehidupan yang tenang dan tentram dalam segala kesalehan dan kehormatan akan
semakin besar. Berdoalah untuk kemakmuran hidup masyarakat.
J.Verkuyl mengatahan : Doa umat Kristen, jika dilakukan
dengan kejujuran hati dan dengan iman, sangatlah besar artinya, doa terhadap negara
adalah pelayaran politis yang paling dasar yang dilakukan oleh gereja dan
tiap-tiap orang Kristen untuk bangsa, negara dan masyarakat.
b. Menaati Hukum dan Peraturan yang Berlaku
Menanti hukum dan peraturan yang berlaku bagi Kristen
adalah penjabaran dari prinsip hidup kristiani ”Menjadi garam dan terang
masyarakat sekitar”. Jika orang Kristen setiap saat berusaha menaati hukum dan peraturan yang
berlaku maka sekaligus orang Kristen telah turut serta menciptakan ketertiban
hidup dan memberi contoh yang bagi masyarakat lain, jika kita berbicara tentang
hukum dan peraturan berlaku dalam masyarakat itu tidak hanya berkaitan dengan
hukum-hukum tertulis dan
peraturan-peraturan formal, tetapi juga norma-norma dan kebiasaan hidup
(tradisi) yang diwarisi oleh masyarakat tertentu.
Paulus telah memberikan sebagai contoh bentuk ketaatan
kepada hukum dari peraturan yang berlaku antara lain:
1)
Tidak
melawan pemerintah, yang sah,
2)
Membayar
pajak kepada yang berhak menerima pajak (bukan pungutan liar).
3)
Membayar
cukai kepada yang berhak menerima cukai (Bukan sogok, suap, pelicin).
4)
Memberi
rasa takut dan hormat kepada orang berhak menerima rasa takut dan hormat
(Roma.1:1-7).
Yesus sendiri juga mengajarkan :”Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar,
dan kepada Allah, apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Lukas 20:25).
Tetapi harus diingat bahwa ketaatan kepada Hukum dan peraturan yang berlaku di
masyarakat, tidak boleh bertentangan
dengan ketaatan kita kepada Allah dan Yesus Kristus. Bahkan harus
dikatakan bahwa ketaatan kepada Allah adalah menjadi pedoman kita menaati hukum
dan peraturan yang berlaku dalam masyarakat, atau dengan kata lain, ketaatan
kita kepada hukum dan peraturan yang berlaku, haruslah merupakan manifentasi
ketaatan kita kepada Allah didalam Yesus Kristus (moral yang tunggal).
c. Mengatakan Ya Kalau Ya, Tidak Kalau Tidak
Jikalau orang Kristen wajib menaati hukum dan menghargai
norma-norma tradisi yang berlaku dalam masyarakat, tetapi Yesus meminta supaya
kita jujur dan tegas pada kebenaran. Yesus meminta supaya kita jujur dan tegas
pada kebenaran. Yesus berkata : ”Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika
tidak, hendaklah kamu berkata tidak, apa yang lebih daripada itu, berasal dari
si jahat” (Matius 5 : 37).
Orang Kristen terpanggil untuk melayani bersekutu dan
bersaksi dalam masyarakat, tetapi semua pelayan, persekutuan dan kesaksian itu
harus selalu berdasarkan kebenaran Allah.
Paulus dalam suratnya kepada Timotius, memberikan
beberapa sikap dan tindakan kristiani dalam kebenaran masyarakat antara lain:
1)
Jauhilah
tahyul dan dongeng nenek-nenek tua
2)
Beritakan
dan ajarkanlah kebenaram injil
3)
Jagalah
kemurnian dirimu
4)
Nyatakan
apa yang salah, tegor dan nasihatilah
5) Dengan segala kesabaran dan pangajaran (II Tim. 4)
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering berhadapan dengan
perilaku-perilaku dan prinsip-prinsip hidup yang bertentangan dengan kebenaran
Allah misalnya :
1)
Katakanlah
apa yang baik-baik saja tetapi jangan katakan yang sebenarnya.
2)
Kebencianlah
yang mengatakan kebenaran
3)
Suara
rakyat (mayoritas) adalah suatu Tuhan (Lat : ’vox populi vox deo’), sedang
suara segelintir (minoritas) adalah suara jahat.
4)
Boleh
berbohong asal untuk kebaikan
5)
Boleh
mencuri asal tidak ketahuan
6)
Memang
iblis mempunyai kekuatan
Tetapi sebagai orang Kristen yang ikut berpartisipasi
dalam kehidupan masyarakat, kita harus membela, dan mempertahankan kebenaran.
Di satu pihak orang Kristen tidak menjadi orang-orang
ekslusif, arogan dan ekstrim, tapi di pihak lain, orang Kristen tidak akan
menjadi orang-orang yang munafik, berpura-pura dalam masyarakat: Katakanlah ya,
kalau ya, tidak, kalau tidak.
III.
Pokok-pokok Pikiran Kristiani
1. Umat Kristen adalah bagian yang tak terpisahkan dari
masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu umat Kristen wajar terlibat dalam pergumulan
dan dinamika masyarakat.
2. Namun demikian, umat Kristen haruslah menunjukkan jati
dirinya sebagai garam dan terang masyarakat sekitarnya.
3. Umat Kristen sebagai anak-anak Allah dapat memberikan
contoh yang baik dalam masyarakat melalui sikap dan perilaku kristiani yang
benar.
4. Di satu pihak umat Kristen tidak boleh melarikan diri
atau menghindar dari pergumulan masyarakat, tetapi dipihak lain umat Kristen
tidak harus sama dengan masyarakat sekitarnya.
IV. Latihan Mahasiswa
1.
Ringkaslah
materi kajian dengan 10 pokok pikiran
2.
Daftarkan
masalah-masalah sosial yang aktual disekitarmu (2 Kasus)
3.
Buat
pendapatmu yang berbeda dengan materi kajian
4.
Cari
2 point isi Alkitab yang berkaitan dengan permasalahan sosial (kasus susila
atau kriminal)
5.
Rumuskan
suatu komitmen pribadi dalam berperilaku dalam masyarakat (prinsip-prinsip yang
akatual)
V.
Test Formatif
- Sebutkan tiga contoh kasus masalah dalam masyarakat
- Tunjukkan sikap kristiani terhadap pergumulan-pergumulan dalam
masyarakat
- Sebutkan beberapa tindakan nyata kristiani sebagai manifestasi umat Kristen
dalam pergumulan masyarakat
BAB
V
I P
T E K S
.
I. Latar Belakang Masalah
-
Sesungguhnya
Tuhan Allah memberi kemampuan kepada manusia untuk menggunakan dan
mengembangkan IPTEKS, tujuanya adalah untuk kesejahteraan manusia dan untuk
kemuliaan Allah.
-
Tetapi
tidak dapat di pungkiri bahwa penggunaan dan pengembangan IPTEKS sering
bertolak belakang dari tujuan Mulia itu. Kenyataan, penggunan dan pengembangan
IPTEKS, justru merusak kehidupan manusia itu sendiri dan melecehkan kemuliaan
Tuhan.
-
Mahasiswa
sebagai insan calon ilmuwan, tehnolog dan seniman sangat dimungkinkan terjebak
dalam kemerosotan penggunaan dan pengembangan IPTEKS itu, maka perlu diantisivasi
dari sudut iman Kristen. Bagaimana mencegah, supaya mahasiswa tidak jatuh pada
kemerosotan tersebut.
-
Kajian
ini sangat penting, agar mahasiswa terhindar dari sikap yang menggunakan IPTEKS
di satu pihak, dan dipihak lain agar mahasiswa tidak apriori tehadap penggunaan
dan pengembangan IPTEKS Modern.
II.
Kajian Materi
A. PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan,
tehnologi dan seni adalah sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. IPTEKS
tidak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia. Allah pencipta, telah
memberikan akal budi kepada manusia, sehingga di mungkinkan manusia menggunakan
dan mengembangkan akal budinya.
Penggunaan dan pengembangan
akal budi secara teliti, teratur dan terarah oleh manusia menghasikan ilmu
pengetahuan. Kemudian dengan hasil ilmu pengetahuan itu manusia menciptakan
cara baik berupa alat-alat atau perkakas maupun dengan teknik/metode
maka itulah yang disebut Teknologi.
-
Teknologi
itu dibutuhkan manusia untuk mengatasi masalah dalam kehidupannya.
-
Teknologi
dibutuhkan untuk mempermudah pekerjaan, untuk meningkatkan kualitas kehidupan
dan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, perkembangan teknologi sejalan
dengan perkembangan masalah.
-
Manusia
juga memiliki perasaan. Perasaan itu perlu diungkapkan melalui berbagai cara.
-
Perasaan
yang diungkapkan itulah yang disebut seni. Manusia membutuhkan cara
mengungkapkan perasaan.
-
Perasaan
itu diungkapkan melalui suara, disebut seni suara ; yang dingkapkan
melalui alat bunyi disebut seni musik ; sedangkan perasaan yang
diungkapkan melalui gerak disebut seni tari ; perasaan yang diungkapkan melalui
pahatan,ukir disebut seni pahat atau seni ukir.
Dengan singkat dapat dikatakan
bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, adalah hasil dan proses kehidupan
manusia. Manusia itu sendiri yang menghasilkan IPTEKS.
B. ILMU
PENGETAHUAN MENURUT IMAN KRISTEN
1. Pengertian
Ilmu Pengetahuan secara umum
Menurut D.C. Mulder, Ilmu Pengetahuan adalah ”suatu macam
berpikirnya manusia” ciri-ciri berfikir yang ilmiah ialah : mendasar, teratur,
teliti dan terarah ; dengan kata lain bahwa seseorang disebut berfikir ilmiah,
jika dia menggunakan otaknya secara mendasar, teratur, teliti dan terarah. Ilmu
pengetahuan merupakan proses dan hasil berpikir manusia.
Fungsi otak dalam proses ilmu pengetahuan adalah sebagai
pengolah informasi yang yang berbeda-beda dan juga sebagai pencipta solusi
dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi manusia.
Stephen R.Covey mengatakan bahwa ”ada dua belahan otak manusia , yang
fungsi dan cara kerjanya berbeda., lihat di bawah ini:
Cara kerja otak kanan :
|
Cara kerja otak kiri :
|
1. Logis / Verbal
|
1.Intiutif dan kreatif
|
2. Berkaitan dengan kata
|
2. Berkaitan dengan gambar
|
3. Berkaitan dengan bagian spesifik
|
3.Berkaitan dengan keseluruhan dan hubungan antar bagian
|
4. Analisis (menguraikan)
|
4. Sintesis (menggabungkan)
|
5. Berfikir berurutan
|
5. Berfikir serentak / keseluruhan
|
6. Terikat dengan waktu
|
6. Bebas waktu
|
Menurut Covey bahwa pada setiap
manusia terjadi dominasi dalam kerja otaknya. Jika otak kirinya dominan maka
dia cenderung ahli pada eksakta (IPA-MATEMATIKA), tetapi jika otak kanannya
dominan maka dia cenderung ahli filsafat, sosial seni dan theologia. Agar cara
kerja otak lebih cemerlang maka dianjurkan penggunaan keseluruhan otak secara
seimbang.
Kemampuan nalar (otak) manusia
dari sudut Ilmu kependidikan sering dikategorikan sebagai barikut :
- Kemampuan mengingat
- Kemampuan mengerti
- Kemampuan menerapkan
- Kemampuan menguraikan
- Kemampuan menggabungkan dan
- Kemampuan mengevaluasi
Jika seseorang mampu
menggunakan potensi otak ini secara keseluruhan maka dia menjadi seorang ilmuwan
yang berwawasan luas.
b. Dasar Ilmu Pengetahuan menurut Alkitab
Dalam alkitab kejadian 1 : 27
a, dikatakan bahwa : manusia diciptakan menurut gambar Allah ; artinya kualitas
manusia pada mulanya adalah sesuai dengan kehendak dan rancangan Allah, termasuk
potensi berfikirnya. Allah sendiri yang memberikan ilmu yang baik kepada
manusia (amsal 4 : 2); dan jika manusia takut kepada Allah (menghargai kuasa
Allah), maka manusia akan memperoleh kesempatan untuk berilmu pengetahuan yang
benar.(Amsal 1 : 7a)
Selanjutnya dalam kitab Kisah
Para Rasul 1 : 8, dijelaskan bahwa kuasa roh kudus yang diterima oleh
orang-orang percaya akan membuat mereka mengerti apa yang harus dilakukan.
Dengan kesaksian ayat-ayat diatas dapat disimpulkan bahwa : dasar dan sumber ilmu
pengetahuan yang benar adalah kasih dan kuasa Allah sendiri yang telah
diberikan kepada manusia sebagai ciptaanNya.
c. Guna Ilmu Pengetahuan menurut Alkitab
Berbahagialah orang yang
mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi
keuntungan perak dan hasilnya melebihi emas.(Amsal 3 : 13 : 14). Penulis amsal
menyadarkan kita bahwa, memperoleh ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang
menguntungan. Ilmu pengetahuan ternyata
lebih berhaga dari emas pilihan (Amsal 8 : 10b)
Ilmu pengetahuan dapat
memberikan keuntungan materi bagi orang, dan lebih dari itu lebih juga memberi
kebahagiaan batin orang yang bersangkutan. Kepuasan batin itu akan dinikmati,
apabila ilmu pengetahuan yang diperoleh digunakan untuk kesejahteraan manusia
dan untuk kemuliaan Tuhan. Apostel Paulus
mengatakan :”Apapun yang anda lakukan lakukanlah untuk kemulian Tuhan (I
Korintus 10 : 31)
d. Sikap dan Perilaku Kristiani dalam berilmu pengetahuan.
Dibawah ini ada beberapa ciri
sikap dan perilaku kristiani dalam penggunaan dan pengembangan ilmu
pengetahuan.
1.
Mencari
dahulu kerajaan Allah dan kebenaraNya (Matius 6 : 33). Sikap ini menggambarkan bahwa ilmuwan kristiani harus
selalu meletakan usaha penggunaan dan pengembangan ilmunya pada kebenaran Allah
; artinya, penggunaan dan pengembangan ilmu tidak boleh bertentangan dengan
kebenara Allah.
2.
Membuat
Kristus menjadi pedoman hidup (Filipi 2 : 5)
”Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Kristus Yesus” artinya : setiap ilmuwan Kristen harus
menunjukan sikap rendah hati, dan bertanggung jawab.
3.
Membuat diri menjadi teladan dan berbuat baik misalnya : jujur dan sungguh- sungguh (Titus 2 : 7)
4.
Cerdik
seperti ular, tetapi tulus seperti merpati dan waspada terhadap semua orang (
Matius 10 : 16-17 ) artinya : setiap ilmuwan harus menunjukan sikap dan
perilaku cerdas, tulus dan waspada secara integral dalam
kehidupan sehari-hari.
5.
Mampu
menguasai diri ( II Petrus 1
: 5-6 )
Artinya : setiap ilmuwan Kristen dapat menggunakan dan mengembangkan ilmunya
untuk kebaikan dan kesejahteraan manusia, bukan untuk tujuan-tujuan yang
didorong oleh emosi dan kepentingan sesaat saja.
6.
Berfikir
murni, pendamai, peramah, tidak memihak dan tidak munafik (Jakobus 3:17) Maksudnya, bahwa sikap-sikap moral-moral
dan elegan harus menjadi ciri-ciri ilmuwan Kristiani.
e. Hubungan Ilmu Pengetahuan Dengan Iman Kristen
Ada beberapa pendapat yang
mencoba menggambarkan tentang hubungan ilmu pengetahuan dengan iman antara lain
:
1.
Aliran
positivisme ; berkata bahwa tidak ada hubungan ilmu dengan hal-hal yang gaib.
Iman itu tidak dapat diamati dengan pikiran maka jika hal yang tidak dapat
diamati dan dibuktikan cecara akal budi, maka tidak dapat diterima kebenaranya.
Aliran ini tidak menerima hubungan antara ilmu dengan iman
2.
Aliran
Rationalisme ; berkata bahwa”akal budi” adalah kunci dari segala
rahasia” aliran ini membuat akal budi sebagai suatu keyakinan. Bagi mereka
mengerti dulu baru percaya, iman adalah hasil pengertian akal budi.
3.
Aliran
Sintesis ; menggambarkan
bahwa ilmu dan iman dapat dihubungkan dan digabungan untuk meneriman kebenaran.
Kebenaran-kebenaran kodrati
dipahami melalui akal budi dan ilmu pengetahuan, sedangkan kebenaran-kebenaran
adikodrati, hanya dapat dipahami melalui iman dan kepercayaan Allah.
Menurut Thomas Aquinas : bahwa setiap manusia memiliki kedua dunia
ini, maka dalam setiap manusia, iman dan akal budi dipertemukan ( Sintesis
untuk menemukan kebenaran ).
Tetapi paham yang ke – 4 menjadi suatu paham yang
lebih dekat dengan paham Alkitabiah, yaitu yang menyatakan : ”Iman mencari
pengetahuan dan pengertian, iman menjadi landasan berpikiran untuk mencari
kebenaran.
Anselmus berkata : percaya
dulu baru mengerti artinya iman menjadi Landasan kita untuk mencari pengertian-pengertian
yang lebih benar. Seorang ilmuwan Kristen harus membangun ilmunya pada landasan
berpikir yaitu imannya yang diyakininya, berdasarkan Alkitab.
Hubungan iman dengan ilmu
pengetahuan dapat digambarkan seperti hubungan fundasi bangunan dengan gedung
yang dibangun. Gedung bangunan ilmu pengetahuan terikat dengan fundasi bangunan
yaitu landasan berpikirnya.
Misalnya, jika seorang ilmuwan Kristen membangun suatu teori
fisika ; maka landasan berpikirnya adalah pokok Iman Kristen yang menyakini
bahwa : ”Pencipta Alam Semesta dan segala isinya adalah Allah, asal kehidupan
adalah Allah. Allah tidak terikat pada ruang dan waktu. Sebelumnya segala
sesuatu ada, Allah sudah ada. Segala sesuatu akan berakhir, tetapi Allah tidak.
Dengan landasan berfikir
seperti itu, maka ilmuwan Kristen, tidak akan terjebak pada teori ilmu yang
meniadakan kebenaran Allah.
Dipihak lain, jika orang Kristen
membuat iman sebagai landasan berfikir; maka pertanyaan-pernyataan ilmu, akan
dapat dijawab dan dipahami sesuai dengan kesaksian Alkitab; jika ilmuwan Kristen
mau membuat diri dengan penyataan Allah dalam
Alkitab, maka Tuhan akan memberikan hikmat, pengetahuan dan kepandaian
(Amsal 2 : 6).
Dapat disimpulkan bahwa
hubungan Iman dengan ilmu pengetahuan adalah sebagai hubungan yang mendasar.
Iman bukan Ilmu pengetahuan, tetapi iman yang sungguh-sungguh akan memberikan
ilmu pengetahuan dan pengertian yang benar. Ingat rumusan Albert Einstein, yang
mengatakan ”Agama tanpa ilmu pengetahuan
adalah lumpuh, tetapi pengetahuan tanpa agama adalah buta”.
C. TEKNOLOGI MENURUT IMAN KRISTEN
Teknologi secara umum berarti
suatu kecakapan dan kemampuan manusia untuk menguasai aspek-aspek kehidupan.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia mengalami hambatan; manusia ingin
memecahkan masalah dan mengatasi hambatan itu; dengan kemampuan otak yang
terarah dan dengan pengalaman sosial serta adaptasi lingkungan manusia berusaha
menciptakan cara dan alat untuk mengatasi masalah itu, Maka
terciptalah teknologi. Teknologi dalam kehidupan manusia, menjadi suatu cara untuk mengatasi masalah,
dan sebagai cara untuk mewujudkan kemauannya.
Menurut iman Kristen,
berdasarkan Alkibat, Teknologi adalah suatu potensi yang diberikan Allah kepada
manusia. Dalam kitab Kejadian 1 : 26 – 28 dikatakan bahwa manusia diciptakan
menurut gambar dan rupa Allah ; tujuannya ialah agar manusia menguasai ciptaan
lain dan seluruh bumi.
Teknologi adalah suatu segi
yang sangat berharga dalam kehidupan manusia. Teknologi menjadi suatu berkat
bagi kehidupan manusia. Karena teknologi dapat digunakan manusia untuk melawan kelaparan,
kemiskinan, penderitaan, penyakit, dan wabah maut.
Namun demikian dari sisi lain
teknologi juga dapat menjadi kutuk bagi kehidupan manusia, karena teknologi
digunakan untuk alat permainan jahat, seperti penipuan, penyelewengan, pemalsuan,
dan tindak-tindak kejahatan lainnya.
Maka dari sudut Iman Kristen,
dapat disimpulkan bahwa Teknologi berarti sebagai kebutuhan dan sekaligus
sebagai tanggung jawab orang Kristen yang menggunakan dan mengembangkan
Teknologi selalu diperhadapkan kepada hak dan tanggung jawab. Disatu pihak
orang Kristen menggunakan dan mengembangkan Teknologi adalah untuk mengatasi
masalahnya dan untuk menikmati kehidupan yang lebih baik, tetapi dipihak lain, orang Kristen menggunakan dan mengembangkan Teknologi adalah
sebagai tanggung jawabnya, untuk mengasihi sesamanya dan memuliakan Tuhan Allah (Matius 22 : 35-39
; I Korintus 10 : 31).
D. SENI MENURUT IMAN KRISTEN
Menurut Iman Kristen seni juga harus juga diungkapkan
untuk memuliakan Tuhan ; perasaan gembira, bersyukur, memuji dapat diungkapkan
melalui suara nyanyian, melalui syair-syair dan juga melalui alat-alat musik
Mazmur 33 : 1-3. ”bersoraksorailah, hai orang-orang
benar, dalam Tuhan! Sebab memuji-muji itu layak bagi orang-orang jujur.
Bersyukurlah kepada Tuhan dengan kecapi, Bermasyurlah bagiNya, dengan gambus 10
tali, nyanyikanlah bagiNya nyanyian baru, petiklah kecapi, baik dengan
sorak-sorai.
Ada orang berkata :”Seni adalah untuk seni, tetapi Iman Kristen
bukan demikian. Seni bukan untuk seni,
melainkan : seni adalah kebahagiaan manusia dan untuk kemuliaan Tuhan.
Orang Kristen jangan memuja seni tetapi orang Kristen
menggunakan dan mengembangkan seni untuk kebahagiaan manusia dan untuk memuja
Allah. Seni musik, seni suara, seni sastra, dapat menghibur dan membahagiakan
manusia dan dapat juga dipakai untuk mengungkapkan rasa syukur dan agung kepada
Tuhan Allah.
5. Mencegah Krisis Penggunaan Dan Pengembangan
Ipteks
Kita dapat rumuskan kembali bahwa ilmu pengetahuan
teknologi dan seni (IPTEKS) adalah segala sesuatu yang dihasilkan manusia,
melalui pikiran, kemauan dan perasaanya.
Ilmu pengetahuan sebagai hasil pikiran, Teknologi sebagai
hasil kemauan dan seni sebagai hasil perasaan ; IPTEKS tidak terlepas dari
kehidupan manusia, termasuk orang Kristen. Maka dalam penggunaan dan
pengembangannya, manusia bisa saja bersifat positif dan bersifat negatif.
Kenyataan sering terjadi bahwa penggunaan dan
pengembangan IPTEKS, manjadi kontra produktif bagi kehidupan manusia. Kejahatan
dan keegoisan manusia sering menggunakan IPTEKS sebagai alat dan cara kerjanya.
Misalnya:
Praktek-praktek hasil teknologi canggih mengakibatkan
malapetaka bagi kehidupan manusia. Penggunaan bahan-bahan radioaktif, bahan gas
dan bahan-bahan pestisida dapat merusak keseimbangan, keselarasan dan keseraian
kehidupan. Penebangan kayu besar-besaran dan penangkapan ikan di laut secara
besar-besaran dengan menggunakan teknologi, jika didorong dengan sikap dan sifat egoisme dan kerakusan, maka terjadilah krisis
dalam kehidupan manusia modern, dipihak lain pengembangan IPTEKS sering dianggap sebagai tujuan bukan
sebagai alat. Penggunaan dan pengembangan IPTEKS dijadikan sebagai
pemberhalaan. Harkat dan martabat manusia dianggap lebih rendah dari IPTEKS itu
sendiri, pada hal IPTEKS itu adalah hasil manusia.
Pertanyaan sekarang : mengapa sering terjadi kemerosotan nilai dalam
penggunaan dan pengembangan IPTEKS ? jawabannya ialah bahwa sebenarnya
kesalahan bukan pada hasil-hasil IPTEKS itu, melainkan pada manusia yang
menghasilkan dan menggunakan IPTEKS itu sendiri.
Sebagai orang Kristen kita tidak perlu menganggap
hasil-hasil IPTEKS sebagai pemberontakan manusia kepada Allah, sehingga orang Kristen
apriori kepada IPTEKS, tetapi orang Kristen terpanggil mengarahkan agar
hasil-hasil IPTEKS digunakan dan dikembangkan untuk kesejahteraan manusia dan
untuk kemuliaan Tuhan.
Iman Kristen selalu menanggapi bahwa segala kemerosotan
dan kejauhan nilai pada penggunaan dan pengembangan IPTEKS adalah merupakan akibat penyelewengan dan
pemberontakan manusia terhadap jalan Tuhan.
Memang iman Kristen menegaskan bahwa akibat dosa, manusia
menjadi kehilangan nilai luhurnya ; ”manusia tidak ada yang benar, tidak ada
lagi yang berakal budi, tidak ada yang menyembah Allah. Semua orang sudah sesat
; tidak seorangpun yang berbuat benar, seorang pun tidak” (Roma 3 : 10-12).
Dengan berkata demikian, bukan maksudnya kita menolak
segala sesuatu yang dihasilkan oleh manusia, dan bukan juga meniadakan manfaat
IPTEKS yang dihasilkan oleh
manusia, tetapi kita mau menegaskan
bahwa segala sesuatu yang dihasilkan
manusia, harus dikuduskan oleh Kristus.
Bagaimana kita harus mencegah kemerosotan penggunaan dan
pengembangan IPTEKS itu?
Jawabnya:
-
Orang
Kristen harus konsekwen dan konsisten dengan imannya.
-
Moralitas
Kristen menjadi dasar kita menggunakan dan mengembangkan IPTEKS.
- Menyadari dan menghayati bahwa penggunaan dan
pengembangan IPTEKS bukan tujuan kehidupan melainkan alat untuk kesejahteraan
manusia dan untuk memuliakan Allah.
III . Pokok-pokok Pikiran
Kristiani
- Allah
telah memberikan potensi kepada manusia untuk menghasilkan IPTEKS, maka
dengan potensi itulah, manusia mampu mengembangkan IPTEKS.
- Penggunaan
dan pengembangan IPTEKS, disatu pihak adalah sebagai hak untuk menikmati
kehidupan yang lebih baik, tetapi dipihak lain sebagai tanggungjawab untuk
mengasihi sesama dan memuliakan Allah.
- Agar
manusia terhindar dari krisis nilai dalam penggunaan dari pengembangan
IPTEKS maka manusia tidak membuat IPTEKS sebagai pujaan, tetapi IPTEKS
sebagai alat mengasihi sesama dan memuliakan Allah.
- Moralitas
menjadi dasar manusia untuk menggunakan dan mengembangkan IPTEKS sehingga
manusia terhindar dari penyalahgunaan IPTEKS.
.
IV. Latihan Mahasiswa
- Buat
ringkasan ”Guna IPTEKS dalam
kehidupan”.
- Daftarkan
10 point dampak negatif penggunaan IPTEKS dalam kehidupan.
- Cari 5
ayat Alkitab yang berkaitan dengan penggunaan IPTEKS dalam kehidupan.
BAB
VI
B U
D A Y A
I. Latar Belakang Masalah
- Topik kajian ini perlu dibahas untuk memberikan pemahaman yang luas
tentang pengertian kebudayaan. Ada pemahaman yang hanya mengartikan
kebudayaan sebagai kesenian atau adat-istiadat. Pengertian itu tidak salah
: tetapi kebudayaan lebih dari sekedar kesenian atau adat-istiadat,
kebudayaan dapat dipahami dari berbagai sudut pemahaman.
- Kemudian pemahaman tentang hubungan kebudayaan dengann iman Kristen
pun perlu didiskusikan secara jujur dan objektif. Hubungan kebudayaan
dengan iman Kristen harus dilihat dari sudut iman Kristen berdasarkan
Alkitab. Adakah dasar Alkitabiah yang dipakai sebagai pedoman untuk
meninjau hubungan kebudayaan dengan iman Kristen.
- Mahasiswa juga perlu menyadari faktor-faktor apa yang menyebabkan
terjadinya krisis nilai dalam kebudayaan sehingga mahasiswa
dapat mengambil sikap yang benar terhadap kebudayaan
II. Kajian Materi
A. PENGERTIAN
KEBUDAYAAN
Ada beberapa istilah yang
dipakai untuk menunjukkan pengertian kebudayaan. Verkuyl dalam buku Etika
Kristen dan Kebudayaan, menyebutkan sebagai berikut:
-
Kultur
Berasal dari bahasa Latin : Cultura, yang artinya membuat, mengolah,
mengerjakan, menanam. Jika kebudayaan dikaitkan dengan istilah kultur, maka
kebudayaan berarti : suatu kegiatan pengerjaan, kegiatan pengelolaan.
Misalnya : seorang petani mengerjakan tanahnya supaya memberi hasil, kegiatan
pertanian adalah kebudayaan.
-
Peradaban
Berasal dari bahasa Arab : Adab artinya kesopanan, kehalusan, kebaikan, budi
pekerti. Bertitik tolak dari kata adab, peradaban, maka kebudayaan adalah suatu
perilaku hidup yang sopan, halus, dan baik adalah orang-orang yang berbudaya
-
Kebudayaan
Berasal dari bahasa Sansekerta : Budaya kata jamak dari budi yang artinya : roh
atau akal. Jadi kebudayaan adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh roh, akal
(budi) manusia.
-
Cara hidup
Kata cara berasal
dari bahasa Sansekerta berarti : Laku, kelakuan. Cara Hidup adalah segala
sesuatu yang dihasilkan manusia melalui pikiran, perasaan dan kemauan manusia.
Dari beberapa istilah diatas dapat ditarik kesimpulan
suatu rumusan bahwa kebudayaan adalah segala sesuatu yang dihasilkan manusia melalui pikiran, perasaan dan kemauan
manusia.
Ilmu pengetahuan sebagai hasil pikiran manusia juga adalah kebudayaan. Teknologi
sebagai hasil kemauan berdasarkan pikiran dan pengalaman adalah kebudayaan.
Kesenian sebagai hasil perasaan yang diungkapkan melalui suara alat-alat musik,
gerakan, lukisan, pahatan dan bahasa indah (sastra) adalah juga kebudayaan
adat-istiadat dan kebiasaan hidup
sebagai cara hidup sehari-hari, juga disebut kebudayaan.
Wujud kebudayaan dapat bersifat materil dan dapat
bersifat immaterial. Kebudayaan berwujud materil misalnya : alat-alat
perkakas, mesin-mesin serta teknologi ; termasuk komputer. Sedangkan
kebudayaan berwujud immaterial antara lain : adat-istiadat, kebiasaan hidup,
kesenian, sastra, musik, hasil ilmu pengetahuan filsafat dan lain-lain.
B. KRISIS KEBUDAYAAN
Yesus dimaksud dengan krisis kebudayaan ialah suatu
keadaan/perilaku manusia merosot dalam penerimaan, pemahaman, perbuatan,
penggunaan dan penerapan kebudayaan itu. Baik kemerosotan perilaku dalam
menggunakan wujud budaya material maupun kemerosotan perilaku dalam penerapan
wujud kebudayaan immaterial.
Kemerosotan penggunaan wujud kebudayaan material misalnya
: pemakaian bahan-bahan radioaktif,
bahan-bahan gas dan bahan-bahan pestisida yang tidak memikirkan dampak
negatifnya bagi kelestarian lingkungan hidup. Dan hanya ingin memenuhi
kebutuhan sementara dan mengatasi masalah secara instan dan pragmatis sehingga
terjadilah pencemaran udara, pencemaran air dan tanah yang mengganggu kehidupan
manusia.
Demikian juga pemakaian alat-alat dan teknologi canggih
untuk tujuan-tujuan tertentu tanpa mempertimbangkan tanggung jawab dan moral.
Pengusaha-pengusaha besar dengan mengandalkan alat-alat dan teknologi canggih
dan mewujudkan ambisi dan egoisnya, sehingga lingkungan hidup menjadi rusak
atau musnah, terjadilah banjir dan erosi yang mengakibatkan malapetaka bagi
kehidupan manusia sedangkan kemerosotan penerapan wujud kebudayaan immaretial
misalnya : penyajian dan pementasan produk-produk kesenian apakah itu seni
musik, seni film seni drama, seni tari ataupun seni lukis, dan lain-lain sering
berubah menjadi penyajian perilaku-perilaku kekerasan , selera rendah, erotis,
pornoaksi, dan gaya hidup yang bertentangan dengan norma-norma adat dan agama.
Demikian juga sebagai dampak penggunaan alat-alat dan
media komunikasi audio visual seperti : alat-alat telekomunikasi canggih,
televisi, internet membuat banyak orang jatuh pada gaya hidup boros,
konsumeris, manipulatif, suka meniru-niru, dan kehilangan jati diri.
Kita bisa merasakan bahwa terjadinya gaya hidup enteng
pergaulan bebas, pornografi, pornoaksi, tindak kekerasan, penyalahgunaan
Narkoba dan lain-lain adalah sebagai akibat dari pengaruh penerimaan dan
penerapan wujud budaya yang salah. Penerimaan dan penerapan budaya yang salah
inilah yang disebut krisis kebudayaan. Sebenarnya bukan alat-alat atau
hasil-hasil IPTEKS itu salah, tetapi bagaimana manusia itu memahami, menerima
dan menerapkan kebudayaan itulah yang menjadi persoalan.
Kebudayaan sebagai hasil pikiran perasaan dan kemauan
manusia tentunya harus ditinjau dari hakekat manusia itu sendiri. Menurut iman Kristen
terjadinya krisis kebudayaan adalah berangkat dari merosotnya hakekat manusia itu sendiri.
C. SIKAP
UMAT KRISTEN TERHADAP KEBUDAYAAN
Sebelum kita membicarakan sikap umat Kristen terhadap
kebudayaan, perlu dulu dilihat beberapa macam hubungan kebudayaan dengan agama.
Verkuyl dalam buku : Etika Kristen dan Kebudayaan (1982) menyadur
pendapat Vander Lecuw, tentang hubungan kebudayaan dengan agama.
Ada 4 tingkatan hubungan
kebudayaan dengan agama yaitu :
a.
Kebudayaan
Dan Agama Sangat Erat Hubungannya.
Gejala ini
dapat dilihat pada masyarakat primitif. Dapat dikatakan bahwa kebudayaan
identik dengan agama. Jika kita amati dalam masyarakat primif, semua kegiatan
kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari kepercayaan dan kegiatan-kegiatan
bersifat agama.
b.
Kebudayaan
Tersendiri Disamping Agama.
Hubungan
kebudayaan dengan dengan agama belum terputus, namun dalam kegiatannya
masyarakat sudah bisa membedakan mana kegiatan kebudayaan dan nama kegiatan
agama.
Kebudayaan
ingin diakui keberadaannya secara bebas, disamping keberadaan agama. Gejala ini
dapat kita lihat pada masa pencerahan di Eropa dan pada aliranhumanisme.
c. Kebudayaan
Memutuskan Hubungan Dari Agama
Artinya
terjadi pertentangan antara kebudayaan dan agama. Kebudayaan menganggap agama
sebagai suatu keberadaan yang tidak masuk akal. Kebudayaan melecehkan agama.
Gejala ini kita lihat pada aliran-aliran sekularisme atheisme. Tetapi dari
pihak agama ada juga yang mencurigai dan menolak kebudayaan. Kebudayaan
dianggap menjauhkan diri dari kehendak Allah. Gejala ini kita lihat pada
aliran-aliran kharismatik.
d.
Kebudayaan Dan Agama Mengalami Hubungan yang Dinamis
Artinya : adanya
usaha untuk memulihkan hubungan keduanya. Disatu pihak adanya kesadaran bahwa
kebudayaan tidak dapat berjalan sendiri bertentangan dengan agama dan dipihak
lain agama tidak boleh selamanya mencurigai kebudayaan. Dan memang agama tidak
dapat terpisah dari kebudayaan.
Dari empat
tingkatan hubungan ini, tentu agama Kristen atau iman Kristen menyadari bahwa
umat Kristen tidak mungkin memisahkan dirinya dari kebudayaan. Umat Kristen itu
sendiri turut berperan dalam menciptakan kebudayaan. Umat Kristen berdasarkan
mandat budaya yang diberikan Allah pada saat penciptaan seperti tertulis dalam
kejadian 1 : 26-28 adalah merupakan landasan theologis untuk berperan dalam
kebudayaan. Namun demikian dalam sejarah gereja ada beberapa sikap yang
ditunjukkan gereja atau Umat Kristen terhadap kebudayaan.
Sikap-sikap
itu diuraikan oleh H.Richard Niebur dalam bukunya Christ and Culture,
inti sari dari pendapat itu telah dituliskan Malcolm Brown Lee, dalam buku : Tugas
manusia dalam dunia milik Tuhan.
Ada 5 sikap umat Kristen (gereja) terhadap kebudayaan
yaitu :
a. Sikap Radikal (Menetang kebuyaan)
Dalam sejarah
gereja, umat Kristen pernah bersikap menolak terhadap segala sesuatu yang
berkaitan dengan budaya. Mereka menganggap bahwa umat Kristen harus memiliki Kristus
; bukan kebudayaan. Mereka mengambil nats1 yahonnes 2 : 15-16 sebagai dasar
sikap menolak tersebut.
”janganlah
kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi
dunia, maka kasih akan Bapa, tidak ada didalam orang itu, sebab semua yang ada
didalam dunia, yaitu : kekinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan
hidup bukanlah berasal dari Bapa melainkan dari dunia.
Penganut sikap
radikal ini menganggap bahwa orang yang setia kepada Yesus harus menolak dunia
dan kebudayaannya. Kelompok-kelompok yang mengikuti sikap ini dapat dilihat
pada gerakan-gerakan kerahiban dibiara-biara dan gerakan pietisme.
b. Sikap
Akomodatif (Menyesuaikan diri)
Penganut sikap
ini menyesuaikan diri dengan kebudayaan, mereka mencintai Kristus, tetapi juga
mencintai kebudayaan mereka tidak melihat ketegangan antara gereja dengan
kebudayaan, mereka menganggap Kristus sebagai milik kebudayaan atau Kristus
untuk kebudayaan. Disatu pihak mereka melihat kebudayaan dalam terang Kristus,
tetapi dipihak lain mereka melihat Kristus dalam terang kebudayaan. Mereka
menyesuaikan Kristus dengan kebudayaan.
c.
Sikap Dominatif (Kristus diatas kebudayaan)
Penganut sikap
ini menganggap Kristus berbeda dengan kebudayaan. Kristus relevan kepada
kebudayaan, tetapi Kristus berada diatas kebudayaan. Kebudayaan berasal dari
Allah dan dari manusia, karena itu kebudayaan perlu dilihat dalam terang ilmu
pengetahuan dan pernyataan Allah.
Kebudayaan itu
suci tetapi sekaligus diwarnai oleh dosa. Tokoh utama penganut sikap ini adalah
: Thomas Aquino. Ciri khas penganut sikap ini adalah ”mereka mempertemukan
(sintesis). Unsur-unsur kebudayaan dengan unsur-unsur iman Kristen.
Aliran ini
memahami kebenaran ada dua jenis yaitu : kebenaran-kebenaran kodratif dan
kebenara-kebenaran adikodratif. Kebenaran-kebenaran kodratif dapat diamati,
dalam kebudayaan sedangkan kebenaran-kebenaran adikodratif dapat dilihat dalam
iman. Kebenaran-kebenaran adikodratif lebih tinggi dari kebenaran-kebenaran
kodratif artinya iman lebih tinggi dari kebudayaan. Kristuslah yang menggenapi
cita-cita kebudayaan.
d.
Sikap Dualis (Kebudayaan dan Kristus Dalam Paradox)
Orang-orang
dualis membagi dunia dalam dua macam kerajaan yaitu : Kerajaan Rohani oleh
Tuhan dan kerajaan gelap oleh iblis. Menurut sikap Dualis ”semua segi
kebudayaan sudah rusak keseluruhan, kebudayaan itu buruk, namun orang-orang
dualis mengerti bahwa mereka adalah anak-anak kebudayaan dan tidak dapat
melepaskan diri dari padanya. Orang-orang dualis berbicara dengan
paradox-paradox. Mereka menganggap dirinya sekaligus sebagai orang benar, dan
orang berdosa (Simul Lutus Et Peccator)
Menurut aliran
ini , manusia berada dalam dua kerajaan yaitu kerajaan Allah dan kerajaan
masyarakat. Martin Luther adalah penganut sikap ini.
e.
Sikap Transformatif : Kristus memperbaharui kebudayaan
Sikap ini
melihat Kristus sebagai penebus yang memperbaharui masyarakat. Kristus mentransformir
masyarakat, menurut penganut sikap ini, Allah memberikan tanah, akal budi dan
kehidupan sosial kepada manusia.
Manusia perlu
menanggapi pemberian Allah itu dengan : kegiatan bercocok tanam, beternak,
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan juga mengatur hidup
bermasyarakat. Berbudaya adalah kewajiban manusia yang baik, walaupun dapat
melakukan kewajiban itu dengan jahat. Penganut sikap ini berdasarkan sikap
mereka pada Yohannes 1 : 14, yang berbunyi :”Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara kita; artinya
bahwa firman itu harus memperbaharui manusia, firman itu harus memperbaharui
kebudayaan.
Orang Kristen
harus hidup dalam dunia dan memperbaharui dunia dengan mentransformasikan
nilai-nilai kristiani pada budaya. Demikianlah beberapa macam sikap umat Kristen
(gereja) terhadap kebudayaan dalam sejarah.
Sekarang
bagaimana sikap itu ?
Sikap yang kita ambil adalah sebagai berikut :
a.
Kita menolak kebudayaan yang bertentangan dengan iman
Firman Tuhan
berkata :”Jangan ada padamu, Allah lain dihadapanku . jangan membuat patung
bagimu yang menyerupai apapun. Jangan sujud menyembah kepadanya, atau beribadah
kepadanya (Keluaran 20 : 3-5)
Berdasarkan
Firman ini, umat Kristen harus menolak jika ada bentuk-bentuk kebudayaan,
apakah itu kebudayaan, adat-istiadat, kesenian atau tradisi-tradisi yang memang
menduakan Allah atau yang mengagungkan sebagai sumber berkat atau kebahagiaan ,
maka kebudayaan seperti itu harus ditolak.
Misalnya :
kebudayaan-kebudayaan tradisional yang harus kita tolak antara lain :
- Tradisi
menghormati orang mati
- Kepercayaan
meminta berkat kepada arwah
- Tradisi
memberi makanan kepada arwah
- Kepercayaan pada benda-benda pusaka yang dapat memberi
rejeki dan kesaktian dan lain-lain.
Selain
kebudayaan-kebudayaan tradisional, kita sebagai orang modern juga berhadapan
dengan budaya-budaya modern. Budaya modern pun tidak lepas dari pencemaran dan
kemerosotan nilai. Orang Kristen harus waspada terhadap bentuk-bentuk budaya
modern atau gaya hidup yang lagi trend antara lain :”Pergaulan bebas, free
seks, kawin cerai, pornografi, pornoaksi, tindak kekerasan, penyalahgunaan
narkoba dan lain-lain.
Firman Tuhan
berkata :”Jangan berjinah, setiap orang yang memandang perempuan serta
menginginkannya, sudah berjinah dengan dia didalam hatinya (Matius 5 : 27-28)
Apa yang telah
dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia (Markus 10 : 9). Kasihilah
sesamamu manusia dan musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu
(Matius 5 : 43-44).
Buanglah
semuanya ini : marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar
dari dalam mulutmu ( Kolose 3 : 8).
Dengan
pedoman-pedoman Firman Tuhan, kita dapat membedakan mana kebudayaan yang sesuai
dengan iman Kristen dan mana kebudayaan yang bertentangan iman Kristen. Kebudayaan
yang bertentangan dengan iman Kristen harus kita tolak.
b.
Sikap Dialektis Terhadap Kebudayaan
Kita tidak
memakai istilah dualis karena paham dualis bukan paham Alkitabiah yang
komprehensip walaupun kita menyadari bahwa didalam dunia ini masih berkuasa
iblis, tetapi kerajaan itu tidak boleh kita anggap sebagai kerajaan yang
sebanding dengan kerajaan Allah. Iman Kristen menyaksikan bahwa kerajaan iblis
sudah dikalahkan oleh Kerajaan Yesus.
”Maut telah
ditelan dalam kemenangan”. Hai maut dimanakah kemenanganMu ?, Hai maut
dimanakah sengatmu ?” ( I Korintus 15 : 54-55 ). Namun demikian, iman Kristen
mengajarkan supaya umat Kristen selalu waspada terhadap dunia, Yesus mengutus
murid-murid kedunia seperti domba ditengah-tengah serigala (Matius 10 : 16-17).
Sikap dialektis, maksudnya ialah sikap umat Kristen yang jujur dan apa adanya
terhadap dunia dan kebudayaan. Disatu
pihak iman Kristen percaya bahwa setiap orang-orang yang ditebus Kristus adalah
orang kudus orang yang telah menerima kuasa dari Allah, tetapi dipihak lain,
karena umat Kristen masih hidup didunia ini, maka umat Kristen tidak terpisah
dari dunia ini. Umat Kristen juga masih terpengaruh dengan dunia ini.
Kita setuju
dengan rumusan Martin Luther yang menyatakan :”orang Kristen disatu pihak
adalah orang-orang berdosa (Simuliustus Et Peccator). Oleh karena itu, orang Kristen
juga harus bersikap dialistis terhadap kebudayaan. Orang Kristen percaya bahwa
Tuhan Allah yang memberi mandat budaya kepada manusia (Kejadian 1 : 26 dan
Kejadian 2 : 25).
Mandat untuk
menguasai, mengusahai dan memelihara ciptaan Allah. Oleh karena itu kebudayaan adalah
tugas dan tanggung jawab manusia.
Namun, karena
manusia sudah jatuh berdosa, maka pelaksanaan mandat itupun tercemar dan
ternoda. Paulus berkata :”Tidak ada yang benar, seorangpun tidak, semua
sudah berdosa”(Roma 3 : 10-12).
Oleh karena
itu, umat Kristen tidak boleh mengabaikan kebudayaan sebagai tugas dan tanggung
jawab yang diberikan Allah kepadanya, namun dipihak lain, kebudayaan itu hanya
sebagai alat yang tidak terlepas dari dosa. Orang Kristen tidak boleh
menggabungkan kebudayaan.
c.
Sikap menggarami dan menerangi kebudayaan
Kita setuju
bahwa sikap memperbaharui kebudayaan adalah lanjutan dari tugas panggilan umat Kristen
didunia ini. Umat Kristen terpanggil menjadi garam dan terang dunia
(Matius5:13-16). Kebudayaan baik bersifat material maupun yang bersifat immaterial adalah termasuk
bagian dunia yang harus digarami dan diterangi. Menggarami kebudayaan dengan
nilai-nilai kristiani adalah salah satu usaha memperbaharui dan memperbaiki nilai-nilai
kebudayaan itu sendiri.
Transformasi
nilai-nilai ke-Kristenan ke dalam bentuk-bentuk budaya merupakan pelaksanaan
tugas panggilan umat Kristen didunia ini. Sedangkan menerangi kebudayaan dengan
nilai-nilai ke-Kristenan, maksudnya, mencegah agar kebudayaan jangan untuk
hal-hal yang tidak benar tetapi
diarahkan untuk kegiatan-kegiatan memuliakan Allah dan kesejahteraan manusia.
Umat Kristen
terpanggil untuk menggarami dan menerangi kebudayaan dengan nilai-nilai ke-Kristenan.
III.
Pokok-pokok Pikiran Kristen
- Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dihasilkan
manusia, melalui pikiran, perarasaan dan kemauannya. Hasil manusia itu,
adalah merupakan resporns manusia
terhadap potensi yang diberikan Allah kepadanya pada waktu penciptaan.
Allah telah memberikan mandat budaya kepada manusia, yaitu menguasai,
mengusahai dan memelihara ciptaan Allah ; dan kegiatan itulah yang disebut
kebudayaan.
- Karena manusia sudah berdosa, maka segala sesuatu
yang dihasilkannya pun tidaklah sempurna. Kebudayaan pun tidak terlepas
dari akibat dosa. Oleh karena itu setiap saat, kebudayaan juga harus diperbaharui, harus
digarami dan diterangi dengan nilai-nilai kristiani.
- Umat Kristen harus mengkritisi kebudayaan dengan konsep dan prinsip-prinsip
kristiani, berdasarkan Alkitab; hingga umat Kristen tidak terjebak pada
pengagung kebudayaan melebihi etika dan iman Kristen.
Umat Kristen juga tidak perlu bersikap apriori atau menolah secara radikal
terhadap bentuk-bentuk kebudayaan itu untuk diisi dengan nilai-nilai
kristiani.
IV.
Latihan Mahasiswa
- Buatlah satu rumusan singkat tentang hakekat
Kebudayaan !
- Carilah ayat-ayat Alkitab yang berkaitan dengan
kemerosotan budaya !
- Carilah ayat-ayat Alkitab yang berkaitan dengan
sikap-sikap positif terhadap kebudayaan
V. Test Formatif
1.
Bagaimana umat Kristen bersikap yang benar
terhadap bentuk-bentuk budaya tradisional?
2.
Apakah
anda setuju dengan kebudayaan barat ? Tuliskan pendapatmu !
BAB VII
H U K U M
I. Latar Belakang Masalah
1
Secara umum masalah hukum dan pandangan agama
sering dipisahkan. Hukum sering kali dikaitkan dengan negara, kekuasaan,
keadilan dan kebenaran. Negaralah yang menciptakannya, melaksanakan dan
mengawasi hukum melalui badan-badan nagara, seperti : MPR, DPR, DPD,
Pemerintah, dan lembaga-lembaga peradilan.
2
Tetapi
jika dikaji lebih mendalam bahwa masalah hukum selalu berkaitan dengan manusia
dan kehidupannya. Karena hukum adalah berkaitan dengan manusia dan kehidupan,
maka pandangan agama perlu didengar.
3
Iman
Kristen berdasarkan Alkitab perlu dilihat pandangannya, tentang : ”Hubungan
hukum dengan kehidupan manusia, tentang sumber hukum yang sesungguhnya tentang
tanggung jawab umat Kristen dalam penegakan hukum sesuai iman Kristen.
4
Dalam
topik kajian ini perlu dilihat korelasi antara konsep dan prinsip umum tentang
hukum dengan pandangan Kristen berdasarkan Alkitab.
5
Kajian
ini berguna untuk mahasiswa, agar mereka memiliki pemikiran yang komprehensip
tentang peranan mereka dalam penegakan hukum pada kehidupan sehari-hari baik
sebagai warga negara maupun sebagai umat kristiani.
II. Kajian Materi
A. PENGERTIAN DAN MAKNA HUKUM SECARA UMUM
a. Pengertian
Pokok
Dalam
penjelasan UUD 1945, tentang sistem pemerintahan negara ditegaskan bahwa :
”Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat), bukan berdasarkan atas kekuasaan belaka”. Memang
salah satu unsur pokok dalam hukum ialah
adanya kekuasaan. Siapa yang
memiliki kekuasaan tertinggi, itu
tergantung pada sistem pemerintahan yang dianut.
-
Sistem
demokrasi langsung, kekuasaan tertinggi dipegang oleh rakyat secara langsung.
-
Sistem
demokrasi perwakilan, kekuasaan tertinggi dipengang oleh rakyat melalui
perwakilan
-
Sistem
kerajaan : kekuasaan tertinggi dipegang oleh Raja.
-
Sistem
konstitusional, kekuasaan tertinggi terdapat pada konstitusi (hukum dasar)
berarti kekuasaan dibatasi oleh undang-undang dasar.
-
Sistem
diktator absolutisme, kekuasaan
tertinggi terdapat pada kemauan dan kepentingan penguasa, dan dipegang oleh
kepala Negara. Kekuasaan tidak dibatasi oleh Undang-undang Dasar.
Dasar konteks
negara Republik Indonesia bahwa
kekuasaan adalah unsur yang paling utama dalam sistem hukum, namun kekuasaan
sangat penting dalam penegakan hukum. Jika kita simak dari pembukaan UUD 1945,
yang diakui sebagai hukum dasar tertulis
di negara kita, maka unsur pokok dari hukum di Indonesia ialah :
Pertama :
Kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, setiap manusia memiliki hari kebebasan.
Kedua :
Kewajiban negara yaitu :
1.
Memiliki
seganp bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan
kesejahteraan umum.
2. Mencerdaskan kehidupan bangsa
3. Ikut melaksanakan ketertiban dunia, berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Maka secara
mendasar dapat dikatakan bahwa, hukum adalah berkaitan dengan hak dan kewajiban
secara azasi. Manusia yang hidup menurut hukum adalah manusia yang menyadari apa haknya dan apa
kewajibannya dalam kehidupan
b.
Makna Hukum Bagi Kehidupan
Sesuai dengan
kewajiban negara yang telah digariskan dalam UUD 1945, maka hukum itupun haruslah memberi makna
sebagai berikut:
1) Hukum Itu Melindungi Seluruh Manusia
Pada modul, PAK, pelatihan nasional 2 digariskan “Pada
dasarnya hukum adalah perlindungan kepentingan manusia yang berbentuk kaidah
atau norma perlindungan kepentingan hidup atau kaidah disertai dengan sanksi
yang bersifat mengikat dan memaksa, itulah hakikat dari hukum”. Peraturan hidup ada yang tertulis, dan tidak tertulis,
setiap manusia mempunyai hak untuk dilindungi dan setiap manusia wajib
menghargai hak orang lain, jika tidak maka hukum akan memberi sanksi kepadanya.
Sanksi hukum bisa dari pemerintahan, bisa juga dari masyarakat.
2) Hukum Memajukan Kesejahteraan Umum
Jika setiap orang
menyadari haknya dalam kehidupan bersama, dan melakukan kewajiban dalam
interaksi sosial, maka kesejahteraan umum akan terwujud. Kesejahteraan umum
terwujud jika hukum itu terlaksana dengan baik. Keseimbangan antara hak dan
kewajiban membuat manusia menikmati kesejahteraan yang hakiki, maka hukum
itu memberi kesejahteraan hidup secara
umum.
3) Hukum Mencerdaskan
Kehidupan Bangsa
Di satu pihak hukum yang berlaku menuntut kepatuhan dan
ketaatan dari masyarakat, tetapi dipihak lain, hukum juga akan memberikan
pencerahan bagi kehidupan manusia. Kepatuhan dan ketaatan yang dituntut hukum
haruslah berdasarkan kesadaran diri.
Idealnya hukum itu harus dipahami oleh masyarakat yang telah mengerti apa hak
dan apa kewajibannya dalam kehidupan bersama, tidak membuat kepatuhan pada hukum itu menjadi beban bagi mereka. Dan
orang-orang yang hidup patuh pada hukum tetapi berarti itu sebagai beban atau
paksaan, mereka malah orang-orang yang cerdas.
4) Hukum Juga Menertiban Kehidupan
Dietriech Bonnhoffer, menegatakan bahwa ” kebebasan tanpa
kewajiban adalah kekacauan, artinya jika aspek kebebasan saja yang utamakan,
sedangkan kewajiban tidak diutamakan, maka kehidupan akan menjadi kacau, tidak
tertib. Kehidupan bersama menjadi terib, jika masing-masing anggota masyarakat
menyadari apa haknya, dan melakukan apa kewajibannya. Hukum memang adalah untuk
mengikiat manusia agar hidup tertib, tetapi kehidupan hidup itu bukan karena
paksaan, melainkan berdasarkan pada kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
c.
Fungsi Hukum Dalam Kehidupan
Jika kita
telah membahas makna hukum dalam kehidupan itu berkaitan dengan arti hukum secara
hakiki. Tetapi membicarakan fungsi hukum dalam kehidupan maka orientasinya ialah : fungsi hukum secara
formal. Yang kita maksud dengan hukum secara formal ialah UUD, Undang Undang,
dan keputusan-keputusan badam negara misalnya : Keputusan DPR, keputusan
pemerintahan dan lain-lain.
Hukum dasar tertulis dan kitab-kitab hukum tertulis
lainnya mempunyai fungsi dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
Fungsi hukum tertulis itu adalah sebagai berikut :
1)
Fungsi
Integrasi artinya: Hukum tertulis menjadi faktor integratif, karena hukum (UU)
menjadi pegangan bersama dan diharapkan sebagai alat bantu dalam menyelesaikan
konflik yang terjadi. Hukum menjadi sarana ”Conflict
resolution”.
2)
Fungsi
kontrol artinya: Hukum (UU) menjadi alat untuk mengontrol perubahan dan
perkembangan yang terjadi dalam masyarakat.
3)
Fungsi
Perekayasaan nilai : Artinya, hukum (UU) menjadi alat untuk merekayasa nilai.
Sebab hukum berisi nilai-nilai masih berbuat idealis. Dengan butir-butir nilai
dalam hukum (UU), cita-cita dalam kehidupan masyarakat dengan diwujudkan. Hukum
menjadi acuan nilai-nilai yang dicita-citakan. (Naskah Akaddemik : Rancangan UU
tentang Kehidupan Umat beragama, Departemen Agama Republik Indonesia,2002)
Ketiga fungsi hukum di atas harus dipahami secara
komprehensif artinya fungsi integrasi, fungsi kontrol, dan fungsi rekayasa itu
bertujuan secara terpadu dalam kehidupan sehari-hari.
B. PANDANGAN KRISTEN MENGENAI HUKUM
a.
Manusia Hidup Berdasarkan Hukum
Sepintas
menurut Alkitab, hukum itu hanyalah berupa perintah-perintah dan tuntunan
Allah. Kitab perjanjian lama yang didominasi oleh hukum Taurat, banyak berupa
perintah-perintah dan titah-titah Allah.
J. Verkuyl
mengatakan hukum Taurat adalah pengumuman tuntutan-tuntutan Allah kepada
manusia. Rasul Paulus sendiri berkata kepada orang Kristen bahwa ” Kamu tidak
berada dibawah hukum Taurat, tetapi dibawah kasih karunia,” (Roma 6:14). Semua
orang yang hidupdari pekerjaan hukum Taurat berada dibawah kutuk; sebab ada
tertulis ”Terkutuklah orang yang tidak
setia melakukan segala sesuatu yang tertulisdalam kitab hukumTaurat”(Galatia
3:10). Kesannya bahwa hukum Taurat hanyalah berisi daftar kewajiban manusia. Tetapi
jika menyimak keseluruhan isi Alkitab baik kitabPerjanjian Lama maupun kitab
Perjanjian Baru. Hukum-hukum Tuhan itu tidak semata-mata berupa
tuntunan-tuntunan yang harus dilakukan oleh manusia, melainkan juga berisi
janji-janji dan hak kebebasan manusia dihadapan Allah. Kewajiban-kewajiban dan
hak kebebasan adalah kebutuhan manusia.
Menurut kitab
Kejadian1- 3. Pada waktu Allah
menciptakan manusia pertama, Adam dan Hawa; Allah serta merta memberikan hak dan kewajiban
kepada manusia. Allah sudah menetapkan
hukum bagi manusia pertama.
Allah sudah
menggariskan kepada manusia apa-apa yang dapat dilakukan dan apa yang dapat
dinikmati (sebagai hak kebebasan). Dan Allah juga sudah menggariskan apa-apa
yang tidak dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dimakan oleh manusia (Kewajiban).
Hak
kebebasan Manusia pertama
(1). Mengusahai ciptaan lain
(2). Beranak cucul-bertambah banyak
(3.). Memakan
tumbuh-tumbuhan berbiji dan pohon-pohonan yang berbuah berbiji.
Kewajiban
manusia pertama
(1). Menguasai ciptaan lain
(2). Mengusahai Taman Eden
(3). Memelihara Ciptaan Allah
(4). Tidak memakan buah yang dilarang
Berdasarkan
fakta diatas maka dapat disimpulkan bahwa sejak manusia diciptakan Alllah,
kepadanya diberikan hukum, hukum menjadi kehidupannya, manusia hidup
berdasarkan hukum. Iman Kristen menghargai hukum sebagai norma hidup.
b.
Sumber Hukum
Kita tahu
bahwa hukum itu ada yang tertulis dan ada juga yang tidak tertulis : tetapi
baik hukum tertulis maupun hukum yang tidak tertulis tentu perlu dipertanyakan
darimanakah sumber hukum itu ? Ada
dua pendapat yaitu :
- Bersumber dari masyarakat ;
- Bersumber
dari pencipta manusia (Allah)
1. Hukum
bersumber dari masyarakat
Mereka mengatakan bahwa ”Hukum adalah hasil kontrak sosial”;
artinya apa yang
perlu atau tidak perlu dalam hukum adalah masalah kesepakatan saja.
Kalau masyarakat ada kesepakatan sesuatu yang mau diatur dalam ketentuan yang
akan mengikat bersama, jadilah dia dimasukan dalam aturan yang mengikat bersama
(Rancangan UU tentang kerukunan umat beragama)
Sumber hukum adalah kesepakatan masyarakat, kesepakatan
itulah yang dipelihara dan dilaksanakan dalam kehidupan bersama. Pendapat yang
mengatakan bahwa masyarakatlah yang menjadi sumber hukum, adalah berangkat dari
sudut pandang aliran demokrasi.
Kekuasaan sebagai unsur penting dalam hukum dipahami
berasal dari masyarakat. Mereka menganggap suara rakyat (masyarakat) adalah
suara Tuhan (Vox Populi, Vox Deo)
2. Hukum
berasal dari pencipta manusia (Allah)
Pendapat ini berangkat dari sudut pandang Theokrasi,
artinya yang berkuasa dalam masyarakat adalah Allah, Allah yang lebih dahulu
mengatur bagaimana manusia itu harus hidup. Pandangan inilah yang sesuai dangan pandangan Kristen. Iman Kristen,
mengakui bahwa ”Tuhan Allah adalah pusat dan sumber dari semua yang baik”.
Tuhan Allah adalah hakim tertinggi dan terakhir yang memutuskan apa yang benar
dan yang salah. Karena itu tanggung jawab manusia yang pokok ialah melakuakan
apa yang dikehendaki Tuhan Allah. Didalam mengambil keputusan tentang apa yang
harus dilakukan, semua manusia harus mencari kehendak Tuhan Allah (Roma 12 : 2)
Jika kita percaya bahwa Tuhan Allah adalah sumber hukum
maka hukum dari Tuhan itu terwujud dalam tiga bentuk, yaitu :
- Hukum berupa
amanat kebudayaan yaitu yang diberikan Allah kepada manusia pada waktu
penciptaan Adam dan Hawa. Tuhan Allah memberi hak-hak azasi manusia dan kewajiban-kewajiban
azasi manusia (Kejadian 1 : 3)
- Hukum Taurat
yaitu hukum Allah yang diberikan Allah kepada umat Israel pada masa Exodus dari
Tanah Mesir menuju tanah perjanjian (Keluaran 20)
- Hukum Kasih yaitu hukum yang berikan Allah melalui Yesus
Kristus, kepada orang-orang percaya yang intinya ”Mengasihi Tuhan Allah dan
mengasihi sesama manusia” (Matius 22 : 34-40).
Selain
pandangan aliran Demokrasi dan Theokrasi, ada juga yang menganut Absolutisme
atau Diktatorisme. Aliran ini beranggapan bahwa sumber hukum adalah penguasa.
Penguasa sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dan tak terbatas, menjadi penentu hukum. Pontius Pilatus seorang penguasa romawi
berkata kepada Yesus, ”tidaklah engkau tahu atau berkuasa untuk membebaskan
engkau dan berkuasa juga untuk menyalibkan engkau ? Yesus menjawab ”engkau
tidak mempunyai kuasa apapun terhadap aku, jika kuasa itu tidak diberikan
kepadamu dari atas”(Johannes 19 : 10-11).
Paulus pada
suratnya ke jemaat Roma menegaskan bahwa : sebab tidak ada pemerintahan yang
tidak berasal dari Allah dan pemerintahan-pemerintahan yang tidak ditetapkan
oleh Allah (Roma 13 : 1). Kesimpulan Hukum dan kekuasaan pada hakekatnya adalah
berasal dari Allah.
C.
PARTISIPASI ORANG KRISTEN DALAM
PENEGAKAN HUKUM
a. Keteladanan Orang Kristen Mematuhi Hukum
Sebelum orang Kristen
menganjurkan orang lain agar mematuhi hukum, maka orang Kristen harus lebih
dahulu menaati hukum. Ketika ada kelompok suruhan ahli taurat dan iman-iman
kepada Yahudi bertanya kepada (Yesus) Apakah diperbolehkan membayar pajak
kepada kaisar atau tidak ? Yesus barkata : ”Berikanlah
kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar. Dan kepada Allah apa
yang wajib kamu berikan kepada Allah”(Lukas 20 : 20-26)
Kepatuhan
kepada Kaisar adalah salah satu dari usaha penegakan hukum. Paulus juga
mengajarkan bahwa ”orang Kristen wajib
membayar pajak dan cukai”(Roma 13 :
7). Orang Kristen yang melaksanakan kewajiban pajak adalah merupakan salah satu
partisipasi orang Kristen manegakan hukum.
b. Orang Kristen Menjauhi
Perbuatan-perbuatan Melanggar Hukum
Selain
keteladanan membayar pajak dan cukai sesuai dengan peraturan-peraturan yang
berlaku, Orang Kristen juga turut mendukung pemerintah dalam menjauhi
praktek-praktek yang melanggar hukum. Berbagai contoh perbuatan melanggar hukum
yang harus dihindari oleh Orang Kristen yaitu :
1. Praktek Korupsi Dan
Penindasan Ekonomi
Terjadinya krisis ekonomi di negara Republik Indonesi
adalah disebabkan banyak faktor ; salah satu penyebab utama ialah : praktek
korupsi dan ketidakadilan ekonomi.
Pada zaman nabi Habukuk, telah terjadi
perbuatan-perbuatan korupsi dan penindasan ekonomi dalam masayarakat, sehingga
terjadilah krisis ekonomi. Firman Tuhan melalui nabi Hakubuk berkatalah ”Celakalah Orang yang mengaruk bagi dirinya
apa yang bukan miliknya”.celakalah orang yang mengambil laba yang tidak halal
untuk keperluan rumahnya (Habakuk 2 : 6+9)
Pada suatu waktu orang Kristen mendapat peluang dan akan
digoda untuk berbuat demikian, tetapi dalam rangka partisipasi menegakan Hukum
dan keadilan, maka orang Kristen wajib menghindarkan perbuatan-perbuatan
seperti itu.
2. Perilaku
Melecehkan Aparat Hukum
Dalam
masyarakat sering terjadi perilaku-perilaku yang kurang menghargai dan
menghomati aparat negara , misal ; melanggar peraturan lalu lintas ; tidak
mengindahkan ketertiban umum, turut mengikuti praktek-prktek ilegal, seperti
penyelundupan, togel dan judi.
Masyarakat
sebenarnya, sudah tau bahwa perbuatan-perbuatan itu adalah melanggar hukum,
tetapi karena kesempatan-kesempatan untuk berbuat terbuka, maka banyak orang
melakukan juga, termasuk orang Kristen.
Rasul Petrus
berkata : ”kepadamu semua lembaga
penguasa, baik kepada raja,sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun
kepada wali-wali yang diutusnya, untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat
dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. (I Petrus 2 : 13-14)
Paulus juga
memberi nasehat dalam surat Roma 13 : 7 ”Berilah
rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan berilah rasa hormat
kepada orang yang berhak menerima rasa hormat”.
Jadi
kesimpulannya : Orang Kristen wajib menghargai dan menghormati aparat-aparat
hukum, sebagai wujud partisipasi orang Kristen dalam penegakan hukum.
c. Orang Kristen Memberi Suara
Nabiah
Suara nabiah
adalah suara berupa sumbangan fikiran sehat, kritikan, tegoran, dan protes,
terhadap praktek-praktek pelanggaran hukum dalam masyarakat. Paulus memberi
nasehat kepada orang Kristen ”Beritakanlah
firman, nyatakanlah apa yang salah, tegor dan nasehatilah dengan segala
kesabaran dan pengajaran (II Timotius 4 : 2).
Di satu sisi,
Orang Kristen harus, mematuhi hukum dan menghargai aparat hukum, tetapi dipihak
lain, orang Kristen juga harus memberitakan, membela dan mempertahankan
kebenaran Firman Allah. Orang Kristen dapat memberi kritik dan protes terhadap
praktek pelanggaran dan pelecehan hukum, baik oleh aparat hukum atau masyarakat
lain, tetapi kritik dan protes itu tidak berubah menjadi melecahkan dan melawan
penegakan hukum.
III.
Latihan Mahasiswa
1.
Cari
beberapa contoh perbuatan dan tindakan Yesus yang ikut menegakan hukum di
masyarakat Yahudi pada waktu dia hidup.
2.
Tunjukan
beberapa contoh praktek-praktek yang sering dilakukan warga negara yang
sebenarnya adalah pelanggaran atau pelecehan hukum.
3. Bagaimana pandanganmu tentang : a. Lokalisasi judi
b. Lokalisasi WTS
IV.
Pokok-pokok Pikiran Kristiani
1.
Menurut
iman Kristen hukum bermakna bagi kehidupan manusia, untuk menjadi petunjuk
dalam haknya dan melaksanakan kewajibannya. Allah sendiri pada waktu
menciptakan manusia telah memberikan hukum kepada manusia. Hukum menjdi
kehidupannya dan manusia hidup berdasarkan hukum.
2.
Iman
Kristen menghargai hukum sebagai norma hidup. Umat Kristen harus menghargai
hukum yang berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan iman Kristen. Hukum
yang berlaku harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh umat Kristen.
3.
Umat
Kristen terpanggil untuk ikut berpartisipasi dalam penegakan hukum, melalui:
”keteladanan mematuhi hukum, menjauhi perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum
dan mau memberikan saran-saran yang bersifat mengingat, mengkritik dan
menyatakan kebenaran kepada pemerintah ataupun pada masyarakat.
V.
Test Formatif
Bentuk apa saja yang dapat anda lakukan sebagai partisipasi anda dalam
penegakan hukum (satu contoh kasus dalam kehidupan sehari-hari)
BAB VIII
P O L I T I K
I. Latar Belakang Masalah
1.
Ada dua sisi pandangan umum tentang politik
Pandangan pertama
umum tentang politik :
-
Politik itu permainan kotor, politik mencari kekuasaan
- Politik itu
adalah kawasan yang bebas kejujuran ; yang diplesetkan dalam bahasa Batak Toba
: Poel-otik artinya bengkok
sedikit adalah sah-sah saja.
- Dalam politik
tidak ada musuh yang abadi dan tidak ada teman yang abadi ; tetapi
kepentinganlah yang abadi.
Pandangan-pandangan
diatas membuat orang sebagian bersikap negatif terhadap politik, sehingga ada
orang yang tidak mau terlibat dalam politik atau sebaliknya, ada orang
yang berpetualang dalam politik, mereka memakai jalur politik untuk
mencapai keinginan, tujuan, menghalalkan segala cara.
Tetapi pandangan kedua mengatakan : Politik itu seni Politik itu bentuk
pengabdian pada bangsa dan negara. Politik itu tujuannya untuk
kesejahteraan warna negara. Maka dengan pandangan ini, banyak orang
berjuang dalam dunia politik, atau ada orang Kristen yang mengklaim bahwa
mereka aktif dalam politik adalah sebagai pandangan atau amanah pengabdian.
Maksud
dan tujuan pembahasan topik ini adalah agar mahasiswa memperoleh pemahaman yang
mendalam kompregensip tentang berpolitik dan khususnya bagaimana orang Kristen
berpartisipasi dalam politik yang benar.
III.
Kajian Materi
A.
PENGERTIAN POLITIK
SECARA HAKIKI
a.
Menurut politik, pengertian politik secara hakiki adalah
: ”Segala rencana, usaha dan tindakan / kegiatan untuk memelihara dan
mengelola negara.” Dan tujuannya adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan
kesejahteraan warga negara.
Kita mengetahui bahwa yang disebut negara terdiri dari
tiga unsur yaitu : Wilayah, Rakyat, dan Pemerintahan. Segala sesuatu
yang berkaitan dengan wilayahnya, Rakyat dan pemerintah, adalah bagian dari
negara. Berdasarkan pengertian diatas maka jika kita berpartisipasi dalam
politik ; jalan yang dapat dipakai bukan hanya jalur pemerintahan atau kuasa,
tetapi juga kewilayahan atau jalur rakyat.
Melakukan kegiatan dan pemikiran tentang soal-soal wilayah dan soal-soal
rakyat, mis: tentang pengembangan wilayah, kesejahteraan, keadilan, keamanan,
pendidikan, adalah juga termasuk dalam lingkup politik.
b.
Mahasiswa telah ikut berpartisipasi dalam politik jika
mereka ikut memberikan pemikiran dan kegiatan mengenai kelestarian lingkungan
hidup, mengenai masalah sosial, masalah ketidak adilan, kemiskinan dan
lain-lain. Mahasiswa dan orang Kristen tidak harus ikut partai politik atau
politik praktis bsru disebut berpartisipasi dalam politil. Karena berpolitik
secara hakiki ialah ikut memberikan pemikiran dan tindakan dalam memelihara dan
mengolah negara. Sebagai warga negara yang baik, maka orang Kristen juga
terpanggil ikut memberikan baktinya untuk kesejahteraan bangsa dan negara.
c.
Namun dalam memberikan darma baktinya itu ; orang Kristen
sebagai warga negara yang baik, harus sadar diri, sebagai apa posisi dan
perannya dalam negara dan masyarakat ; orang Kristen tidak etis melakukan darma
baktinya jika tidak sesuai dengan posisi dan perannya dalam negara dan
masyarakat.
d.
Orang Kristen juga harus menghargai posisi dan peran
warga negara yang lain, atau harus
menghargai posisi dan peran aparatur negara ; apakah itu unsur eksekutif,
legislatif, yudikatif.
B.
KONSEP ALKITAB
TENTANG POLITIK
a. Pemerintahan politik berbeda pelayan Kristiani.
Yakobus dan Yohannes pernah meminta jabatan khusus kepada Yesus yaitu :
kedudukan disebelah kanan dan sebelah kiri Yesus (Markus 10: 37)
tetapi Yesus mengatakan :”kamu tidak tahu apa yang kamu minta.....”(ayat 38).
Rupanya kedua muridnya ini mengira Yesus adalah seperti
kerajaan dunia (politis). Kemudian Yesus berkata kepada seluruh murid ”kamu
tahu bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa, memerintah rakyatnya
dengan tangan besi dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan
keras, atas mereka. ”Tidak demikian diantara kamu! Barang siapa ingin
menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu....... karena anak
manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan
memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang”. (mark 10 : 42-45)
Dengan penjelasan Yesus diatas, ditegaskan bahwa
pelayanan kristiani berbeda dengan pemerintahan politis. Yesus kedunia membawa
pola dan suasana baru tentang jabatan, kuasa, dan pelayanan. Jabatan dan kuasa
dalam kepelayanan kristiani adalah berdasarkan pada pengabdian dan pengorbanan
bagi banyak orang. Sedangkan pada politik kekuatan dan kekuasaan menjadi pola
kepemimpinan yang sah.
b. Orang Kristen tidak anti Pemerintahan Politik
Ada orang Kristen
yang apriori terhadap pemerintahan politik, dan mengenggap pemerintahan politik
sebagai penguasa yang berasal dari iblis.
Mereka menggunakan
Nats Alkitab : why1: 1-10 sebagai dasar penilaian.
Ciri-ciri
pemerintahan yang berasal dari iblis ialah:
1.
Penuh kesombongan dan menghujat Allah
2.
Melawan orang kudus
Memang dalam
sejarah gereja, pernah terjadi perilaku dan tindakan-tindakan penguasa politik,
yang menghujat Allah dan menindas orang-orang Kristen Misalnya Kaisar Nero dalam
kerajaan Romawi pada abad I tetapi peristiwa itu bukan menjadi alasan kita
untuk menolak pemerintahan politik secara mutlak.
Pada masa
Yesus, ada kelompok-kelompok masyarakat Yahudi yang mencoba mempertentangkan
Yesus dengan pemerintahan politik,”beberapa orang Farisi dan Herodian bertanya
kepada Yesus :”Apakah diperbolehkan membayar pajak atau tidak ? Kemudian Yesus
menjawab dengan tegas :” Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan
kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.(Mark
12 : 13-17).
Dengan pernyataan Yesus itu, berarti orang Kristen tidak
anti kepada pemerintah politik. Malahan dalam surat Paulus ke jemaat di Roma
pasal 13 : 1-7, ditegaskan lagi:” Tiap-tiap orang harus takluk kepada
pemerintah yang diatasnya, sebab tidak ada pemerintah yang berasal dari Allah
dan pemerintah-pemerintah yang ada ditetapkan oleh Allah”.
Selanjutnya Paulus mengatakan, supaya orang Kristen :
- Membayar pajak kepada yang berhak menerima pajak
- Membayar
cukai kepada yang berhak menerima cukai
- Memberi
rasa takut kepada yang berhak menerima rasa takut
- Dan
memberi hormat kepada yang berhak menerima hormat (Roma 13 : 7).
C. BEBERAPA BENTUK PARTISIPASI POLITIK ORANG
KRISTEN
Ada beberapa bentuk pertisipasi politik orang Kristen
dalam berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
a. Menjadi Garam dan Terang
Dunia Politik
Yesus
memberi tanggung jawab kepada orang Kristen agar menjadi garam dan terang
dunia.....Mat 5 : 13-16,” Kamu adalah garam dunia dan kamu adalah terang
dunia”. Dunia yang dimaksud adalah juga meliputi dunia politik. Tetapi
bagaimana orang Kristen menjadi garam terang dalam dunia politik ?
Dalam praktek berpolitik tentu tidak lepas dari
kekurangan dan penyimpangan, malahan ada orang-orang politik dengan sadar
melakukan trik-trik politik yang bertentangan dengan kebenaran dan keadilan,
oleh karena itu jika orang Kristen berpartisipasi dalam dunia politik, maka
mereka harus berani menjadi garam dan terang.
Menjadi garam dalam dunia politik berarti memberikan
kualitas yang lebih baik dalam sikap dan perilaku berpolitik. Orang Kristen
harus berani memberi contoh dan kritik yang sehat dalam berpolitik. Selanjutnya
menjadi terang dalam politik berarti orang Kristen terpanggil ”menciptakan”
nuansa berpolitik jujur tetapi cerdas.
Orang Kristen
tidak perlu menganut prinsip-prinsip berpolitik tidak jujur dan jahat, seperti
- Peol-otik (bengkok sedikit adalah sah)
- Tidak ada teman dan musuh
yang abadi, tetapi kepentinganlah yang utama.
- Singkirkan kepala batu
- Pecah belah dan kuasai
(Devide et Impera)
- Uanglah yang mengatur negara
- Mumpung saya lagi berkuasa, dan lain-lain.
b. Bersaksi, Bersekutu dan
Melayani dalam Politik
Ketika bentuk partisipasi ini
disebut Tri Tugas orang Kristen dalam dunia
- Bersaksi dalam
politik (Kisah 1:8)
Bersaksi
dalam politik artinya memberi sikap, buah pikiran dan tindakan yang tujuannya
menegakkan kebenaran dan keadilan.
Paulus dalam
suratnya kepada Timotius berkata :”Beritakanlah firman, siap sedialah, baik
atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasehatilah
dengan segala kesabaran dan pengajaran.”(II Timotius 4 : 2).
Demontrasi,
unjuk rasa, jika dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan disampaikan
dengan damai dan rendah hati adalah bentuk-bentuk kesaksian politis yang sah
menurut Iman Kristen. Memberitakan kebenaran, keadilan, mengatakan apa yang
salah, menegor dan memberi nasehat (saran) kepada pihak-pihak penyelenggara
negara menjadi sesuatu yang pertisipatif dari orang Kristen.
- Bersekutu Dalam Politik
Sebagai
garam dan terang, orang Kristen harus hadir dalam dunia ; seperti garam, orang Kristen
harus melarut dalam dunia politik agar efektif dalam memberi nuansa terhadap
perilaku-perilaku berpolitik. Bersekutu dalam politik tidak harus memasuki
partai politik atau melakukan kegiatan-kegiatan politik praktis, tetapi
bersekutu dalam politik artinya membuat diri inklusif dalam perkembangan
politik. Mengikuti perkembangan dan dinamika politik secara peka dan tanggap.
Bersekutu
dalam politik boleh dengan cara mengikuti tren politik yang sedang terjadi, dan
mencoba memahami apa makna dari peristiwa yang terjadi itu. Orang Kristen juga
tidak boleh buta politik, tetapi
- sangat berguna jika orang Kristen dapat
mengatisipasi kecenderungan-kecenderungan politis
Yesus telah
menasehati murid-muridNya :” Lihat ! Aku yang mengutus kamu seperti domba
ditengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan
tulus seperti merpati, tetapi waspadalah terhadap semua orang....(Matius 10 :
16-17). Artinya : Orang Kristen dalam bersekutu harus cerdik, tulus dan
waspada, supaya jangan terjebak dan terperangkap dalam permainan politik.
- Melayani dalam politik
Melayani
dalam politik artinya memberi diri untuk orang lain sehingga orang lain dapat
memahami kecenderungan politik atau tidak terjebak dalam permainan poltik,
membantu dan menolong orang lain supaya jangan menjadi korban politik.
Yesus
mengklaim dirinya, sebagai kepenuhan nubuatan nabi Yesaya tentang seorang tokoh
yang diurapi Allah. Yesus berkata :”Roh Tuhan ada padaku, oleh sebab Ia telah
mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin ; Ia
telah mengutus aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan,
dan penglihatan bagi orang-orang yang buta, untuk membebaskan orang-orang yang
tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang”. Yesus datang
kedunia juga untuk melayani orang-orang yang tersangkut masalah politik :
tetapi cara Yesus melayani bukan dengan bentuk-bentuk politik praktis, dan
bukan dengan cara-cara kekerasan.
Sewaktu
Yesus ditangkap imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi ditaman Getsemani,
salah seorang murid Yesus menghunus pedangnya meletakkanya kepada hamba iman
besar sehingga putus telinganya...
Tetapi Yesus
berkata : masukkanlah pedang itu kembali kedalam sarungnya, sebab :”Barang
siapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang.”(Matius 26 : 51-52).
Kemudian
pada waktu Yesus dihadapan imam besar Kayahfas dan Hanas, seorang penjaga yang
menjaga disitu ”menampar muka Yesus” tetapi Yesus berkata kepada orang itu: ”Jikalau
kataKu itu salah tunjukanlah salahnya, tetapi Jikalau kataKu itu benar
mengapakah engkau menampar Aku? (Yohannes 18 : 22-23).
Dari contoh
kejadian diatas dapat kita pahami bahwa Yesus adalah seorang tokoh pelayan politis,
yang anti kekerasan : Yesus berani mengatakan kebenaran ; Yesus mampu
memberikan kritik yang argumentatif kepada lawan-lawan politisnya, tetapi dia
tidak memakai cara-cara kekerasan.
Maka
berdasarkan sikap dan perilaku yang ditunjukan Yesus, orang Kristen pun
terpanggil untuk melayani dalam politik secara berani dan elegan. Orang Kristen
harus mampu memberi pelayanan kepada orang-orang miskin, orang-orang tawanan,
orang-orang tertindas, dan orang-orang yang menjadi korban permainan politik,
tetapi dalam peleyanan itu, orang Kristen juga harus menghindari cara-cara dan
bentuk-bentuk kekerasan.
Memang
Bersaksi, Bersekutu dan Melayani dalam politik adalah tiga apek pelayanan
Kristiani yang tidak terpisahkan satu dengan yang lain. Ketiga aspek pelayanan
ini dapat dilakukan orang Kristen secara integratif dalam kehidupan berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat pada waktu yang bersamaan.
Orang Kristen
melayani dalam politik berarti orang Kristen memberi sesuatu yang berguna untuk
pengembangan dan kewajiban etika berpolitik yang santun dan bermartabat.
c. Mendoakan Raja (Penguasa) dan Negara
Bentuk
partisipasi politik orang Kristen yang lebih rohani ialah: ”Mendoakan Raja dan
Kota”. Nabi Jeremia dalam suratnya kepada orang Israel dipembuangan Babel
menasehati bangsa itu agar mengusahakan kesejahteraan kota dan berdoa untuk
kota. (Jeremia 29 : 7). Demikian juga Paulus mengingatkan Timotius, agar
menaikan doa syafaat untuk semua orang, untuk raja-raja , dan untuk semua
pembesar agar kita dapat hidup tenang dan tentram dalam segala kesalehan dan
kehormatan (I Timotius 2 : 2).
Mendoakan
raja (penguasa) dan negara kita katakan lebih rohani, ialah karena dengan doa
kepada Tuhan kita memperhadapkan lembaga politik (Raja negara) dalam rohani
kita kepada Tuhan. Partisipasi kita dalam politik , tidak hanya pada
aspek-aspek duniawi atau jasmani saja melainkan roh kita juga ikut terlibat
dalam dinamika politik. Mendoakan raja dan negara bukan berarti kita
mempolitisasi doa-doa kita dan ini sering disebut doa politik, tetapi mendoakan
raja dan negara berarti batin dan roh kita juga ikut mengumuli persoalan dan
perkembangan politik.
d. Menjadi Pekerja Sosial
Menjadi
pekerja sosial juga adalah bentuk partisipasi politik yang dapat dilakukan
orang Kristen. Mengapa? karena tugas-tugas pekerja sosial adalah mewujudkan
keadilan dan kesejahteraan sosial. Sedangkan tujuan politik secara hakiki
adalah perbaikan dan peningkatan kesejahteraan warga negara.
Pada jaman
Rasul-rasul telah dipilih tujuh orang sebagai pekerja sosial yang khusus
melayani orang-orang miskin dan janda-janda (Kisah 6 : 1-7). Orang Kristen juga
dapat berpartisipasi dalam politik, melalui pelayanan pekerja sosial.
e. Pencinta Lingkungan
Salah satu
unsur negara ialah Wilayah, maka pengelolahan wilayah lingkungan hidup,
ekosistem adalah bagian dari tugas negara orang-orang yang mengabdikan dirinya
pada usaha melestarikan lingkungan termasuk pada kegiatan politik secara
hakiki.
Masalah
lingkungan adalah masalah negara. Orang Kristen dapat berpartisipasi dalam
perbaikan dan pengelolahan lingkungan atau wilayah. Soal-soal pencemaran
lingkungan atau pengerusakan wilayah tidak lepas dari tanggung jawab orang
Kisten.
Nabi Jeremia
berkata :” Usahakanlah kesejahteraan kota (wilayah) dan berdoalah untuk
kota(wilayah itu), sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmua (Jeremia 29
:7)
f. Aktivitas Politik dan Partai -Politik
Ada tiga
bentuk aktivitas politik yang dapat diperankan orang Kristen yaitu :
-
Pengamat politik
-
Anggota partai politik kebangsaan
- Anggota
partai politik Kristen
Menjadi pengamat politik ialah berperan untuk pencerahan
dan pencerdasan berpolitik. Berusaha memberikan pemikiran-pemikiran dan
analisis politik yang ilmiah, jujur dan konsisten.
Sedangkan tugas anggota partai politik, terikat dengan
Platform, visi dan misi, partai politik yang diakui. Partai politik apapun yang
dimasuki oleh orang Kristen, hal yang tidak boleh dilupakan ialah:
Politikus
Kristen harus menjadi garam dan terang
Politikus Kristen
harus cerdik, tulus dan waspada terhadap semua orang (Mat 10 : 16-17).
Kalau kita berpikir strategi maka orang Kristen lebih
baik masuk partai politik kebangsaan dari pada masuk partai Kristen, alasannya
: Orang Kristen lebih efektif jika melarut pada partai politik
kebangsaan dan menggarami pada partai itu, dari pada harus menonjolkan
atribut ke-Kristenan dalam bentuk partai politik Kristen. Tetapi yang utama
adalah : Jadikanlah teladan bagi yang lain.
III. Kesimpulan Materi Kajian
- Politik
adalah segala rencana, usaha dan tindakan kegiatan untuk memelihara dan
mengelola negara yang tujuannya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
- Politik
tidak identik dengan pelayanan Kriten, tetapi pelayanan Kristen juga
meliputi aspek politik.
- Iman Kristen
memahami Pemerintahan politik dari dua sisi, yaitu :
a.
Pemerintahan yang berasal dari iblis, ciri-cirinya :
penuh kesombongan. Menghujat Allah dan melawan orang-orang kudus (Why 3 : 1-10)
b.
Pemerintahan yang berasal dari Allah, ciri-cirinya : memuliakan
Allah, tidak menindas, kudus (Rom 13 : 1-7).
- Bentuk
partisipasi politik orang Kristen yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
a.
Menjadi garam dan terang dunia politik
b.
Bersaksi, Bersekutu, dan Melayani dalam politik
c.
Mendoakan Raja (penguasa) dan Negara
d.
Menjadi pekerja Sosial, Pecinta lingkungan
e.
Aktivis politik dan ikut partai politik
IV. Latihan Mahasiswa
- Rumuskan
dengan singkat : ”Makna berpolitik” secara umum
- Poin-poin
apa yang anda tidak setujui dari pembahasan materi? Sebutkan ! (kritik
anda).
- Carilah
ayat-ayat Alkitab, yang memberikan pedoman prinsip bagaimana berpolitik
yang benar (tiga poin)
- Setujukah
anda Partai Politik Kristen? Apa Alasannya?
BAB
IX
K E
R U K U N A N
I. Latar Belakang Masalah
1.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang beragama sering
tidak dapat memisahkan diri dari pergaulan dengan orang-orang beragama lain.
Dan malah dalam pergaulan itu terjadi interaksi yang saling membutuhkan dan
saling mempengaruhi.
2.
Khusus di negara Republik Indonesia, rakyatnya yang
terdiri dari berbagai suku dan agama, tentu membuat orang perlu mendalami
bagaimanakah sikap di dalam bergaul dengan sesama bangsanya yang beragama lain.
3.
Ada dua pemahaman umat beragama tentang sikap, terhadap
agama lain:
Yang Pertama : ”Hanya
agama saya yang benar ; agama lain tidak”.
Yang Kedua : ”Semua agama adalah benar, karena semua
agama menuju Allah, hanya caranya yang berbeda-beda”.
4.
Iman Kristen tidak menganut kedua pemahaman tersebut :
Alasannya:
-
Pemahaman pertama, menimbulkan sikap superior dan apriori
terhadap umat yang lain.
-
Pemahaman kedua, menimbulkan sikap kompromi dan munafik
dalam kehidupan umat beragama terhadap umat yang lain.
5.
Umat Kristen dalam pergaulannya dengan umat beragama
sangat mendambakan hidup yang rukun, pemazmur dalam Mazmur 133 : 1 menyerukan :
”sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama
dengan rukun”.
Tetapi yang menjadi permasalahan ialah :
Bagaimana konsep Kristen tentang hidup
yang rukun itu ; kerukunan yang bagaimana yang harus diterapkan oleh umat Kristen
terhadapa umat beragama lain!
6.
Kajian ini sangat penting bagi mahasiswa Kristen, agar
terhindar dari sikap superior dan apriori
terhadap umat beragama lain, disatu pihak juga agar tidak terjebak pada sikap kompromis palsu dan
munafik dipihak lain.
II. Kajian Materi
A. KONSEP KRISTEN TENTANG KERUKUNAN DI INDONESIA
Di dalam melaksanakan pembangunan nasional salah satu faktor yang harus
mendapatkan prioritas ialah stabilitas nasional. Dan satu unsur di dalam
menciptakan stabilitas nasional ialah kerukunan hidup. Kerukunan hidup
masyarakat meliputi kerukunan hidup umat beragama.
Dalam program pembinaan kerukunan hidup beragama, kita mengenal Trilogi
Kerukunan hidup umat beragama:
- Kerukunan
hidup antar umat beragama yang berbeda
- Kerukunan
hidup intern umat beragama yang sama
-
Kerukunan hidup antara umat beragama dengan pemerintah
a. Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama Yang Berbeda
Dalam pergaulan hidup antar umat beragama yang berbeda sering terjadi
benturan-benturan yang mengganggu kerukunan. Perbedaan ajaran agama dapat
menjadi sebab musabab pertentangan antar umat beragama.
Memang harus diakui bahwa perbedaan-perbedaan ajaran agama sangat sensitif
dalam kehidupan masyarakat. Kalau kita sebagai umat beragama tidak dapat
mengendalikan diri di dalam pergaulan kita dengan umat beragama yang lain, maka
hubungan kita dengan umat beragama lain itu tidak akan dapat bertahan lama.
Untuk itu sebagai umat beragama yang baik, kita wajib mengetahui, memahami
dan mau menghargai perbedaan antara kita dengan umat beragama yang lain. Sikap
menghargai dan menghormati perbedaan ajaran dan gaya hidup umat beragama yang
lain bukan berarti kita harus menerima dan menyetujuinya.
Sebagai umat beragama tidak boleh mendua kepercayaan. Kita tidak boleh
berpura-pura, tetapi kita harus mampu menyaksikan iman dengan berani dan tegas
: mampu menunjukkan identitas sebagai orang beragama yang taat. Namun dalam
pergaulan hidup yang wajar, kita juga wajib memelihara kerukunan hidup antar
umat beragama yang berbeda.
Salah satu cara memelihara kerukunan hidup antar beragama, ialah
menghindarkan perilaku dan tindakan yang menyinggung dan menyakiti perasaan
umat beragama yang lain. Sebagai orang beragama tidak harus menganggap bahwa
kita saja yang benar sedang umat beragama yang lain tidak benar. Sikap
meremehkan umat beragama yang lain dan selalu membenarkan diri sendiri bukan sikap
orang beragama yang baik.
b. Kerukunan Hidup Intern Umat Beragama Yang Sama
Selain kita harus rukun dengan umat beragama yang lain, maka kita juga
harus rukun dengan sesama umat beragama yang sama. Malahan kita lebih dahulu
menjaga kerukunanan hidup intern sesama kita, baru kita mampu hidup rukun
dengan umat beragama yang lain. Alangkah janggalnya, apabila kita rukun dengan
umat beragama lain, tetapi dengan umat seagama sendiri tidak siap untuk rukun.
Kalau ada orang yang seperti itu maka pantas orang itu dicurigai. Dengan
keluarga orang lain rukun, tetapi dengan keluarga sendiri tidak rukun. Ada apa
itu ? Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus dan dijemaat
Korintus, memberikan nasehat agar para anggota jemaat memelihara Kesatuan Dalam
Keberlainan (Efesus 4 : 1-16 dan I Korintus 12 : 12-31).
Menurut Rasul Paulus, bahwa jemaat Kristen harus memelihara ”Kesatuan dalam
keberlaianan dalam kesatuan” Artinya, umat Kristen harus menghargai perbedaan
dalam persekutuan. Perbedaan tidak harus menjadi pertentangan atau perpecahan.
Jika umat Kristen mampu menghargai perbedaan dalam persekutuan, maka kerukunan
intern akan dapat dikendalikan.
Dalam Jemaat Kristen harus dipelihara sikap saling melayani dan sikap
mengasihi, dengan demikian kerukunan intern umat Kristen dapat diwujudkan.
Program pemerintah untuk membina kerukunan hidup umat beragama, baik kerukunan
antar umat beragama yang berbeda, maupun kerukunan intern umat beragama yang
sama semata-mata adalah untuk mensukseskan pembangunan.
c. Kerukunan Hidup Umat
Beragama Dengan Pemerintah
Menurut pandangan Kristen bahwa pemerintah adalah merupakan suatu lapisan
kuasa, yang kepadanya kita harus berhubungan. Dalam Alkitab dijelaskan, ada dua
jenis pemerintahan, yaitu :
1. Pemerintah yang berasal dari
Allah atau sebagai wakil Allah (Roma 13 : 1-7)
2. Pemerintah sebagai tempat kediaman
roh-roh jahat / pemerintah Babel atau pemerintah kekacauan (Wahyu 13 : 1-20)
Tetapi dalam hubungan ini kita memberi perhatian pada jenis pemerintah
sebagai wakil Allah. Memang orang Kristen harus selalu kreatif dan kritis
terhadap pemerintah yang sah. Orang Kristen harus mampu membedakan mana
pemerintah yang berfungsi sebagai alat / wakil Allah dan mana pemerintah yang
bukan berasal dari Allah.
”Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang diatasnya, sebab tidak
ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah ; dan pemerintah-pemerintah yang
ada ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barang siapa yang melawan perintah, ia
melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman
bagi dirinya” (Roma 13 : 1-2).
Disatu pihak orang Kristen tidak harus mendewakan pemerintah, sehingga apa
saja yang dilakukan pemerintah dianggap benar dan harus diiyakan; tetapi
dipihak lain orang Kristen juga tidak senantiasa apriori dengan kebijaksanaan
pemerintah. Hidup rukun antar umat beragama Kristen dengan pemerintahan, tetapi
umat Kristen juga wajar memberikan sumbangan pemikiran yang positif terhadap
kebijakan-kebijakan pemerintah itu.
Terjadinya ketidak rukunan antar umat beragama dengan pemerintaha ialah
akibat tidak adanya sikap yang wajar dan positif dari kedua belah pihak. Sering
terjadi umat beragama prasangka terhadap kebijakan yang dilakukan pemerintah,
tanpa lebih dahulu memahami latar belakang terjadinya kebijaksanaan itu
akibatnya umat beragama menganggap pemerintah telah berbuat sesuatu yang tidak
sesuai dengan ajaran agama. Misalnya, tentang lokalisasi WTS, judi, dan
lain-lain.
Memang dari segi ajaran agama, kita harus menolak praktek WTS dan judi,
tetapi kita juga harus memahami mengapa pemerintahan menglokalisir WTS tersebut.
Tujuan pemerintah menglokasir WTS ialah agar bahaya itu tidak semakin menyebar
ketengah-tengah masyarakat. Sebagai umat beragama dan sebagai warga negara yang
baik, kita tidak baik mengadakan tindakan teror untuk menunjukkan bahwa kita
tidak setuju dengan kebijakan pemerintah itu, tetapi adalah lebih baik jika
kita berani memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah tentang bagaimana
mencegah dan menanggulangi bahwa WTS maupun judi di tengah-tengah masyarakat.
Kerukunan hidup umat beragama dengan pemerintah akan tercapai dan terpelihara apabila antara umat
beragama dengan pemerintahan terjadi saling mengerti dan menahan diri.
B. BEBERAPA FAKTOR YANG MENGGANGGU KERUKUNAN
Hendropuspita dalam bukunya : Sosiologi Agama, halaman 155-159, menguraikan
beberapa faktor yang mengganggu kerukunan hidup umat beragama yaitu:
a. Sikap mental negatif
Sikap mental negatif ini nampak dalam bentuk, kesombongan religius,
prasangka dan intoleransi. Misalnya : umat beragama tertentu mempunyai
keyakinan bahwa agamanya memiliki ajaran yang paling benar. Akibanya mereka
sombong dan merasa lebih tinggi dari pada semua pemeluk agama lain.
b. Faktor Sara (Suku, Agama dan Ras)
Secara Sosiologi dapat dipahami bahwa suku, agama dan ras adalah merupakan
nilai pemersatu yang bersangkutan, tetapi juga menjadi faktor penyebab
perpecahan.
c. Faktor perbedaan tingkat kebudayaan
Dapat disadari bahwa perbedaan tingkat kebudayaan yang menyolok akan
menganggu keseimbangan keserasian dan keselarasan pergaulan hidup bangsa dan
kelompok masyakat. Sering terjadi sikap superior pada tingkat kebudayaan yang
tinggi (maju) dan sikap inferior pada kelompok orang tingkat kebudayaan yang
rendah. Maka timbullah gap pemisah ; disatu pihak timbul nafsu menguasai dari
kelompok berbudaya tinggi dan rasa prasangka negatif pada masyarakat berbudaya
rendah.
d. Faktor mayoritas dan minoritas golongan beragama
Dalam kehidupan umat beragama sering timbul sikap merasa lebih berkuasa
dari golongan mayoritas terhadap golongan minoritas. Juga mayoritas mengingini
hak-hak istimewa dari hak-hak yang diperoleh golongan minoritas. Faktor-faktor
tersebut diatas perlu dipahami dalam konteks kehidupan beragama bersama dengan
sesama umat beragama lain.
C. ARTI PERANAN AGAMA DI INDONESIA
a). Dalam pembangunan nasional Agama mempunyai
arti dan peranan yang penting. Sebagai faktor motivasi agama memberikan
dorongan batin (Motiv) akhlak dan moral manusia yang mendasari dan melandasi
cita-cita dan perbuatan dalam pembangunan nasional Indonesia.
b). Sebagai
faktor kreatif dan innovatif ; artinya agama memberikan dorongan
dalam peningkatan dan pembaruan pembangunan.
c). Sebagai
faktor integratif ; artinya agama mengintegrasikan dan menyerasikan
segenap aktivitas manusia dalam pembangunan, Agama mencegah dan menghindari
terjadinya ketimpangan dan ketidak-seimbangan dalam pembangunan.
d). Sebagai
Faktor Sublimatif ; artinya agama berperan mensyahdukan dan mengkuduskan
segala perbuatan pembangunan, sehingga setiap perbuatan pembangunan adalah
sebagai ibadah dan pengabdian yang tulus ikhlas dari manusia Indonesia.
e). Sebagai
faktor sumber inspirasi budaya bangsa Indonesia; artinya agama dapat
memberikan dan melahirkan sikap budaya baik sifat maupun non fisik yang sesuai
dengan budaya bangsa Indonesia.
D. FAKTOR BERAGAMA DAN TOLERANSI BERAGAMA
Toleransi beragama bukan berarti toleransi beriman. Artinya setiap agama
tidak harus menyetujui kepercayaan agama lain. Setiap agama harus tegas dan
teguh pada ajaran kepercayaannya. Agama Kristen sendiri mengajarkan agar setiap
murid Yesus tidak takut mengakui Nama Yesus.
Orang Kristen tidak boleh ragu-ragu akan kepastian imannya. Orang Kristen
juga tidak boleh bersikap munafik didalam pergaulannya. Namun orang Kristen
harus memperhatikan bagaimana cara bergaul yang baik dalam pergaulan
sehari-hari ; orang Kristen menjadi pribadi-pribadi yang simpatik dan efektif.
Ketegasan dan keteguhan imannya tidak menjadi sikap yang fanatis dan ekstrim.
Dan dipihak lain keluesan serta keramahan-tamahan dalam pergaulan, tidak
menjadi sikap yang munafik dan plin-plan.
Fanatisme yang ekstrim adalah sama bahayanya dengan sikap munafik yang
tidak ada pendirian.
Maka dalam program toleransi beragama, prinsip yang dianut adalah bahwa
setiap penduduk dijamin kemerdekaannya memeluk agama dan kepercayaan, serta
diberikan kebebasan melaksanakan ibadah menurut agama dan kepercayaan
masing-masing. (UUD 1945 pasal 29 : 2) Misalnya, seorang yang beragama Kristen
bila berdoa pada suatu upacara nasional, sesuai dengan toleransi beragama,
tidak harus segan atau takut menyebut nama Yesus Kristus dalam doanya.
Apabila orang Kristen mengatur doanya sedemikian rupa, agar orang lain yang
tidak seagama dengan dia tidak tersinggung dengan isi doanya, maka tindakan
yang demikian tidak lagi ditoleransi beragama, melainkan sudah berubah menjadi
toleransi beriman. Masalah doa adalah masalah iman. Namun sebelum orang Kristen
memimpin doa pada suatu upacara nasional, terlebih dahului dia mengajak hadirin
agar berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Inilah yang disebut
toleransi beragama. Masing-masing pemeluk agama dan kepercayaan harus saling
menghargai dan menghormati sikap beragama orang lain.
E. KEBENARAN YANG UNIVERSAL MENURUT KRISTEN
Dalam injil Yohannes 14 : 6 ”Yesus berkata kepada muridNya” Akulah jalan
dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau
tidak melalui Aku. Pernyataan ini sering dipergunakan orang Kristen untuk
menjelaskan bahwa satu-satunya jalan agar bisa sampai kepada Bapa di sorga ;
seseorang harus lebih dahulu melalui Yesus. Pengertian ”Melalui Yesus,” diidentikkan dengan ”Menjadi
Kristen” Gereja sebagai persekutuan orang-orang yang menamakan dirinya
pengikut Kristus, disebut sebagai ”Tubuh Kristus”.
Pengidentikan Yesus Kristus dengan Gereja berkembang menjadi pokok ajaran
bahwa ”Gereja adalah Jaminan Keselamatan”. Doktrin ini sampai pada abad sebelum
konsili Vatikan II, tahun 1962, masih dominan dalam ajaran Gereja Katolik Roma.
Baru pada Vatikan II, sikap Gereja Katolik sudah lebih terbuka dengan
nilai-nilai di luar Gereja.
Anggapan bahwa Gereja sebagai satu-satunya jalan menuju Bapa di sorga,
mendorong orang-orang bersikap superior terhadap orang-orang yang bukan Kristen.
Sikap superior orang Kristen ini pada gilirannya akan berkembang menjadi
membenarkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain.
Memahami pernyataan Yesus kepada Muridnya ; dalam Yohannes 14 : 6 ”bahwa
Dialah jalan, kebenaran dan hidup. Dialah satu-satunya jalan menuju Bapa di
sorga, selayaknya tidak cenderung mempersempit kebenaran Yesus Kristus.
Pengidentikan Yesus Kristus dalam kebenaran Gereja secara instusional, justru
membatasi kehadiran dan kebenaran Yesus Kristus pada tembok Gereja saja. Dalam
rangka mengerti Kristus yang universal ; tidaklah tepat membatasi kehadiranNya
hanya pada agama dimana Dia dikenal.
R Panikkar, seorang theolog Katolik India pernah mengatakan bahwa ”Kita
tidak dapat membatasi kehadiran Kristus pada suatu tokoh historis.
Berbuat demikian berarti semata-mata menolak ke AllahanNya.
Dalam hal ini R. Panikkar mau mengartikan Kristus yang universal dari segi
Theosentris. Kristus secara nyata telah muncul dalam sejarah dan juga nyata
dalam daging. Namun pada mulanya Dia adalah Firman, dan Dia bersama-sama dengan
Allah, dan Dia adalah Allah (Yohannes 1 : 1+14). Orang Kristen yang dikenal
sebagai pengikut Kristus tidak menjadi objek tersendiri dari Kristus yang
universal. Kristus juga adalah perbuatan Allah, atau Kristus adalah Allah.
Dari Yohannes 1 : 14 dapat dimengerti bahwa Allah telah menyatakan diriNya
diantara manusia telah melihat kemuliaanNya. Selanjutnya dalam Yohannes 1 : 18
dikatakan lagi, Bahwa Anak Tunggal Allah yang ada dipengakuan Bapa, yaitu Yesus
Kristus, dialah yang menyatakanNya. Oleh
Niftrik – Boland, dalam bukunya ”Dogmatika
Masa Kini” (1967) menjelaskan bahwa pernyataan itu adalah perbuatan Allah.
Allah bukan hanya berada saja ; Ia bukan suatu kebenaran yang bugil, yang tidak
bergerak Ia adalah Allah yang bertindak. FirmanNya serentak merupakan
perbuatanNya.
Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa : ”Kristus adalah puncak
(pusat) pernyataan Allah dan perbuatan Allah, perbuatan Allah adalah kebenaran
Allah. Kebenaran Allah hadir bagi seluruh ciptannNya. Maka kebenaran itu tidak
dapat dibatasi hanya di dalam tokoh Yesus dari Nazareth, ataupun di dalam
institusi Gereja yang formal ; melainkan dia bebas dan tidak terikat.
Pemikiran ini tidak mengecilkan artinya keberadaan Gereja Kristen sebagai
Tubuh Kristus; melainkan dengan pemikiran ini umat Kristen dapat memahami bahwa
kebenaran Allah adalah universal, melampaui batas/ukuran manusia
Dipihak lain juga harus disadari, bahwa kebenaran Yesus Kristus sebagai Firman
Allah, dan sebagai Allah sudah ada sebelum Yesus Nazareth ada. Kebenaran ini
sering disebut ”Pre-Existence”, artinya inti kebenaran Kristus sudah ada
sebelum seorang bayi Yesus Nazareth lahir didunia. Atau lebih jauh lagi,
sebelum dunia diciptakan Dia sudah ada, karena segala sesuatu dijadikan oleh
Dia (Yohannes 1 -3a) Kristus adalah universal maka kebenaran juga adalah
universal.
F. SIKAP KRISTEN
TERHADAP AGAMA LAIN
Untuk menghargai dan memelihara kerukunan hidup umat beragama, maka sikap
yang perlu dikembangkan umat Kristen ialah sebagai berikut :
a. Sikap Kreatif dan Kritis
Sikap orang Kristen yang kreatif dan kritis dalam kehidupan sehari-hari
sangat relevan dengan suasana dan kondisi yang sedang membangun. Sikap kreatif
dan kritis dalam pergaulan adalah menunjukkan kehidupan yang dewasa dan
bertanggungjawab.
Disatu pihak orang Kristen harus mampu menghayati dan mengamalkan imannya sesuai dengan kasih
Kristus ; dan di pihak lain orang Kristen harus harus mampu orang-orang bukan Kristen.ngan
teman
Dalam pergaulan orang Kristen sehari-hari, baik deteman seiman maupun
dengan orang-orang bukan Kristen Rasul-Paulus, memberikan sikap ; yaitu
agar orang Kristen sudi memberitakan dan mengajarkan Firman Tuhan ; dan lebih
dari itu orang Kristen juga diminta agar mau menegor orang lain ; asal
cara menegor itu dengan penuh hormat dan kasih (I Timotius 4 : 11 ; 5 :1-2).
Sikap kreatif dan kritis, tidak membuat
orang Kristen mengasingkan diri dari pergaulan dengan orang-orang bukan Kristen.
Dan juga tidak membuat orang Kristen hanyut dalam pergaulan yang menghilangkan
identitasnya. Kreatif berarti mampu memberikan darma baktinya untuk kepentingan
orang lain sedangkan kritis artinya orang Kristen mampu bersaksi dan membela
kebenaran dan kebaikan di dalam pergaulannya.
Disatu pihak orang Kristen menjadi orang yang, disukai semua orang (Kisah
Rasul 2 : 47). Tetapi sekaligus juga orang Kristen menjadi kebencian bagi dunia
sekitarnya (Yohannes 15 :8-19).
Mengapa orang Kristen disukai Kristen semua orang? Tentu karena orang Kristen
memberikan sikap yang kreatif dan positif terhadap orang lain. Demikian juga
mengapa orang Kristen dibenci dunia sekitarnya ; ialah karena status mereka
bukan dari dunia, melainkan Tuhan sudah memilihnya agar menjadi saksi yang
kritis dan benar.
b. Sikap Dialogis dan Simpatik
Selain sikap kreatif dan kritis, orang Kristen juga perlu memelihara sikap
dialogis dan simpatik terhadap orang-orang beragama lain. Menyaksikan iman Kristen
bagi orang-orang non Kristen harus mampu mendengar dan memberikan perhatian
terhadap iman orang lain yang beragama lain melalui sikap dan simpatik orang Kristen
dapat mendengar kepada iman agama-agama lain.
Huston Smith, 1958 dalam bukunyya ”The Regions of men : mengatakan
bahwa : didalam mendekati orang-orang non Kristen, Gereja pertama-tama harus
mendengar kepada iman kepercayaannya, tetapi juga harus mendengar kepada
iman-iman kepercayaan agama lain. Kita harus mendengar kepada mereka, karena
persekutuan masa kini tidak akan terjadi jika hanya dengan suatu tradisi, sebab
setiap hari dunia berkembang”. Sehingga kita tidak dapat hanya mempertahankan
tradisi kita.
Alasan lain dari Smith, untuk menganjurkan mendengarkan kepada iman
kepercayaan agama lain ialah bahwa : dengan pengertian kita akan tradisi dan
iman agama lain, itu dapat menuntun kepada kasih ; atau sebaliknya, dengan
kasih kita dituntut untuk mengerti mereka”.
Apa yang dikatakan Smith untuk mendengar kepada iman-iman kepercayaan agama
lain, bukanlah suatu sikap pasif melainkan suatu sikap aktif dari umat Kristen.
Sikap aktif ini dapat diwujudkan dalam dialog dan penuh simpatik terhadapa
agama lain. Melalui sikap dialogis dan simpatik ini, orang Kristen telah
mengutamakan komunikasi dua arah : toleransi dan perkembangan pemikiran dalam
pergaulannya dengan orang-orang beragama lain. Pada tanggal 16-25 Maret 1970 di
Ajaltoun Libanon, Dewan Gereja Dunia (BGD) telah mengadakan suatu dialog antara
orang-orang beriman (J. Samrtha : dalam bukunya terbitan WC.C. ”Dialoque
between men of faith, hal. 107-117)”. Peserta dialog tersebut terdiri dari
3 (tiga) orang Islam 3 (tiga) orang Hindu, 4 (empat) orang Budha dan 24 (dua
puluh empat) orang Kristen. Mereka berasal dari negara yang berlainan, yang
diundang secara pribadi oleh DGD.
Dari hasil dialog itu terdapat beberapa perbedaan pendapat, namun tidak
nampak adanya perselisihan diantara sesama peserta. Dari kesaksian-kesaksian
para peserta dialog itu, diperoleh kesan bahwa dialog merupakan bukti adanya
kejadian persekutuan yang menimbulkan
penghargaan. Dialog membawa umat beragama kepada suatu dimensi baru
dalam pengalaman bertheologia.
Pada umumnya peserta dialog Ajaltoun itu mengakui
bahwa kegiatan dialog seperti itu akan membuktikan atau memberikan dampak
positif dan kreatif bagi umat beragama.
III. Latihan
- Tuliskan satu contoh kasus
ketdak rukunan intern umat Kristen dan cari penyebabnya (misalnya : di
HKBP, GKPI, GMI, GBKP,GKPS, dan lain-lain).
- Tuliskan satu contoh
kasus konflik antar agama di Indonesia, dan cari penyebabnya.
Tuliskan satu contoh konflik antara sekelompok
umat beragama dengan pemerintahan di negara RI dan cari penyebabnya.
IV. Pokok-pokok Pikiran Kristiani
- Kerukunan hidup umat
beragama adalah suatu kondisi sosial yang sangat dibutuhkan dalam rangka
pembangunan bangsa, negara dan masyarakat.
- Iman Kristen mengakui
bahwa kenearan yang universal itu tidak dibatasi oleh tembok agama, maka
umat Kristen terpanggil menghargai dan memelihara kerukunan hidup umat
beragama, dengan sikap kreatif, kritis, dialogis dan simpatik.
- Kerukunan hidup umat
beragama adalah merupakan kewajiban dan kebutuhan bagi umat Kristen dalam
kehidupan bermasyarakat yang majemuk.
D A
F T A R P U S T A K A
Abineno,
J.L.Ch, Manusia dan Sesamanya;
Jakarta, 2003
Atkinson, D,
Kejadian I-II, Jakarta, 1996
Barbour,
Ian, Ethics in an Age of Technology,
San Franscisco : Harper, 1993
Browniee,M,
Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan,
BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1987
Brownlee,
M. Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan,
Jakarta, 2004
Covey,
S.R, Tujuh Kebiasaan Manusia yang sangat
efektif, Jakarta, 1994
D.P.Niles,
"Report of the Consultation of
Theologians" dalam Asian Theological Reflections on suffering and Hope,
Hongkong: Oktober 10-15.
Darmaputera
Eka Ph.D & Simatupang TB. DR., Peranan
Agama - agama dan kepercayaan Tuhan yang Maha Esa dalam Negara Pancasila yang
membangun, BPK GM, Jakarta, 1987
Darmaputera,
Eka, Pancasila Identitas Modernitas,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987.Departemen Agama RI, Pedoman Dasar Kerukunan Hidup Beragama, PKHB, Jakarta 1982
Departemen
Agama RI, Pembenaan Kehidupan Beragama
DiIndonesia, 1992
Dewan
Gereja-Gereja di Indonesia, Melihat
Tasnda-tanda Zaman, Jakarta, 1976
Hadiwiyono,
H, Iman Kristen, Jakarta, 1982
Herlianto,
Siapakah yang bernama Allah itu?, Jakarta
, 2001
Ismael
Andar , Selamat Berkembang, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2003
Joesoef
Fou, Agama-agama Besar di Dunia, Jakarta,
1983
Keraf,
Sonny, Masih Adakah Etika Dalam Politik?
Kompas, Jakarta, Nopember 2001.
Koentjaraningrat,
Kemurnian Ilmu pengetahuan dan tanggung
jawab ilmuwan terhadap masyarakat, Himpunan Indonesia untuk pengembangan
ilmu-ilmu Sosial, Jakarta, 1977.
Kohlberg,
Lawrence, Tahap-tahap Perkembangan Moral,
Yogyakarta: Kanisius, 1995, Bab I dan IV.
Kristanto,
A.Tri, Etika Berbangsa, Sebuah Ironi,
Kompas, Jakarta: Nopember 2001.
Mardiatmadja
B.S.SJ, Iptek dari sudut Iman, BPK
GM, Jakarta,1994
Mulder,
D.C, Iman dan Ilmu Pengeetahuan, Jakarta
1983
Nababan,
SAE, Iman dan Kemiskinan, Jakarta,
1996
Napitupulu
Benget, S.Th.,M.Pd.K, Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan
Tinggi Umum, Diktat Politeknik
Negeri Medan, 2013
Neuner, Dialog Between Men Of Living Faith,WCC, Ttp
Niftrik-Boland, Dogmatika Masa Kini, Jakarta, 1967
Rajiman,
Menjadi Pelayan Kristus, Surakarta: CV
Krida Aksara, 1987.
Shelton,
Charles M, Moralitas Kaum Muda -
Bagaimana Menanamkan Tanggung jawab Kristiani, Yogyakarta: Kanisius, 1088),
Bab I-II
Silitonga,SAM,
Nilai-nilai Pendidikan dari Yesus,
Medan, 2000
Simatupang
T.B., Kehadiaran Kristen dalam perang
revolusi dan pembangunan, Jakarta, 2004
Supardan,
Penyunting , Ilmu, Teknologi dan Etika,
Jakarta: BPK Gunung Mulia,1991
Verkuyl,
J, Etika Kristen - Bagian Umum, Jakarta
: BPK Gunung Mulia, 1976
Verkuyl,
J, Etika Kristen Bagian Umum, Jakarta,
1985
________,
Etika Kristen, Kebudayaan, Jakarta,
1982
________,
Etika Kristen,Ras, Bangsa, Gereja dan
Negara, Jakarta, 1979
________, Fagmenta Apologetika, Jakarta, 1966
White,
J, Kejujuran, Moral dan Hati Nurani Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1987
Wilardjo,
Like, "Ilmu dan Agama di Perguruan
Tinggi : dipadukan atau dibincangkan?" Dalam Jurnal Waskita, Vol, I, No. 1,
April 2004